Bapak saya punya cara unik mengenalkan cerita sejarah dunia kepada saya. Lewat film dan lagu. Ini salah satu kisahnya.
![]() |
![]() | |
ngintip isi blog Malala |
Hidup itu seperti bawang, bisa membuat kita menangis kala teriris. Tapi menyehatkan kala dimakan. |
Tiap orang punya satu ruang kosong dalam hatinya yang tidak bisa diisi siapapun. Yang jika dipaksa isi, hanya ada luka. Ada malam-malam panjang yang merana kala ruang itu masih hampa. Siapapun yang singgah di sana hanya berikan lara. Itu bukan untuk mereka.
Hatimu terlalu berharga untuk mereka yang pernah menoreh luka. Airmatamu terlalu indah untuk mereka yang menggurat duka.
Waktu berbohong padamu, jika ia bilang bisa menyembuhkan luka.
Hati yang luka dan ruang yang hampa ibarat gelas anggur yang baru terisi separuhnya. Gelas anggur tak kan menjadi utuh jika ia bertemu dengan gelas anggur separuh pula. Sebab gelas itu tadinya adalah gelas yang kosong. Tak bisa ia menuangkan anggur yang separuh ke gelas yang isinya juga separuh, kalau akan menjadi gelas yang kosong. Gelas dengan anggur separuh hanya bisa terisi oleh pemilik anggur sendiri. Yang bisa membuatnya terisi penuh. Utuh.
Waktu adalah pendusta yang lihai. Membuatmu percaya telah menyembuhkan luka. Tidak. Ia hanya menguburnya saja.
Saat kamu telah terlena, mendadak ia bermain dalam alam pikiranmu. Memutar semua kenangan lama. Menguak luka. Waktu membuatmu tak sadar, kamulah yang memegang remote-nya. Kamu bisa menekan tombol "pause". Dan tetap berada dalam masa.
Menguak luka pun adalah suatu kenyamanan, yang membuat orang betah berkubang di sana. Jangan biarkan waktu memberi dusta. Kamu berharga.
Ketika kamu terluka, Ia terluka. Ketika kamu menangis, Ia menangis. Ia yang menenunmu sejak dalam kandungan ibu.
Dia, yang ingin membalut lukamu.
Bahagia itu bukan yang hal rumit sebenarnya....
Bahagia itu ketika menatap rona jingga di pipi langit | menghangatkan hati yang gelisah.
Bahagia itu ketika aku menemukan surat cinta dalam tiap tetes hujan dari langit.
Bahagia itu ketika Tuhan mengirimiku hujan rasa strawberry, langit rasa jingga, parfum laut dan jubah pelangi.
Bahagia itu ketika melihat wajah terkejut Mama, ketika aku tiba-tiba muncul di depan dapur di hari ultahnya. Dia tak menyangka aku pulang.
Bahagia itu tidak ditentukan oleh orang-orang sekitarmu. Kamu bisa memilih mau bahagia atau tidak. Kamu yang tentukan.
Bahagia itu tidak ditentukan oleh keadaan senang atau susah. Bahagia itu adalah kekuatan kala menghadapi saat susah.
Bahagia itu ketika melihat hidup seseorang yang dekat dengan kita, berubah hidupnya, menjadi lebih baik.
Saya bahagia ketika menghadapi situasi sulit, saya menemukan ada jalan dan harapan.
Bahagia itu ketika saya melihatmu tersenyum, setelah membaca tulisanku.
Bahagia itu mengingatMu, yang setia padaku, sekalipun aku tidak setia, yang selalu percaya, aku bisa mencapai mimpi.
Bahagia itu ketika menerima telpon Papa, yang bertanya kamu sudah makan belum, jangan lupa makan.
Bahagia itu ketika menemukan teman, dengan kasih yang tidak bersyarat menerima diriku apa adanya.
Bahagia itu ketika aku menemukan diriku terpantul di kedua bola matamu.
Bahagia itu ketika aku menulis dan tulisan itu bisa mempengaruhi orang lain bangkit dari kehidupannya, menjadi inspirasi.
Bahagia itu ketika aku melihat orang-orang terkasih dalam hidupku, tersenyum dan tertawa.
Bahagia itu ketika Dia memberikanku kesempatan kedua untuk mengarungi perjalanan hidupku.
Bahagia itu ketika aku bisa mengalahkan ketakutanku dan menemukan ternyata aku mampu.
Sst... kamu bisa menemukan kebahagiaan, bahkan dalam hal yang sederhana. :)
http://twitter.com/katanieke
Hujan itu tetesan kerinduan langit yang rindu mencumbu daratan.
Kerinduannya tak bertepi kali ini.
Tiap butir hujan mengandung kata: aku rindu padamu.
Entah berapa butir yang terserap daratan hari ini.
Mungkin langit mengirim sejuta surat cinta
yang isinya berisi sejuta kata "aku rindu padamu."
Mata langit dan daratan saling beradu.
Tak bisa berpeluk, tak bisa menggenggam.
Terpisahkan bentangan cakrawala.
Kata Daratan," Aku tak bisa membalas sejuta pesan kerinduanmu.
Aku dikutuk tak punya tangan untuk menyentuh pipimu, Langit."
"Tak apa," kata Langit.
Aku cukup puas mengecupmu jutaan kali.
Tumbuhkan saja benih-benih bunga yang ada di perutmu.
Bunga-bunga yang lahir dari perutmu itu cukup untuk membuatku tersenyum.
Memandangi buah cinta kita sepanjang hari.
Dan jika kita cukup beruntung,
bagian dari diriku akan menjatuhkan diri dalam pelukmu dengan pelangi.
***
Nieke Indrietta
Sebuah pojok restoran di Radio Dalam
13 Mei 2010