Menu

Percik Kata Nieke

Jumat, 03 November 2023

Beda Kondangan dan Jagong Manten di Jawa

Tiap daerah punya istilah buat menyebut menghadiri acara pernikahan. Kalau di Surabaya, disebut kondangan.



Kondangan Bersama Tetangga


Musim kondangan tiba. Sebuah amplop warna merah dikirim tetangga ke rumah saya. Rupanya beliau hendak mantu. Tetangga saya hendak menikahkan putranya dengan pujaan hatinya.

Acara resepsi tidak berlangsung di Surabaya. Perhelatan digelar di kota yang persis bersebelahan dengan Kota Pahlawan, Sidoarjo. Saat membaca nama lokasinya di undangan, saya langsung tahu tempatnya. Sebuah hotel yang berada di jalan besar menuju gerbang sebuah perumahan di Sidoarjo. Letaknya tak jauh dari Lippo Mal Sidoarjo. Juga tak jauh dari pintu keluar tol.

Saya pun bertanya kepada ketua RT (Rukun Tetangga) yang juga mendapat undangan. "Pak, ini ada rencana warga mau berangkat bareng, gak?"

Rupanya selain saya, ada beberapa tetangga yang juga menanyakan hal sama ke Pak RT. Kebanyakan ibu-ibu. Pak RT berencana membawa mobil Innovanya. Ia menawarkan berangkat dari komplek sekitar pukul setengah delapan. Acara resepsi pukul sembilan. Perjalanan Surabaya-Sidoarjo melalui jalan tol diperkirakan sekitar 40 menit.

Kebetulan hari resepsi itu jatuh pada hari Minggu. Besar kemungkinan jalanan tidak akan macet. 

Pukul setengah delapan kurang, Pak RT bersama mobilnya telah tiba di depan rumah. Terdengar suara klakson khas mobilnya. Saya sudah bersiap di teras. 

Masuk mobil sudah penuh dengan rombongan ibu-ibu, termasuk istri dan anak Pak RT yang duduk di depan. Wah sepertinya perjalanan bakal seru nih. Benar saja. Sepanjang perjalanan di tol hingga tiba, obrolan tak kunjung henti. Minus bergosip ya. 




Kami tiba di hotel di Sidoarjo itu hampir pukul 9. Lobi tampak ramai. Acara di hall lantai dua. Foto-foto pra-pernikahan alias pre-wedding  dijejer di sisi kiri dan kanan sepanjang lorong menuju ruangan hall.

Tiba di pintu masuk, ternyata pengantin sudah duduk di pelaminan. Para tamu mengantri untuk bersalaman. Antriannya sudah sampai gerbang pintu masuk. Tamunya banyak juga.

Keluarga pengantin mengenakan busana tradisional Jawa berdiri di sisi kiri dan kanan, menyambut barisan tamu hingga di pelaminan. Barisan tamu tertata rapi.

Hidangan prasmanan diletakkan di meja-meja bagian tengah. Ada booth makanan seperti gado-gado dan siomay Bandung, booth bakso, booth es Manado, serta booth makanan seperti capcay, ayam goreng, udang, sayur ditumis.

Tak hanya menikmati hidangan yang disajikan prasmanan, kami juga berfoto-foto di booth yang disediakan. Gratis. Foto langsung jadi. Dengan background estetik dan peralatan foto seperti wig, bando, gitar mungil, dan sebagainya. Seru ya.

Pulangnya, tentu saja kami berombongan yang sama satu mobil. Pak RT berencana mengantar penumpangnya satu per satu sampai depan rumah. Seorang ibu berbisik ke saya.

"Mbak, ngasih berapa ke Pak RT buat urunan bensin dan tol?" 

"Seiklhasnya, Bu," jawab saya sambil berbisik. Saya enggan memberitahu nominal dua lembar merah yang sudah saya bungkus dengan amplop. Biar tak jadi ajang besar-besaran sumbangan. 

Si Ibu sempat berbisik lagi mendesak saya menyebut nominal. Namun biasanya dalam budaya Jawa ada semacam aturan tak tertulis untuk tak menyebut dalam hal semacam ini. Akhirnya tetangga saya tadi juga mengamplopi uang. Entah jumlahnya berapa.

Ada kejadian lucu saat hendak menurunkan penumpang pertama. "Pak, nanti sampai depan gang saja," ujar salah seorang ibu. Rumahnya berada di gang sebelah.

"Lho jangan, Bu. Sampai depan rumah saja," sahut istri Pak RT.

"Lha nanti merepotkan. Kan masih mengantar banyak," ucapnya.

"Nggak apa-apa, Bu," kami menyahut dan ikut mendukung si ibu diantar sampai depan rumah.

"Iya Bu. Kan judulnya kondangan. Udah dandan, masa pulangnya masih jalan. Nanti make up-nya luntur. Terus ditanyain tetangga lain. Kamu kondangan di gedung hotel atau di mana." Pak RT memberi alasan yang membuat kami--penumpang lainnya--tergelak.

*

Jagongan di Jogja


Pengalaman kondangan di atas membuat saya teringat kala tinggal di Yogyakarta. Semasa kuliah, saya sempat tinggal bersama keluarga saudara ibu saya di Jogja. 

Suatu Minggu, Budhe saya berdandan rapi. "Mau njagong," ucapnya.

Hah? Njagong? Saya mengernyitkan dahi. Apa itu njagong? Bahasa Jawa di Surabaya dan Jogja itu berbeda. Jangankan Jogja yang beda provinsi. Bahasa Surabaya dan Malang yang sama-sama saja juga beda. Ada beberapa kosakata dan kultur di balik bahasa yang tidak sama.

"Njagong itu apa, Budhe?" tanya saya.

"Menghadiri undangan pesta pernikahan."

"Oo, kondangan ya, Budhe."

"Iya, kalau di Surabaya, namanya kondangan."

Sampai tiba waktunya saya merasakan menghadiri pesta pernikahan di Jogja. Yay, akhirnya saya punya pengalaman njagong. Seperti apa jagongan di Yogya? Apa beda jagongan di Jogja dengan kondangan di Surabaya?

Ternyata ya sama saja. Baik pesta pernikahan yang diadakan di rumah atau gedung. Namun belakangan, undangan pernikahan yang dikirim ke saya, diadakan di gedung atau hotel. Kondangan dan jagong mempunyai makna yang sama.

Hal yang membedakan saat menghadiri pesta pernikahan di Surabaya dan Jogja, adalah adat dan tradisi yang digunakan. Biarpun sama-sama budaya Jawa, namun adat Jawa Timur dan Jawa Tengah berbeda. Jangankan Jawa Timur dan Jawa Tengah, adat Jogja dan Solo saja berbeda. Gaya riasan dan busana pengantin juga berbeda.

Lain kesempatan, semoga saya bisa menulis tentang perbedaan adat pernikahan ini.

*

Mengintip arti kata kondangan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring, 
bermakna: pergi menghadiri undangan perkawinan dan sebagainya, untuk mengucapkan selamat dan sebagainya.

Sementara kata jagong tidak ditemukan dalam KBBI. Rupanya kata jagong berasal dari bahasa Jawa. Artinya, datang dan duduk-duduk di acara hajatan. Kadang kata jagong dibarengi kata manten (bahasa Jawa, artinya pernikahan, sehingga bermakna menghadiri acara pesta pernikahan.

Bagaimana dengan daerah asal atau tempat tinggalmu? Apakah ada istilah tertentu untuk menghadiri pesta pernikahan?


Salam hangat,
Kata Nieke







13 komentar:

  1. Kalau di kalsel namanya saruan mbak, jadi makna saruan ini nggak terbatas hanya untuk menghadiri acara pernikahan. Tapi juga selamatan, tergantung yang punya hajat..

    BalasHapus
  2. Baru tau, kondangan ada KBBI ternyata. Domisili saya sekarang di Ponorogo, ada istilah jagong manten. Di Madiun, rumah mertua juga begitu. Tapi jagong manten di sini, biasanya malam sebelum hari H, khususnya bapak-bapak....

    BalasHapus
  3. Wah, habis baca artikelnya jadi tau ada istilah jagong yang artinya juga sama dengan kondangan.
    Beda daerah beda istilah tapi artinya sama.
    Meskipun sama sama Jawa-nya, hhe.
    Terima kasih sharing infonya, mba.

    BalasHapus
  4. hohoho aku baru kondangan di sekitaran Surabaya aja sih mbaaa
    seingatku blm pernaah dtg di Jateng atau Jogja
    apalagi daerah lain 😁

    BalasHapus
  5. Kalau adat Jawa biasanya jagong manten tuh pas malemnya, midodareni, itu ajang jagong manten. Rasanya aku dulu gitu..
    Hihihi, memang calon manten pria dan wanita belum boleh saling bertemu, tapi pihak keluarga saling jagongan buat mendekatkan kedua keluarga ini agar akrab.

    Unik yaa..
    Apapun adatnya, pernikahan bisa mempererat silaturahm dan memperbesar circle keluarga.

    BalasHapus
  6. Wah ilmu banget nih. Ternyata beda juga ya. Banyak juga ya jenis hajatannya. Tapi tetap memberikan selamat ya

    BalasHapus
  7. Kalau di Jatim itu bisa kondangan atau kalau khusus bisa buwoh istilahnya. Di Surabaya juga masih banyak yang pake istilah buwoh kalau mau ke nikahan

    BalasHapus
  8. Wah aku di Sumatera juga kondangan kadang bahasa ini kebawa sampai Tangerang, untungnya di sini banyak juga perantauan, jadi kalau ada bahasa yang kurang dimengerti biasanya langsung ditanyakan. Beda daerah beda bahasa ya, kadang bahasa sama tapi artinya beda jauh...kok bisa ya?

    BalasHapus
  9. Baru tau kak, kalau istilah kondangan ada yg lain yaitu njagong. Lucu pula kedengarannya. Indonesia memang Kya adat dan budaya ya mbak. Senang juga jadi tahu beragam budaya.

    BalasHapus
  10. Wah, kaya sekali ya mbak budaya Indonesia ini
    Ada macam macam juga adat dalam pernikahan

    BalasHapus
  11. Sepengetahuan saya kata Njagong / Jagong memang berasal dari bahasa Jawa Ngoko yg artinya duduk. Nah..bahasa Jawa halus duduk itu 'pinarak' dan di daerah Pekalongan ada istilah 'pinarakan' yg artinya resepsi manten..hehe...

    BalasHapus
  12. Saya malah baru tahu kalau njagong di bahasa jogja sama artinya dengan kondangan. Kalau di Lampung yang daerahnya banyak orang jawa istilah jagong ini sering digunakan untuk bayi. Kalau ada yang baru melahirkan ada istilah jagong bayi gitu.

    BalasHapus
  13. thanks kak jadi tau budaya menghadiir pernikahan ada yg namanya njagong ya sama2 menghadiri pernikahan tapi budayanya yg berbeda

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.