Pernah bingung, menggunakan kata 'pasca' atau 'paska'? Buku Bahasa! yang memuat pemikiran para penulis di level suhu ini bakal membuka wawasan kita.
Buku Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo. Foto: @katanieke |
Buku berjudul Bahasa! merupakan kumpulan tulisan di Majalah Tempo pada rubrik bertajuk Bahasa. Kolom ini membahas pelbagai hal ihwal bahasa. Mulai dari akar kata, makna, pemahaman, kultur kata atau bahasa, hingga tren terkini kata dan bahasa. Bahkan kekeliruan penggunaan kata yang sudah kadung populer.
Salah satunya adalah penggunaan kata 'tegar' dalam lagu yang dinyanyikan Rossa. Lagu ini menyuarakan seorang perempuan yang tabah dan berhati kuat. Namun sebenarnya penggunaan kata ini keliru. Goenawan Mohamad membahasnya dalam artikel berjudul "Bingung". Ia mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia, tegar memiliki arti keras hati, keras kepala, tidak mau menurut. Tidak tepat digunakan menggambarkan sikap teguh dan tabah.
Qaris Tajudin membahas penggunaan kata bahasa gaul yang juga berbeda arti dari asal katanya. Misalnya kata 'tajir' yang menggambarkan kata 'kaya'. Padahal, menurut dia, kata 'tajir' berasal dari bahasa Arab yang bermakna pedagang.
Menarik juga tatkala membaca pemikiran Amarzan Loebis soal penggunaan kata 'buah', mulai dari buah mulut, buah simalakama, buah bibir, buah kalam, buah pena, dan lainnya. Ia menulis, "...Di antara bahasa-bahasa dunia, bahasa Indonesia termasuk yang paling kaya akan 'buah-buahan'."
Sementara Putu Setia mengungkap penggunaan bahasa Indonesia yang akarnya dari bahasa Sanskerta, namun pemaknaannya belum diketahui umum. Menurut dia, banyak orang yang kerap mengira sebuah kata yang aslinya diambil dari Sanskerta, dari bahasa Jawa atau Jawa Kuno. Misalnya kata 'dewa', 'puasa', 'graha', 'griya', dan sebagainya. Kata 'graha', dalam Sanskerta justru berarti roh jahat atau buaya. Untuk menyatakan rumah, kata yang tepat adalah grha.
Penerbitan artikel-artikel yang pernah tayang di rubrik Bahasa Majalah Tempo ini bertujuan agar pemikiran-pemikiran penggunaan kata dan bahasa Indonesia bisa dibaca khalayak lebih luas. Tulisan-tulisan dalam buku Bahasa! dibagi menjadi tiga bagian: pembahasan bahasa, pembahasan bahasa dari sisi ilmu bahasa, dan pengaruh bahasa dan budaya.
Pada topik pembahasan soal bahasa, pembaca akan menjumpai pemikiran-pemikiran dari Goenawan Mohamad, Ayu Utami, Soenjono Dardjowidjojo, dan Harimurti Kridalaksana. Kemudian pada topik pembahasan bahasa dari sisi ilmu bahasa atau linguistik, pembaca akan bertemu dengan Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Hasto Pratikto, Kurnia JR, Daniel Parera, Amarzan Loebis, Nirwan Dewanto, Putu Setia, Uu Suhardi.
Topik ketiga yang membahas pengaruh kebudayaan pada bahasa dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran Goenawan Mohamad, Ayu Utami, Hasif Amini, Amarzan Loebis, Nirwan Dewanto, Sapardi Djoko Damono, Syu'bah Asa, Putu Setia, Seno Joko Suyono, Sapto Nugroho, Hasto Pratikto, Kurnia JR. Nama-nama penulis di atas tentu tak asing bagi orang-orang yang benar-benar berkecimpung di dunia linguistik.
Sayangnya, buku Bahasa! yang diterbitkan Pusat Data dan Analisa Tempo ini sudah tak tersedia lagi versi cetaknya. Pada awal pandemi, saya sempat hendak memesan versi cetaknya untuk diberikan kepada kolega sebagai hadiah. Rencana terpaksa diurungkan lantaran hanya tersedia versi buku elektronik (e-book). Kini PDAT menyediakan opsi penerbitan berdasarkan permintaan.
Teman pembaca bisa memesan buku berbentuk versi PDF ini melalui www.datatempo.co. Terakhir saya mengeceknya, buku Bahasa! dibanderol Rp 30 ribu saja.
Kesan saya sebagai pembaca Bahasa!
Ini bukan pertama kali saya membaca buku Bahasa! Sebelumnya, saya menikmati rubrik Bahasa! melalui majalah Tempo mingguan. Rubrik tersebut membuat saya belajar ihwal penggunaan kata dan bahasa, dalam kapasitas profesi saya di masa itu yang masih bekerja sebagai buruh industri media (wartawan juga buruh, kan?).
Tak bekerja lagi di dunia tersebut, saya masih membuka-buka buku itu. Sebagai pekerja lepas yang masih bergerak di dunia menulis, pengetahuannya tetap mutlak perlu. Agar saya tak lupa pada akar bahasa Indonesia.
Kadang sebuah artikel membuat saya bergumam, "Eurika!" Oh ini jawaban atas pertanyaan saya. Kali lain, "Eh benar juga ya?"--saat sebuah tulisan mempertanyakan logika penggunaan kata dalam bahasa. Tak jarang, "Duh, ini saya salah nih di sini." Lalu memperbaiki kekeliruan itu dalam tulisan-tulisan saya.
Beberapa penulis dalam artikel ini saya kenal dan ada yang pernah menjadi mentor dalam menulis. Pak Amarzan Loebis, misalnya. Sebagai guru menulis ketika saya masih berkecimpung di dunia jurnalisme, beliau 'galak' sekaligus baik. Galak, karena setiap kali saya masuk ke kelasnya, selalu ketar-ketir bakal dibedah tulisannya. Tentu, dengan tujuan baik. Dan kalau kena giliran bedah, rasanya mak-jleb-jleb-jleb.
Caranya menyampaikan kritik tulisan--meski terkesan galak--diselingi humor. Dengan kata lain, habis diroket peserta kelasnya bakal dibikin ketawa. Mungkin beliau menerapkan prinsip hamburger dalam mengajar. Prinsip hamburger adalah roti-isi-sayur-daging-roti. Puji sedikit, lalu mengkritik dan mengkoreksi, ditutup dengan humor. Jadi tak pernah ada sakit hati kalau Pak Amarzan membedah tulisan.
Beliau juga tak pelit membagikan ilmunya. Hingga kini, dalam menulis, saya selalu menggunakan 'aliran' Amarzan Loebis, yang wafat 2 September 2019.
Sebagai mantan wartawan dan editor yang pernah berkecimpung 15 tahun di media nasional, saya benar-benar merekomendasikan buku ini untuk teman-teman pembaca yang berkecimpung di dunia menulis. Tak hanya mencerahkan wawasan berpikir, tapi juga mencerdaskan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan, saya masih memetik manfaat dari buku Bahasa! hingga sekarang.
Judul buku: Bahasa! Kumpulan Tulisan Majalah Tempo
Editor: Bambang Bujono, Leila S. Chudori
Penerbit: Pusat Data dan Analisa Tempo
Terbit: 2008
ISBN: 978-979-9065-29-2
Tebal halaman: 302
Salam,
Kata Nieke
Baca juga:
Freedom Writers: Kisah Nyata Erin Gruwell Guru Penggerak Anti-Diskriminasi
Permintaan penerbitan hanya Rp 30.000 per buku, murah sekali ya
BalasHapusSaya ingin pesan buat dibaca sendiri juga buat suami. Seringkali saat akan memakai sebuah kata saya termasuk tipe yang ck dulu di KBBI (online) Ada sih kamus di rumah tapi ya gitu deh pengin praktis saja.
Sementara suami meski di bidang Finance pekerjaannya, tapi lebih saklek kalau soal berbahasa (daripada saya). Bahkan dijuluki oleh stafnya Yus Badudu , gara-gara kalau ngecek memo, atau surat menyurat lainnya fokus ke ketatabahasaannya hahaha
Iya nih sangat terjangkau ya. Padahal manfaatnya untuk sekelas blogger yang berkutat dengan tulisan dan bahasan buku ini penting juga dan memiliki makna
HapusHallo Mbak Nieke lama tak mampir kesini ni habis kebakaran dulu yang buat blogku au ah gelap kemana, hahaha.
BalasHapusBaca ini aku jadi ingat siang tadi lihat video tentang grammarly, iklan youtube itu, pentingnya suatu diksi dalam sebuah kalimat. Aku jadi mikir ada gak ya buku tentang diksi gitu. Eeeeh ini kebetulan banget dapat informasi dari mbak nieke. Thankiss Mbak
Harganya cukup terjangkau. Duh kalau masih ada saya juga mau beli buku Bahasa kumpulan artikel Tempo ini
BalasHapusSementara coba mencari ebook nya mungkin ya
Penasaran soalnya saya nih
Kepikiran dengan kataa graha, artinya ko serem amat ya, padahal selama ini rumah2 dengan kata graha di depannya, masuk kalangan rumah2 yg harganya di atas griya. Perlu di sosialisasikan. Tulisan ini salah satu bentuk sosialisasi dpy bnyk yg tahu. Semoga kta graha tdk dipakai lagi untuk nama2 perumahan, secara nama itu kan doa. Takut jd serem ya lingkungannya, hehe. Trimakasih sharingnya, mbak.
BalasHapusWah ternyata editornya juga ada dari Leila S.Chudori ya kak. mauu bangettt. Otw mau kekepin bukunya aahh nyari dlu di olshop
BalasHapusishhh keren bukunyaaa...
BalasHapushaha soal Graha, itu memang absurd banget.. sangat melenceng dari arti sebenarnya dan kadung jadi lumrah dipakai di berbagai hal, hiks.
Editornya juga top ya ternyata. Harganya juga murcee, masyaAllah mau ah ntar hunting bukunya hehe
BalasHapusmenarik ya, cukup terjangkau juga harganya, perlu juga nih untuk menambah kosakata
BalasHapusBuku yang bermanfaat sekali untuk penulis ya, mbak. Karena kita bisa tahu mana yang betul dan mengapa itu menjadi betul
BalasHapusBaru tahu arti graha, pdhal banyak perumahan yang depan namanya dengan graha pula.
BalasHapusBukunya murah banget itu, jadi mau hunting buat beli ah
Jadi penasaran mau baca buku ini juga mbak, di ipusnas ada ndak ya mbak, atau harus beli fisik ya
BalasHapusMenarik bukunya. Kalau bukunya belum pernah baca, tapi kalau artikel yang berhubungan dengan bahasa, saya langganan itu.
BalasHapusWah, buku yang recommended ini ya mbak
BalasHapusJadi pengen juga punya buku Bahasa kumpulan artikel Tempo ini
Biar makin jago nulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Wah, aku baru tau banget nih.. ada Prinsip hamburger, yakni roti-isi-sayur-daging-roti.
BalasHapusHihi..kalo dibicarain pas shaum, jadi laper.. Padahal ini mah bukan makna sebenarnya.
Btw,
Untuk rumah, aku pernah baca tuh Grha ya, kak.. Bukan Graha?
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar ini di zaman kini memang penuh tantangan yaah..
Seru banget! Aku dari dulu emang pengen baca buku yang emang memperkaya diksi bahasa. Apalagi ini keluaran Tempo. Ini bisa dibeli dimana ya? Kayaknya ntar aku colek kamu di IG ya hehe
BalasHapusEwalah, tajir itu arti aslinya pedagang? Aku baru tahu lho soal ini.
BalasHapusSeru dan menarik sekali. Jadi ingin punya bukunya. Ini pasti bukunya benar benar bisa memperkaya diksi
BalasHapusBahasa Indonesia memang unik ya. Satu kata saja bisa punya artian yang berbeda. Aku juga sering salah dalam menulis ejaan yang benar.
BalasHapusBener juga ya baru sadar. Tajir di kita kan kaya, kalau di bahasa Arab memang pedagang. Keren ya baca buku ini semakin memperkaya diksi :)
BalasHapusBagus ya mbaa, jadi pengen beli, galfok sama hamburger 🍔 puasa panas cetar gini duh bahas makanan eit kok pinter ya yg bikin analogi hamburger artinya puji kritik saran humor👌🏻
BalasHapusIni buku keren dan harus masuk ke wish list saya.. apalagi di rumah sangat jarang membahas bahasa indonesia, jadi bisa referensi belajar anak anak juga
BalasHapusSaya jadi pengen beli buku ini juga, ya hitung hitung memperluas kosa kata dan bisa mengajarkan kata kata yang baku dengan benar.
BalasHapusBagus banget bukunya, berbobot. Buat yang ingin memperkaya diksi, wajib baca.
BalasHapusMenarik juga bukunya mbak, aku sendiri dalam berbahasa misalnya tulisan ilmiah memang terkesan resmi. Tapi itupun juga karena diasah dengan rajin membaca juga karya karya tulis ilmiah. Dengan membaca buku ini jadi dapat referensi juga ya
BalasHapusMenarik untuk dibaca, biar wawasan diksi-ku bertambah 😄 tapi udah nggak ada terbitan cetaknya ya, sayang banget. Untungnya bisa dibeli versi ebook ya mba
BalasHapusBaru tau ternyata tajir artinya prdagang hihi. Murce si cuma 30k, otw pesen juga ah bukunyaa
BalasHapusWah ternyata kita masih banyak harus belajar tentang bahasa kita sendiri, banyak penggunaan yg blm tepat
BalasHapuswah indonesia memang kaya ya mbak, budaya di indo aja beragam wah beruntungnya bisa lsngung berguru ke pak amarzanloebis meski katanya galak tapi pasti berkesan y mbak
BalasHapusWah ini cocok banget buat penulis seperti blogger. Soalnya bisa sering salah memakai kata dan kalimat dengan benar.
BalasHapusAku masih menulis suka-suka. Jarang nengok KBBI. Padahal penting banget kan ya menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Agar nggak ada salah paham antara penulis dan pembacanya. Apa pesan yang ingin ditulis, itulah yang tersampaikan.
BalasHapusJadi ingat film The Professor and the Mad Man, tentang pembuatan Kamus bahasa Inggris. Disitu ketahuan beberapa kata barat berasal ada yg dari Arab maupun belahan dunia lain
BalasHapusPenggunaan kata dalam berbahasa masih jadi PR, karena masih harus terus belajar dan membaca. Bukunya menarik ini jadi pengingat kita saat menulis di blog
BalasHapusAku respek banget sama Tempo, persis makanya aku amaze sama Mba Nieke yang mantan jurnalis haha. Aku mau banget koleksi keluaran Tempo ini
BalasHapusWah aku baru tahu kalau Tempo nerbitin buku juga. Belum pernah baca aku mbak. Beneran memperkaya diksi ya buku Bahasa!
BalasHapusWah makasih kak rekomendasinya, kebetulan saya butuh buku seperti ini
BalasHapusJadi pengen punya bukunya juga. Iya nih, biar pembendaharaan kosa kata kita kian bervariasi dan enak dibaca.
BalasHapusBuku terbitan Tempo ini udah pasti bagus banget. Semoga bisa ya, dicetak lagi. Tapi kalaupun tidak, okelah, beli e booknya aja..murah meriah cuma 30K.
aku termasuk suka buku-buku kayak gini, apalagi masa-masa jadi editor. karena menurutku editor juga harus bisa punya diksi yang lebih kaya dari penulis. tapi sekarang lagi susah banget luangin baca buku, haduh.
BalasHapusWah ini buku yang wajib bangt kita baca karena menarik banget bukunya untuk memperkaya wawasan kita untuk pengingat saat menulis blog
BalasHapusDengan harga 30k sudah bisa dapat buku sebagus ini. Mantap banget ya mbak. Tapi jujur aku lebih pengen punya versi cetaknya. Entah kenapa aku pribadi masih lebih nyaman membaca buku cetak dibandingkan ebook.
BalasHapusBuku yang wajib dibaca oleh blogger juga nih. Supaya bisa menggunakan kata dengan benar dan memperluas bendahara kata.
BalasHapusbaca tulisan ini saya merasa tersentil, masih banyak kata dalam "Bahasa Indonesia" yg saya belum tahu makna yg sesungguhnya.
BalasHapussepertinya seru yah bukunya, berguna banget untuk para blogger untuk menambah kualitas tulisannya
BalasHapusWah penulisnya garang juga ya mbak hehe, lagi ngebayangin ikutan kelasnya tulisan aku dibedah abis abisan betapa banyak typo, diksi nggak salah kaprah auto do dari kelas
BalasHapus