Cerita pengalaman saat melihat cara bikin bingso, kuliner Korea di Ramyon Express Kota Lama Semarang.
Menikmati Kota Lama Semarang dan kuliner Korea Ramyeon Express. Foto: dokumen pribadi/katanieke |
Malam Minggu di Kota Lama Semarang
Jam menunjukkan pukul enam sore ketika saya tiba di hotel Smart Budget, Semarang, Jawa Tengah setelah perjalanan dari Surabaya-Pereng Kabupaten Semarang. Tentu saja saya tak ingin melewatkan suasana Malam Minggu di Kota Lama Semarang. Belum pernah ke sana meski beberapa kali singgah di Semarang. Maka kali ini saya bertekad kudu sempat main ke Kota Lama Semarang.
Usai check in dan masuk kamar, saya bergegas mandi. Lalu makan malam secepat kilat di kamar hotel, hanya 30 menit untuk menyantap makanan. Kemudian bergegas bersiap berangkat ke Kota Lama Semarang sekitar pukul setengah delapan malam.
Sebelumnya saya sudah berselancar dan bertanya pada Mbah Google, ihwal tempat-tempat menarik di kawasan Kota Lama Semarang. Dengan bersemangat, saya membuat beberapa destinasi tujuan kuliner. Kapan lagi nih, mumpung akhirnya kesampaian cita-cita main ke Kota Lama Semarang.
Saya terperanjat begitu kendaraan yang saya tumpangi mulai memasuki kawasan Kota Lama Semarang. Begitu ramai. Ribuan manusia lalu lalang sepanjang trotoar. Macet. Kendaraan berjalan merambat. Bahkan, sulit mencari tempat parkir. Saat itu sekitar pukul delapan malam. Sekitar 40 menit waktu habis hanya untuk mencari tempat parkir.
Sepanjang perjalanan mencari tempat parkir, saya melihat beberapa destinasi kuliner yang ingin saya kunjungi. Oh, tidaaaak. Lantaran mencari tempat parkir, kendaraan yang saya tumpangi justru makin menjauh dari lokasi. Tentu tak mungkin berjalan kaki sejauh itu.
Akhirnya menemukan tempat parkir di halaman sebuah ruko yang masih termasuk kawasan Kota Lama Semarang. Hati saya terhibur tatkala berjalan kaki segera menemukan spot-spot menarik. Gedung-gedung dengan arsitektur peninggalan masa kolonial yang masih terjaga keasliannya.
Banyak bangunan yang sudah beralih fungsi dari masa ketika dibangun. Namun hebatnya, tetap mempertahankan keaslian bangunannya. Misalnya sebuah bangunan yang menjadi restoran Jepang ramen, Indomaret, hotel, Gedung Spiegel yang menjadi bar dan bistro, serta Gedung Marba.
Gedung Indomaret di bangunan yang mempertahankan bentuk aslinya (kiri). Gedung Marba sudah ada sejak zaman kolonial (kanan). Sumber foto: dokumen @katanieke |
Kota Lama Semarang
Saya tak menyangka kawasan Kota Lama Semarang begitu luas, mencapai sekitar 30 hektare. Ini pertama kalinya saya singgah. Banyaknya bangunan dengan arsitektur bergaya era kolonial membuat saya paham kenapa kawasan ini berjuluk Little Netherland. Dulu disebut Oude Stad.
Kota Lama Semarang terbentuk sebagai akibat perjanjian Kerajaan Mataram dengan VOC pada 1678. Melalui perjanjian tersebut, Amangkurat II memberikan kota Semarang kepada VOC. Dari situlah Belanda mengambil alih dan berkuasa atas Semarang. Belanda membangun permukiman khusus warganya, benteng, gedung pemerintahan, dan perkantoran.
Sepanjang berjalan kaki menyusuri Kota Lama Semarang, mata saya dimanjakan dengan bangunan bergaya Eropa era 1700-an. Bentuk pintu, jendela, atap, balkon, ornamen kaca. Rasanya seperti pergi ke luar negeri dengan pintu Doraemon.
Sayangnya lantaran hari sudah malam, saya tak sempat mengunjungi Gereja Blenduk yang menjadi ikon Kota Lama Semarang. Pun dengan benteng yang berada di bagian barat Kota Lama Semarang serta museum di Jalan Cenderawasih.
Jajan di Ramyeon Express Kota Lama Semarang
Usai menikmati keramaian di sekitar Gedung Spiegel, mendadak ingin jajan. Toleh kiri, toleh kanan. Tak sengaja mata menangkap sebuah gang jalan yang cukup lebar. Di pengujung jalan terlihat bangunan tinggi dengan lampu kekuningan menyolok bertuliskan Ramyeon Express. Hmm... sepertinya menarik.
Kuliner Korea Ramyeon Express di Kota Lama Semarang, tak jauh dari Gedung Spiegel. Foto: dokumen @katanieke |
Kaki pun melangkah menuju ke bangunan yang berjarak hanya lima menit berjalan kaki dari Gedung Spiegel. Lantunan lagu K-Pop terdengar begitu saya membuka pintu kaca dan masuk ke Ramyeon Expresss. Di sebelah kanan pintu masuk terdapat sebuah rak dengan barang-barang impor Korea, mulai dari tisu hingga pernak-pernik. Di sebelah rak itu terdapat meja panjang yang melekat pada dinding kaca dengan pemandangan luar, diapit banner foto idol K-Pop.
Semula saya berniat makan ramyeon ala Korea. Sampai mata saya melihat lemari pendingin berisi aneka minuman dan poster yang mengiklankan paket bingso. Foto bingso di poster sungguh menggiurkan. Apalagi saat di Surabaya menjajal resto Korea, saya belum kesampaian menyicip bingso. Sudah lama penasaran.
Saat memesan bingso, pembeli akan memilih dari minuman kemasan jenis susu yang tersedia di lemari pendingin. Ada minuman coklat, vanilla, matcha. Saya memilih matcha. Setelah memesan, pembeli langsung membayar pesanannya.
Setelah itu, seorang pegawai lain membawakan botol minuman kemasan yang dipilih untuk dibuatkan bingso. Ia membuatnya di lantai dua bangunan Ramyeon Express. Saya mengikuti langkahnya, ingin tahu cara membuatnya.
Menuju lantai dua, ternyata masih bagian dari area pengunjung. Lantai dua menyerupai balkon dengan area tempat duduk pengunjung. Namun ada satu ruangan dengan sekat kaca yang tertutup. Itu adalah ruang karaoke lagu-lagu K-Pop. Terdapat layar sebesar dinding yang sedang menayangkan video musik K-Pop. Di depan ruang itulah terdapat dapur mini terbuka untuk membuat bingso.
Mesin pembuat bingso tidak besar. Tingginya sekitar setengah meter saja. Caranya, minuman jenis susu dituangkan ke dalam mesin tersebut yang kemudian mengubahnya menjadi serpihan kristal es. Seperti snowflake. Wah, tadinya saya kira bingso itu seperti es campur ala Indonesia yang dari es batu diserut. Ternyata dari minuman susu diubah jadi es serut.
Serpihan kristal es terbuat dari minuman susu itu diwadahi langsung di sebuah mangkok. Kemudian ditaburi cornflakes, jelly, dan sirup coklat atau strawberry. Tadaaa... bingso siap disantap.
Saya kembali ke lantai satu untuk menikmati bingso. Sebenarnya bisa makan di lantai dua itu sih, tapi saya memilih di dalam ruangan berpenyejuk udara di lantai satu. Di sebuah meja panjang yang diapit dua banner idol K-Pop. Malam itu Semarang hawanya sumuk alias gerah sih.
Bingso tak seperti es campur yang ketika dilahap seperti mengunyah serutan es. Ketika satu sendok serpihan kristal bingso masuk ke mulut, langsung lumer di lidah. Lembut sekali. Ketimbang mengunyah, lebih tepat seperti menyesap kristal es yang lembut. Rasanya menyegarkan hingga habis dua mangkok bingso. Pertama tadi rasa matcha, kedua rasa coklat. Dah kayak mukbang aja ya.
Selain bingso, saya juga menyicip soju non-alkohol rasa leci. Minumannya menyegarkan. Mirip-miriplah dengan rasa minuman bersoda seperti Sprite, tapi ada rasa lecinya. Pembelian satu botol disertai gelas super kecil persis di drama Korea itu lho, gaes. Jadi pas minum, bisa sambil menirukan cara minumnya seperti tokoh-tokoh dalam drakor.
Next mau nyobain apa lagi ya?
Salam,
Kata Nieke
Saya malah baru liat bentuknya bingso mbak di postingan ini ahaha. Blum pernah coba juga. Taunya makanan Korea ramyeon, Jajangmyeon, toppoki, kimchi, bibimbap, sushi, ternyata adalagi bingso. Jadi penasaran.
BalasHapusBingso nya terlihat menarik dan enak, dan karena mbak habis 2 bingso bisa saya simpulkan kalau bingsonya memang betulan enak.
BalasHapuses serut kayaknya seru ini malem2
BalasHapusAh senangnya, bisa jajan ramen di kota lama semarang
BalasHapusAda bingso juga ya
Penasaran sama soju non alkohol
Wah senangnya jalan-jalan di Semarang, apalagi mengunjungi tempat yang bernilai sejarah. Semoga next bisa ikutan main ke sana.
BalasHapusBelum sempat mampir ke Kota Lama Semarang nih, kabarnya makanan dan minuman di sana memang banyak pilihan dan kekinian sih
BalasHapuspenasaran sama soju non alkoholnya, soalnya di bayanganku soju itu tidak bisa dinikmati sama para muslim. Tapi aku lebih ngiler lihat bingsonya, semacam makan es serut gitu apalagi esnya dari susu, apalagi di kita aja sekarang udah jarang es campur/es serut yang esnya diserut kaya gitu
BalasHapusNah, mudik dua tahun lalu ke jawa timur, aku sempet mampir di kota lama Semarang tapi cuma sebentar sih belum sempat menjelajah kuliner di sudut kota lama Semarang ini, semoga next bisa mempir di Semarang lagi dengan durasi waktu lebih lama.
BalasHapusWaah menarik ya Mba, saya jadi ikut membayangkan setiap langkah Mba menyusuri Kota Lama Semarang. Saya kira bingso itu makanan, ternyata itu minuman yaa.
BalasHapusJadi pengen main juga menyusuri Little Netherland, ngga boleh dilewatkan nih menghabiskan malam minggu di kawasan Kota Lama Semarang. Apalagi ditemani jajan Ramyeon ala Korea. Pengen nyoba Bingso juga nih. Lho ada soju non alkohol rasa leci hihii.
BalasHapusKota Lama gak siang, gak malam, sellau estetik dan ramai yaa..
BalasHapusRamah sekali bagi wisatawan dan menawarkan banyak hal istimewa.
Asiik banget makan di Ramyeon Expresss ditemenin ama Seungkwan.
Eh, bener gasii?? hehehe...
Duh bacanya aja bikin ngiler mba....Btw saya belum pernah ke kota lama Semarang kayaknya keren banget ya mba bangunannya cantik-cantik jadi pengen kesana
BalasHapusBeberapa kali ke Semarang belum tahu tempat sebagus ini.. Auto pingin deh mampir
BalasHapusSalah satu kota yang aku pengen kesana lagi itu Semarang..banyak bangunan antik yang bisa buat foto-foto cantik hehe, dulu sempat ke seribu lawang aja dan masih banyak yg belum terjelajahi
BalasHapus