Menu

Percik Kata Nieke

Minggu, 16 November 2025

Dari Film ke Musik, Movie Screening Forest of Echoes dan On The K:Fantasia

Korean Cultural Center Indonesia menggelar movie screening film dan pertunjukan musik sekaligus, yakni Forest of Echoes dan On The K:Fantasia.

movie screening Forest of Echoes
Special movie screening Forest of Echoes dan On The K:Fantasia di Yogyakarta, Indonesia.
Foto @katanieke


Ternyata menghilangkan perasaan seram usai nonton film itu cukup dengan menyaksikan pertunjukan musik yang hangat. Itulah kesan saya saat menghadiri Special Movie Screening film Korea Selatan "Forest of Echoes" dan On the K:Fantasia--acara hiburan (entertainment) musik yang dikemas dengan talk show atau gerai wicara. Acara ini digelar Korean Cultural Center Indonesia (KCCI), Korea 360, dan Kocca Indonesia (Korea Creative Content Agency) 14-15 November 2025 di CGV Pakuwon Mal Yogyakarta.

Forest of Echoes adalah film pendek yang disutradarai Lim Yoori. Film ini ditayangkan di Festival de Cannes 2024 kategori La Cinef, mewakili karya film pelajar dan pendatang baru dari seluruh dunia. Lim Yoori pernah ke Indonesia menghadiri acara Korea-Indonesia Film Festival (KIFF) di CGV Grand Indonesia Jakarta, 30 Oktober 2025. Sayangnya, Lim Yoori tak hadir kali ini di Jogja. 



Film Forest of Echoes dibuka dengan sebuah narasi suara perempuan, "Pada suatu ketika...." atau "Once upon a time..." dalam Bahasa Inggris. Narator itu bukan suara dari sang tokoh utama dalam film. Bersamaan dengan sang narator memulai ceritanya, layar bioskop menampilkan seorang gadis yang mengenakan hanbok era Joseon, berlari ketakutan di tengah hutan. Tak jauh di belakangnya, beberapa pemuda mengejarnya.

Tak diketahui asal muasal sang tokoh utama perempuan masuk ke hutan. Narator melanjutkan ceritanya tentang sepatu-sepatu rajut anyaman era Joseon yang banyak ditemukan di hutan itu. Artinya, sang pemilik sepatu yang masuk ke hutan itu tak pernah ditemukan, tak pernah pulang. Siapapun yang memasuki area terlarang di hutan itu, tak akan bisa kembali.

Dalam beberapa menit, penonton mengetahui identitas sang gadis muda: Okgyeon. Ia lari karena keluarganya menyerahkannya kepada salah satu pemuda tersebut. Okgyeon menolak dijual oleh keluarganya. Dalam panik, ketakutan, dan putus asa, Okgyeon memasuki batasan hutan yang terlarang dimasuki. Ditandai dengan sebuah tali tambang yang diikat dengan lonceng-lonceng. 

Sesaat ia berhenti di depan tali tambang setinggi mata kaki tersebut. "Toh, aku juga akan mati. Tak ada bedanya kalau aku masuk ke sini," ia bergumam. 

Narator Kembali bertutur tentang mitos hutan terlarang, makhluk-makhluk tak kelihatan, dokkaebi. Dalam dunia mitologi Korea, dokkaebi juga berjuluk goblin. Kata 'goblin' mengingatkan saya pada Guardian: The Lonely and Great God, sebuah drama Korea yang popular pada 2016. Goblin yang membuat seluruh dunia terpesona pada Gong Yoo, Kim Go-eun, dan Lee Dong-wook. Namun goblin atau dokkaebi di sini digambarkan dengan wujud berbeda: perempuan.

Tampaknya Lim Yoori sang sutradara merunut pada mitologi Korea Selatan, dokkaebi dalam Forest of Echoes mengenakan hanbok, punya kemampuan supernatural, dan dapat berinteraksi dengan manusia. Namun horor bukanlah genre film ini. Melainkan drama dan fantasi. Penonton memang dibuat tegang, terkejut, dan bertanya-tanya. Tak ada jump scare.

Film ini menitikberatkan pada tokoh Okgyeon dan Bangul--dokkaebi yang ditemuinya. Bangul berwujud seorang perempuan cantik mengenakan pakaian hanbok yang digunakan dalam upacara pernikahan. Hanbok berwarna merah dan dandanan seorang perempuan yang akan menikah. Okgyeon ternyata mengenal Bangul. Misterinya, apakah itu benar-benar Bangul atau dokkaebi yang menyamar dengan wajah dan wujud Bangul?


Forest of Echoes sinopsis film Korea
Tokoh Bangul dalam film Forest of Echoes.


Interaksi antara Okgyeon dan Bangul inilah yang menarik. Ada pesan yang tersisip di sana. Sebuah pesan tentang kemerdekaan dan kebebasan memilih bagi perempuan. Sebuah kearifan lokal ala Korea Selatan. Sebuah cerita rakyat dan mitos dokkaebi.

Lim Yoori, sang sutradara, menganyamnya dengan baik dalam waktu 22 menit. Ia membuat saya sebagai penonton bertanya-tanya:

Kenapa gadis muda, mungil, dan cantik ini harus lari ke hutan?

Kenapa ia nekad dan berpikir kematian adalah jawaban?

Apakah ia akan selamat--dari kejaran pemuda dan angkernya hutan?


*


Film kedua ditayangkan setelah jeda beberapa menit. On The K:Fantasia adalah sebuah pertunjukan musik yang diselingi semacam talk show ataru gelar wicara. Acara ini menampilkan Gyubin, Lee Mujin, dan grup musik HYB yang terdiri dari Huh Gak, Shin Yong Jae, dan Onestar. Uniknya, pertunjukan musik ini berlatar hutan dengan binatang seperti singa, harimau, dan gajah. Penonton seperti dibawa menyaksikan konser di tengah hutan. 

Gyubin membawakan lagu Square dan Evergreen. HYB menyanyikan lagu ballad berjudul How Could You Live. Mereka kemudian berinteraksi dengan penonton yang mengirimkan kisah-kisah menarik. Ada penonton yang menceritakan profesi mereka sebagai perawat. Untuk mengapresiasi mereka, Gyubin menyanyikan Satellite yang dibawakan dengan gitar.

Kemudian HYB menyanyikan lagu Propose, untuk penonton yang mengirimkan kisah kakaknya yang hendak berhenti kerja untuk mencari jati dirinya.  

Lee Mujin menyanyikan Room No.8 dengan gitar akustiknya. Ia juga membawakan lagu Ordinary Confession dan Bird on The Edge. Sebagai pamungkas, Lee Mujin, Gyubin dan HYB menyanyi bersama sebuah lagu berjudul Running On The Sky.

*

Film dan musik Korea adalah konten budaya paling populer di Indonesia, mulai dari generasi baby boomer, X, milenial hingga gen Z. Tak heran kalau kali ini KCC Indonesia menyandingkan keduanya sekaligus dalam penayangan di bioskop CGV.

Acara On The K:Fantasia cukup unik lantaran melibatkan interaksi penonton dalam pertunjukan musiknya. Para penyanyi ini berupaya melibatkan emosi penonton dengan meminta mereka mengirimkan kisah-kisahnya. 

Para penyanyi kemudian memilih beberapa kisah untuk dibacakan, lalu sebagai apresiasi menyanyikan lagu yang sesuai untuk pengirim kisah tersebut. Kamera kemudian menyorot ekspresi penonton yang dibacakan kisahnya. Ada yang matanya berkaca-kaca, ada yang tersenyum, ada yang terharu. Inilah cara para penyanyi menjaga kedekatan dengan para penggemarnya. 


***

Tabik, 

Nieke Indrietta @misskatanieke

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.