Orang kerap keliru mengenali dua nama Soetomo yang namanya tercantum dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yuk kita telusuri.
Seandainya ada portal mesin waktu, ada seorang dokter--yang hidup di era kolonial Belanda--akan menangis kalau membaca berita soal perundungan atas dokter yang menempuh pendidikan tinggi, yang terjadi di masa kini. Apalagi yang menjadi pelaku adalah senior dan rekan sejawatnya sendiri.
Pada masa ia hidup, dokter ini justru berusaha meningkatkan derajat bangsa, mendirikan organisasi yang menjadi cikal bakal kebangkitan nasional. Ia berkarya tak hanya di rumah sakit tapi juga pendidikan. Dia adalah dokter Soetomo, pahlawan nasional.
Para pelaku perundung yang juga diduga memeras dokter-dokter yang menempuh pendidikan tinggi ini, seharusnya malu. Dokter Soetomo berusaha membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan. Para perundung justru menginjak bangsanya sendiri dengan pemalakan, pelecehan verbal, dan perundungan.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pernah menyatakan ada sekitar 300 kasus dugaan perundungan di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran di sejumlah universitas di Indonesia. Temuan ratusan kasus itu diperoleh setelah menelisik dari sekitar 1.000 kasus yang pernah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Dari 1.000 kasus itu, setelah melalui proses verifikasi, tidak semua masuk kategori perundungan. Hasilnya, sebanyak 300 kasus atau 30 persen yang diduga masuk kategori perundungan.
Seandainya benar-benar ada portal mesin waktu seperti dalam film-film multiverse. Apa yang akan dikatakan dokter Soetomo kalau mengetahui perundungan semacam ini terjadi di masa Indonesia telah merdeka?
Soetomo 'yang Tertukar'
Orang kerap keliru mengenali nama Soetomo yang namanya tercantum dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Entah orang keliru menganggap Soetomo yang dokter sebagai Bung Tomo yang berperan dalam peristiwa 10 November di Surabaya. Atau orang menganggap dokter Soetomo dan Bung Tomo adalah satu orang yang sama. Padahal keduanya adalah pribadi yang berbeda serta hidup di era yang berbeda.
Pertama-tama, mari berkunjung ke jejak dokter Soetomo (1888-1938) di Surabaya. Ia pernah bekerja di rumah sakit Centra Burgelijke Ziekeningrichting (CBZ) atau dikenal sebagai Rumah Sakit Simpang Surabaya. Bangunan rumah sakit itu kini telah berubah menjadi sebuah mal (Plasa Surabaya). Sebagai dokter pemerintah masa itu, dokter Soetomo juga pernah bekerja di rumah sakit di Jawa dan Sumatera.
Makam dokter Soetomo berada di pusat kota Surabaya, di belakang Gedung Nasional Indonesia, Jalan Bubutan Surabaya. Ini adalah wasiatnya untuk dimakamkan di tempat itu. Sementara istri dokter Soetomo dimakamkan di komplek pemakaman Kembang Kuning Surabaya.
Makam dokter Soetomo di belakang Gedung Nasional Indonesia, Jl Bubutan Surabaya. Foto pribadi @katanieke |
Makam dokter Soetomo kerap diziarahi orang. Foto pribadi @katanieke |
Di komplek Gedung Nasional Indonesia itu pula terdapat museum dokter Soetomo. Sebuah bangunan seperti rumah yang terdiri dari dua lantai.
Tak banyak yang tahu dan menyadari keberadaan Museum dokter Soetomo. Letaknya persis di pinggir jalan besar yang menuju ke arah Tugu Pahlawan Surabaya. Ancer-ancernya, setelah mal BG Junction, lurus hingga terlihat kantor Polsek Bubutan. Nah, persis di sebelah kantor Polsek itulah museum dokter Soetomo, makamnya, serta Gedung Nasional Indonesia.
Beruntunglah ada peta Mbah Gugel. Saya tak kesulitan kala mengunjungi tempat itu dengan ojek daring. Dari pinggir jalan Bubutan, terpampang tulisan Gedung Nasional Indonesia. Ketik saja tujuan dengan kata kunci 'Gedung Nasional Indonesia'.
Gedung yang dibangun 11 Juli 1930 ini adalah saksi sejarah bagaimana para tokoh merintis kemerdekaan. Di bagian bangunan yang menjadi museum dokter Soetomo, pengunjung bisa menyusuri riwayat hidup salah satu tokoh kebangkitan nasional ini.
Museum dibuka pukul 8 pagi hingga 3 sore. Untuk mengatur kunjungan dan pemesanan tiket bisa melalui pelayanan digital museum dokter Soetomo. Namun bisa juga datang langsung. Nanti di sana--sebelum masuk museum--bisa memesan tiket secara daring di situs resmi tiket wisata Surabaya.
Saya tiba di sana sebelum tengah hari, sekitar pukul 10 pagi. Lumayan, masih sepi. Ada pengunjung dua orang saja.
Soetomo, dokter Pendiri Boedi Oetomo
Boedi Oetomo atau Budi Utomo adalah organisasi pergerakan pertama untuk mencapai kemerdekaan di Indonesia. Tanggal berdirinya organisasi ini, yakni 20 Mei 1908, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Awalnya organisasi ini hanya beranggotakan golongan priyayi, seiring waktu membuka diri terhadap golongan non-priyayi.
Wahidin Soedirohoesodo adalah penggagasnya yang membawa konsep ini kepada para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), sekolah kedokteran untuk pribumi. Salah satu pelajar STOVIA itu adalah Soetomo, yang kemudian menjadi Ketua.
Tokoh-tokoh lainnya yang menjadi anggota Budi Utomo antara lain Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, Tirto Adhi Soerjo, Pangeran Ario Notodirodjo, Raden Adipati Tirtokusumo.
Ada Apa di Museum dokter Soetomo
Museum dokter Soetomo diresmikan Tri Rismaharini semasa menjadi Wali Kota Surabaya pada November 2017. Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini menyimpan foto-foto dokter Soetomo dengan tokoh-tokoh pergerakan, istrinya Everdina Broering, serta alat-alat kesehatan yang pernah digunakan. Seperti mikroskop, buku, dan tas kerja, ini asli milik dokter Soetomo.
Ada juga meja dan kursi kuno yang pernah berada di ruang tamu rumah dokter Soetomo semasa hidup. Perabotan rumah itu asli.
Sementara itu yang berupa replika adalah ruang kerja dokter Soetomo sewaktu menjadi dokter spesialis di rumah sakit CBZ Simpang Surabaya.
Replika ruang kerja dan peralatan dokter Soetomo. Beberapa alat kesehatan ada yang asli. Foto pribadi @katanieke |
Pengunjung museum juga bisa menelusuri jejak kisah cinta dokter Soetomo dengan perempuan Belanda, Everdina Broering, perawat rumah sakit di Blora, Jawa Tengah. Blora terletak di bagian paling timur Jawa Tengah, berbatasan dengan Jawa Timur.
Hubungan asmara ini kontraversial pada masanya, ditentang dari dua pihak. Pertama dari keluarga Everdina yang dari kalangan Belanda. Kedua, dari teman-teman pergerakan dokter Soetomo. Namun Soetomo dan Everdina mampu melewati batasan 'tembok yang dianggap tinggi' itu. Mereka kemudian menikah pada 1917.
Perkawinan keduanya tidak membuahkan keturunan. Everdina meninggal pada Februari 1934. Soetomo tidak menikah lagi. Empat tahun kemudian, pada 30 Mei 1938, Soetomo meninggal di Surabaya. Soetomo diangkat sebagai pahlawan pada 1961.
*
Komplek Tugu Pahlawan Surabaya dan Museum 10 November. Foto kiri: Tugu Pahlawan (dokumen @katanieke) Foto kanan: Bung Tomo (dari Wikipedia) Diolah dengan Canva. |
Jejak Bung Tomo di Museum 10 November Surabaya
Dari Museum dokter Soetomo di Jalan Bubutan, yuk bergerak ke arah Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan Surabaya. Jaraknya hanya 500 meter saja. Di komplek Tugu Pahlawan itulah Museum 10 November berada. Museum ini buka dari jam pagi sampai 3 sore. Tiket masuk cuma Rp 8 ribu saja.
Mari menelusuri jejak Sutomo atau Bung Tomo (1920-1981). Pengunjung bisa mendengar rekaman pidato Bung Tomo yang menggetarkan dengan semboyannya "Merdeka atau Mati" di museum ini. Orasinya yang tersiar di radio menggerakkan warga untuk turun ke jalan untuk melawan tentara Inggris. Rekaman pidato Bung Tomo bisa didengarkan di lantai 1 museum. Tepatnya di bagian diorama.
Lantai 1 Museum 10 November. Foto pribadi @katanieke |
"Lebih baik kita hancur lebur dari pada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau mati,” terdengar suara Bung Tomo yang sedang berorasi.
Untuk mendengarkan rekaman pidatonya, pengunjung cukup menekan tombol. Lalu terdengar pidato Bung Tomo yang berapi-api. Bikin merinding dan membuat pengunjung seperti terlempar ke masa itu.
Keterangan di dekat diorama rekaman suara Bung Tomo di Museum 10 November. Foto pribadi @katanieke |
Museum 10 November diresmikan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang kala itu menjadi presiden pada Februari 2000. Segala sesuatu yang menyangkut peristiwa bersejarah Pertempuran 10 November ada di museum ini. Termasuk senjata-senjata yang dipakai rakyat Indonesia seperti keris, pisau, pistol, dan senapan.
Pengunjung juga bisa menyaksikan dokumenter ringkasan kisah Pertempuran 10 November dalam bentuk film. Ada ruang teater mini yang memutarnya pada jam-jam tertentu.
Sebenarnya jejak Bung Tomo di Surabaya juga ada di sebuah rumah di Jalan Mawar Surabaya, yang disebut sebagai Rumah Radio. Sayangnya, rumah itu telah dirobohkan pada 2016. Sayang sekali, padahal rumah yang juga jadi Markas Radio Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (RBPRI) itu sangat sarat nilai sejarah.
Bung Tomo lahir di Kampung Blauran Surabaya pada Oktober 1920. Ia anak sulung dari Kartawan Tjiptowidjojo, seorang priyayi. Dari pernikahan Bung Tomo dengan Sulistina, lahirlah Bambang Sulistomo.
Bung Tomo menjadi wartawan sejak usia 19. Ia bekerja untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat dan majalah Poestaka Timoer. Pada 1944, Sutomo terlibat di bidang sosial politik. Pada Oktober 1945 hingga 1947, Sutomo memimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI).
Bermula dari sinilah, Bung Tomo kemudian menjadi salah satu tokoh dalam Pertempuran 10 November 1945. Sebuah peristiwa yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Komplek Tugu Pahlawan Surabaya. Foto pribadi @katanieke |
Setelah Indonesia merdeka, Sutomo pernah menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata. Ia juga merangkap Menteri Sosial Ad Interim di era Kabinet Burhanuddin Harahap.
Pada 1955, Sutomo pernah jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Rakyat Indonesia. Dari era Presiden Sukarno dan Soeharto, Sutomo aktif di politik dengan menyampaikan kritik-kritiknya. Hingga pada masa Presiden Soeharto, atau tahun 1978, Sutomo ditahan. Setelah keluar dari penjara, ia mundur dari dunia politik.
Sutomo meninggal saat menjalankan ibadah haji tahun 1981. Jenazah dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya. Pada 2008, Bung Tomo ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional.
*
Nah, setelah menelusuri jejak dua tokoh penting dalam sejarah Indonesia, semoga ingatan kita tentang dokter Soetomo dan Sutomo-Bung Tomo tidak tertukar lagi ya.
Salam hangat,
Nieke Indrietta
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Referensi:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240903164008-20-1140565/wamenkes-ada-300-laporan-kasus-bullying-dokter-di-universitas-ri
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Boedi_Oetomo
https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Soetomo
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sutomo
https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Sutomo
karena dari nama yang sama, rata rata pasti menganggap 1 orang, namun setelah baca dari tulisan ini baru tau, ternyata Dokter Soetomo dan Sutomo- Bung Tomo adalah 2 orang yang berbeda namun sama sama menjadi pahlawan.
BalasHapusAku memahami sih emang ada 2 Soetomo. Cuma emang tidak sedetail sampai kisah cintanya segala. Rasanya, aku ingin mengunjungi museumnya nanti kalau ke Surabaya.
BalasHapuskalau bahas berita bully sang dokter sedih banget mba. geram juga. ternyata harus ada korban nyawa dulu baru ketahuan beritanya. hiks. T.T
BalasHapusga cuma u n d p dan un p d aja. ada univ lain. entah dimana
Merdeka atau mati, kalimat yang sering terngiang kalau ingat perjuangan pahlawan kemerdekaan
BalasHapusMaaf mbak, saya termasuk orang yang menganggap Bung Tomo itu dokter Soetomo. Huhu. Makasih mbak sharing informasinya, jadi tercerahkan ternyata sama sekali berbeda ya
BalasHapus2 orang di antara banyak Pahlawan yang sangat berjasa dalam sejarah Indonesia. Ungkapan terimakasib saja tidak cukup rasanya.
BalasHapusSeru banget nih ceritanya eh maksudnya sejarahnya
BalasHapusMemang anak saya juga pernah bertanya antara Bung Tomo dan dokter Soetomo ini apakah orang yg sama?
Bagus ini artikelnya jadi banyak nambah wawasan buat kita
Bener-bener Arek Suroboyo tenan, rek!
BalasHapusKagum aku sama riset mendalam ka Niek.
Aku sebagai pecinta sejarah, serasa ikut menelusuri jalan-jalan penuh sejarah yang ada di Surabaya.
Walau sejujurnya, aku selama ini baru numpang kulonuwon aja pas lewat jalan Bubutan, Museum dokter Soetomo. Untuk ke Tugu Pahlawan pun, sama. Belum exploring sampe mendetail.
Tapi dari sini, aku jadi tau bahwa dokter Soetomo dan Budi Utomo sebenernya pernah ada di tahun yang berdekatan yaa..
Baca paragraf awal pengen emosi aja bawaannya. Budaya bully di pendidikan profesi atau pendidikan akademik biasanya terbawa sampai saat praktek di masyarakat.
BalasHapusKalau di daerahku terasa banget dokter yang judes, galak, arogan dst masih bertebaran di faskes mulai puskesmas sampai RSU/RSI.
Aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menganggap bahwa Soetomo dan Bung Tomo adalah orang yang sama, hehe. Ternyata beliau berdua dua orang yang berbeda, dari profesi yang berbeda, bahkan dari generasi yang berbeda. Dari artikel ini aku jadi tau, bahwa perjuangan dua Soetomo ini sangat besar untuk Indonesia. Bahkan nama dokter Soetomo dijadikan sebagai salah satu rumah sakit besar di Surabaya.
BalasHapusIya, beberapa orang masih keliru membedakan dua soetomo itu. Makanya beberapa orang juga untuk membedakan satunya dipanggil dengan dokter satunya bung. 🤭
BalasHapusAku juga baru tahu makam dr soetomo ini di daerah bubutan.
Wah, seru banget baca ini! Gak nyangka kisah dokter Soetomo dan Bung Tomo bisa bikin kita lebih menghargai sejarah. Thanks udah sharing!
BalasHapusKisah Dua Soetomo sebagai pahlawan nasional di Surabaya tidak hanya menginspirasi generasi muda untuk mengenal perjuangan bangsa, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya dedikasi dan pengorbanan dalam mencapai kemerdekaan.
BalasHapusMasyaallah akupun baru tahu ternyata dua manusia pahlawan berbeda ya.....satunya pendiri organisasi, satunya dokter yang namanya abadi....ada museumnya.pula....selam ini yang kutahu museum sejarah yang tugu pahlawan itu saja
BalasHapusBagus kak artikelnya, karena mencerahkan para pembaca. Memang perlu mengenal para pahlawan kita, biar gak salah sebut lagi ya. Apalagi keduanya juga punya andil dalam bangsa ini, dengan skill masing².
BalasHapusSuka mbaa baca cerita sejarah ini..dari yang sebelumnya gak terlalu memperhatikan jadi makin paham tentang sejarah bangsa..makasih mbaa buat tulisannya..sukaa :)
BalasHapusSayang sekali ya rumah radio sudah dirubuhkan..seharusnya klo masih berdiri bisa jadi salah satu museum juga ya...
Nah jadi sudah jelas sekarang ya siapa dokter Sutomo dan siapa Bung Tomo. Keduanya itu berbeda orang, jarak waktu hidupnya juga cukup berjauhan.
BalasHapusSemoga keduanya sebagai pahlawan Nasional mendapatkan tempat terbaik di surga sana. Aamiin...
Kalo inget Bung Tomo langsung inget Suroboyo yang sekarang super keren dan ngga kalah kerennya sama Malang >.< masyaAllah yaa, perjuangan beliau
BalasHapusdulu waktu kecil mengira kalo dr Soetomo itu ya bung Tomo
BalasHapusnamun seiring dengan belajar sejarah jadi tahu beliau 2 orang yang berbeda tapi memiliki sama-sama memliki kontribusi yang besar bagi bangsa
dulu waktu kecil mengira kalo dr Soetomo itu ya bung Tomo
BalasHapusnamun seiring dengan belajar sejarah jadi tahu beliau 2 orang yang berbeda tapi memiliki sama-sama memliki kontribusi yang besar bagi bangsa
Wah benar banget, miris dengan kasus perundungan yg baru2 ini terkuak di bidang kedokteran. Di mana dokter itu seharusnya menjadi sosok yang paling bijak, malah jd perundung. Dan pahlawan di jaman dulu akan menangis melihat kenyataan ini. Bagus tulisannya mba. Makasih udah berbagi info.
BalasHapusKarena mantan jurnalis jadi artikelnya ngalir, enak dibaca , ...saya suka!
BalasHapusSaya jadi tahu banyak tentang dua Soetomo, pahlawan nasional, dua tokoh ternama dengan perjuangannya masing-masing untuk bangsa
Jadi tahu betapa besar perjuangan duo tomo dalam bidang pendidikan ya.
BalasHapuskarena sama-sama ada unsur tomo-nya jadinya banyak yang salah kaprah ya mbak sama dr. soetomo dan bung tomo.
BalasHapusiya mba pasti sedih banget seandainya Dr, Soetomo mengetahui ada perundungan dokter terhadap rekannya sendiri sampai bunuh diri, padahal kan mereka itu orang-orang pinter dan terdidik dengan baik, enggak habis pikir saya mah sampai ada tradisi semengerikan itu di dunia kedokteran kita.
BalasHapusOh iya benar, rentang tertukar ya karena kemiripan nama mereka berdua. Terima kasih sudah menjelaskan keduanya Mbak, membuat clear cerita dan jasa kedua pahlawan nasional ini.
BalasHapusWait, kalau ga salah nama Soetomo itu RSUD di Surabaya atau ga nama gedung di FK Unair ya. Familiar banget soalnya. Baru ngeh ada 2 Soetomo berjasa di Surabaya
BalasHapusWah, bener-bener tragis ya! Dokter di era kolonial pasti bakal miris banget lihat perundungan yang terjadi di dunia pendidikan sekarang. Harusnya saling mendukung, bukan malah menjatuhkan, terutama di antara rekan sejawat!
BalasHapusKayaknya harus belajar lebih banyak nih tentang sejarah dan pahlawan Indonesia. Dua orang Sotoemo yg sama-sama sangat berjasa bagi bangsa Indonesia.
BalasHapusmenarik kak, saya yg pernah tinggal di surabaya juga baru ngeuh tentang dua soetomo ini...taunya sih memang rumah sakit dr soetomo dan patung bung tomo
BalasHapus