Drakor True Beauty mempertanyakan standar kecantikan yang kerap jadi toxic beauty. Isu insecurity bukan hanya problem anak SMA seperti Im Jukyeong.
Drakor True Beauty mempertanyakan standar kecantikan dan isu bullying. Foto: desain Canva |
Sore itu, langit terlihat cantik dari atap pencakar langit sebuah kota di Korea Selatan. Semburat merah saga di kanvas biru langit. Gedung-gedung tinggi seumpama tangan-tangan yang berupaya menggapainya.
Tak demikian halnya hati Im Jukyeong (Moon Gayoung) yang gundah gulana. Kedua kakinya menjejak pinggir rooftop—atap gedung—dengan wajah sembab usai menangis lantaran kena rundung. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya. Matanya yang memancar luka menatap kota dari ketinggian. Ia berdiri dengan bimbang hingga langit menjadi temaram.
Pijar warna-warni dari gedung-gedung menjadi pengganti lukisan langit senja. Sebuah papan reklame di atap gedung seberang menayangkan seorang mendiang idol merayakan ulang tahunnya ke-18. In loving memory of Jeong Se Yeon. Nyawanya terenggut diri sendiri genap setahun sebelumnya.
“Sungguh tragis, dia akan berumur 18,” gumam Im Jukyeong. Jantungnya berdegup makin kencang. Napasnya tersengal. Ia tersentak, memundurkan langkah dari tubir gedung.
“Aku tak ingin mati,” ucapnya. Seketika Im Jukyeong merasakan angin berhembus begitu kencang. Dingin yang menggigit kulit.
Dari belakang, seorang pemuda baru saja naik ke atap yang sama dan melihat seorang gadis tak dikenal berdiri di pinggiran atap gedung. Dengan sigap, ia berlari dan menarik tubuh Im Jukyeong. Tubuh Im Jukyeong terempas ke lantai bersama sang pemuda.
Pemuda yang menyelamatkan Im Jukyeong itu adalah Lee Suho yang diperankan Cha Eunwoo. Itulah detik-detik menegangkan dan mengandung bawang di menit ke-20 episode pertama True Beauty.
Sekilas Sinopsis Drakor True Beauty
Drama Korea yang diangkat dari Line Webtoon karya Yaongyi ini berkisah tentang proses pencarian jati diri Im Jukyeong. Usai percobaan bunuh dirinya yang gagal, Im Jukyeong mendapat kesempatan pindah rumah yang berarti juga pindah sekolah. Keluarganya tak tahu perundungan yang ia alami.
Sebelum masuk sekolah yang baru, Im Jukyeong belajar merias wajah. Ia berhasil berdandan menutupi wajah aslinya, seolah itulah yang merupakan wajah aslinya. Namun ternyata di sekolah baru itu, Im Jukyeong sekelas dengan pemuda yang menolongnya, Lee Suho.
Im Jukyeong belajar dandan. Sumber: TVN |
Sekolah baru ini menjadi kesempatan Im Jukyeong untuk memulai hidup barunya tanpa perundungan. Ia mempunyai teman-teman, seperti Lee Suho, Han Seojun, Kang Soo-jin—yang berwajah cantik alami, dan Han Go-woon—adik Han Seojun.
Episode demi episode, penonton dibawa melihat transformasi Im Jukyeong. Dari kepribadian yang ketakutan ketika bertemu para perundung menjadi berani bertindak melawan. Tentu saja, sebuah drama Korea tak akan lengkap dengan kisah cinta. Saat tayang on going, penonton sampai membuat tim Suho dan Seojun sebagai gambaran harapan di mana hati Jukyeong bakal berlabuh. Walau tim-timan ini tak seheboh tim Han Jipyeong dan Nam Dosan dalam drama Start Up.
Berbeda dengan drama Korea sejenis yang bertema serupa, Im Jukyeong ditampilkan menjadi pribadi yang percaya diri tampil tanpa riasan. Walau tetap berdandan, ia tak lagi menganggap wajah hasil riasan itu sebagai jati dirinya. Selain tema transformasi kepribadian dari seseorang yang insecurity menjadi percaya diri, topik bullying yang diangkat drakor ini juga sangat tajam.
Baca juga: Drakor True Beauty: Cara Menolong Korban Bullying
Han Go-woon mengalami bullying. Sumber: TVN |
Jalinan cerita dalam versi drama Korea berbeda dengan versi webtoon. Namun garis besarnya sama, dengan karakter tokoh yang sama. Hanya terdapat improvisasi karakter tokoh tertentu, misalnya Kang Soo-jin.
Mayoritas Perempuan Indonesia Tidak Merasa Cantik
Sesungguhnya tokoh Im Jukyeong mewakili perempuan di seluruh dunia. Dalam drama Korea True Beauty, Jukyeong barangkali hanya gadis yang mengalami masa puber dan insecurity. Ia memiliki wajah yang dianggap tak memenuhi standar kecantikan masyarakat. Lantaran itu, ia menjadi korban perundungan sebuah grup di sekolahnya.
Malangnya, Im Jukyeong juga kerap diejek tak cantik di mata ibu dan adiknya. Tak jarang kata-kata kasar ia terima dari ibunya. Misalnya, “Kalau tak punya wajah cantik, minimal jadi anak yang cerdas!” Ia tak pernah menerima afirmasi dari ibunya.
Ditolak di pergaulan sekolah, tak mendapat penerimaan diri di rumah. Im Jukyeong mencapai puncak emosionalnya saat ia dihina oleh sebuah geng perundung di sekolahnya. Tak hanya itu, sebuah video perisakan dirinya viral di internet. Di titik klimaks itulah, Im Jukyeong hampir melompat dari pencakar langit.
Entah kenapa, saya yakin seorang perempuan pernah merasa tidak cantik minimal sekali dalam hidupnya. Entah di masa puber atau dewasa. Entah karena jerawat atau bintik hitam yang muncul di wajahnya. Bisa juga karena komentar orang. Bahkan lantaran iklan kosmetik di media massa yang selalu menampilkan kecantikan paripurna tanpa noda.
Dove, sebuah brand produk, pernah mengadakan riset bertajuk Indonesia Beauty Confidence Report 2017. Hasilnya, sebanyak 38 persen perempuan Indonesia pernah merasa kurang percaya diri dan membandingkan dirinya dengan orang lain. Riset yang sama menyatakan sebanyak 84 persen perempuan Indonesia tidak menyadari mereka cantik.
Saat saya seusia Im Jukyeong, saya pun mengalami krisis identitas. Majalah-majalah remaja kala itu menampilkan figur standar perempuan cantik tanpa noda di wajahnya. Generasi 1990-an tentu ingat model-model perempuan populer saat itu tak ada yang memiliki tanda lahir di wajahnya. Wajah mulus tanpa noda—belakangan saya tahu oh itu ternyata hasil editing Photoshop. Cindy Crawford adalah pengecualian, dia satu-satunya model yang mendobrak stereotipe standar kecantikan--melalui tahi lalatnya--di era itu.
Saya sendiri memiliki tanda lahir alias tahi lalat di wajah saya, serupa aktor Rano Karno orang bilang. Tanda lahir ini sempat membuat saya tidak pede gegara paparan standar kecantikan di media, entah iklan, majalah, dan televisi. Belum lagi olok-olok teman, “Itu laler (lalat, bahasa Jawa).” Duh, rasanya ingin menutupi dagu saya. Waktu itu belum tren operasi plastik sih. Kalau iya, mungkin di usia itu saya sudah terpikir untuk melakukannya.
Puji Gusti, saya tidak pernah melakukannya. Tanda lahir itu tetap ada di dagu saya hingga sekarang.
Insecurity adalah isu yang dialami perempuan di rentang usia mana saja. Saya memiliki seorang teman, yang ibunya melakukan suntik kecantikan di bagian bibir agar bentuknya lebih penuh. Itu bukan yang pertama kalinya. Ia pernah melakukannya di payudara dan bagian tubuh lainnya.
Menjadi masalah, ketika suntikan di bibir yang terakhir ini kemudian menimbulkan reaksi tertentu. Bibirnya bengkak dan bernanah beberapa hari kemudian. Ia harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk perawatan di rumah sakit, memulihkan luka itu. Usut punya usut, ibu teman saya mengalami krisis percaya diri. Cerita tentang ibu teman ini merupakan salah satu contoh bahwa isu insecurity bukanlah milik anak puber seperti Im Jukyeong dalam drakor True Beauty semata.
Im Jukyeong dan Han Go-woon di True Beauty. Sumber: TVN |
Trik-trik marketing produk kosmetik dan kecantikan di media menggiring dan membentuk opini standar kecantikan: perempuan cantik itu berkulit putih, berambut panjang dan lurus, tinggi, langsing, wajah mulus tanpa noda. Padahal perempuan Indonesia itu heterogen.
Perempuan Jawa memiliki kuning langsat, perempuan etnis Tionghoa berkulit putih, perempuan dari wilayah Indonesia Timur berkulit coklat hingga gelap, dengan rambut keriting seperti penyanyi Mariah Carey. Kecantikan perempuan Indonesia sungguh beragam. Itu baru soal fisik.
Dalam hal karakter, pembentukan opini stereotipe juga melalui tayangan drama baik lokal dan luar yang menampilkan bahwa perempuan cantik itu: lemah lembut, pendiam, pasrah alias nrimo dalam bahasa Jawa, tak boleh asertif dan agresif, tak boleh mengutarakan pendapat. Padahal karakter perempuan apalagi kekinian makin beragam. Banyak sederet wanita berprestasi dan mempunyai jabatan dengan kepribadian yang unik.
Baca juga: Drakor yang mengangkat perempuan sebagai figur pemimpin, Start Up dan Search: WWW
Gambaran stereotipe kecantikan ini kemudian menjadi standar di mata masyarakat. Bahkan stereotipe kecantikan itu menjadi standar pertemanan, pekerjaan, kelas sosial. Itu berlangsung tak hanya di Indonesia, tapi juga tergambar dalam drama-drama Korea yang dikonsumsi warga dunia.
True Beauty versus Toxyc Beauty
Drama Korea True Beauty mencoba melawan standar kecantikan yang kerap jadi toxic beauty itu melalui empat tokohnya: Im Jukyeong (Moon Gayoung), Im Hee-kyeong (Im Se Mi), Han Go-woon (Yeo Joo-ha), serta Kang Soo-jin (Park Yoo-na).
Drama Korea True Beauty bukan satu-satunya yang mempertanyakan standar kecantikan perempuan, stereotipe perempuan dalam masyarakat, dan mengandung pesan feminisme. Film Kim Ji-young Born 1982 adalah salah satu film yang mengangkat stereotipe perempuan tersebut.
Belakangan ini juga bermunculan tokoh-tokoh dalam film dan drama Korea yang memiliki karakter jauh dari stereotipe perempuan dalam masyarakat. Bahkan karakter yang memunculkan standar kecantikan baru.
Im Jukyeong
Im Ju-kyeong versi drakor dan webtoon. Sumber: TVN |
Awalnya Jukyeong memang berkarakter tak percaya diri. Pada proses transformasinya, penonton menemukan Im Jukyeong bisa nyaman meski tanpa riasan wajah. Bukan berarti riasan wajah itu menjadi kepalsuan. Sebab ada situasi yang memang mengharuskan kita tampil rapi dan mengenakan make up. Intinya adalah inner beauty, titik kita nyaman dengan wajah dan tubuh serta diri sendiri.
Im Hee-kyeong
Im Hee-kyeong, kakak Im Ju-kyeong. Sumber: TVN |
Figur Im Hee-kyeong--kakak Im Jukyeong dalam True Beauty--melawan stereotipe kecantikan perempuan yang mengatakan perempuan harus kalem, diam, tak boleh beropini. Sering bukan dengar kalimat semacam ini, "Jadi perempuan jangan terlalu cerdas, nanti laki-laki takut." Nah, Im Hee-kyeong melawan semua stereotipe semacam itu. Perempuan bisa tampil cerdas, berkarakter, berprestasi.
Han Go-woon
Han Go-woon di True Beauty. Sumber: TVN |
Han Go-woon memiliki problem yang sama dengan Im Jukyeong. Gadis adik kelas Jukyeong yang adalah adik kandung Han Seo-jun ini memiliki tipikal wajah yang sama dengan Jukyeong. Go-woon juga kerap dirundung geng cewek populer dan berwajah cantik di sekolahnya. Namun Go-woon memiliki level percaya diri yang lebih baik daripada Jukyeong. Ia berbakat menyanyi dan berani tampil. Ia bahkan menginspirasi Jukyeong untuk berani nyaman dengan diri sendiri.
Baca juga: Bercermin dari Kasus Bullying Korea Selatan
Kang Soo-jin
Kang Soo-jin dalam True Beauty. Sumber: TVN |
Drama Korea True Beauty. Sumber: TVN |
Bagaimana dengan teman pembaca, pernah mengalami insecurity? Bagaimana caramu mengatasinya?
Salam hangat,
Nieke Indrietta
Baca artikel lainnya soal film dan drama Korea di sini.
awal awalnya aku suka mbak nonton drama ini
BalasHapustapi nggak tahu kenapa stuck di episode 7, hehe
sebenarnya drama ini related bgt ama kehidupan para perempuan ya mbak
Ngga bisa dipungkiri bahwa pertama kali kita menilai orang dari luarnya. Kita baru bisa mengenal karakter saat sudah berbincang dan mengenalnya. Saya kira, hampir semua orang bergelut dengan insecurity, hanya saja penyebab dan kadarnya saja yg beda
BalasHapus38 persen perempuan Indonesia pernah merasa kurang percaya diri dan membandingkan dirinya dengan orang lain ya ...
BalasHapusHal ini bisa diminimalkan kalau orang tuanya, khususnya ibunya mendukungnya, tidak membanding-bandingkannya dengan orang lain. Sedih ya.
Insecurity pernah jadi nama tengahku, Mba wkwkwk
BalasHapusGa tau, adaaaa aja hal2 sepele yg selalu bikin insekyur.
Ga hanya soal penampilan sih... kebanyakan soal bakat, achievement gitu gitu deh :D
Banyak perempuan korban iklan sebenarnya, mungkin juga tanpa disadari atau sekedar ikut ikutan trend saja. Padahal kan inner beauty lebih penting. Ssya juga pernah gitu, ada taik lalat nempel yg tumbuh makin panjang, dokter bilang hanya skin tag sih, tapi tiap ketemu orang selalu diliatin. Saya jd ga enak sendiri dan ha percaya diri. Akhirnya ke dokter kulit utk membuang skin tag itu.
BalasHapusMungkin aku juga pernah merasa insecurity soal fisik, ya. Tapi di sisi lain juga aku paham kelebihanku dan lebih fokus ke sana.
BalasHapusYah jadi kangen kan sama Nunu 🤭 Saya suka ending drama ini, Kak, karena Ju Kyeoung tidak dibuat beneran cantik. Dia tetap memiliki jerawat, tapi memang lebih cantik bila dibanding episode-episode awal yang alisnya tebel banget dan hitam (agak lebay menurut saya 🤭rasanya tidak ada dalam real life. Mungkin memang harus seperti itu biar kesannya jelek banget) Jadi, pesan self-love nya juga dapet. Berbeda kalau misalkan dia dibikin beneran cantik tanpa riasan, nantinya malah jadi bias karena ada kesan dia jadi percaya diri karena dia cantik sesuai standar cantik menurut kebanyakan orang.
BalasHapusInsecurity saya ada juga dalam karakter.
BalasHapusDi dalam tulisan Mbak Nieke menyebutkan stereotipe perempuan pendiam, pasrah alias nrimo dalam bahasa Jawa, tak boleh asertif dan agresif, tak boleh mengutarakan pendapat.
Nah saya itu terbentuknya pendiam krn pola didik. Padahal aslinya saya tidak suka kebebasan pendapat saya dikungkung. Saya bisa pasrah/nrimo setelah saya memang betul2 berusaha dan mandeg. Lama juga mengusahakan untuk menjadi diri sendiri dan merasa nyaman.
Tak ada standar kecantikan yang benar2 sama. Bahkan definisi cantik pun bisa saja berbeda untuk satu orang dan orang lainnya. Jadi kita harus berhenti memusingkannya. Drakornya bagus, amanatnya berat.
BalasHapusMasalah bully membully ini rupanya telah menjadi masah dunia, yang lumayan sulit dilenyapkan. Selamat sore, snanda Nieke.
BalasHapusWah jd penasaran ceritanya bs transformasi dari insecurity menjadi percaya diri, itu gmn prosesnya...
BalasHapusSemua perempuan pasti ingin tampil cantik ya mbak, entah bagaimana caranya mereka pasti akan berusaha untuk memperbaiki penampilan. Tapi kalau sampai berlebihan mending gak usah deh, alih2 jadi cantik yang ada malah timbul masalah.
BalasHapusNggak ada yg salah sebener'y sama make up, selama bikin orang makin percaya diri ya bebas2 aja ya. Tapi kenapa kalo nggak make up harus d bully2 itu yang bikin sedih. Jadi berasa salah kalo tampil apa adanya..
BalasHapusPernah insecure, tapi bukan karena merasa tidak cantik, melainkan karena merasa kurang pintar. Huhuhu... Bahkan saya sempat merasa ngga berguna jadi orang. :(
BalasHapusTapi syukurlah, semua sudah teratasi sekarang. :)
Saya pernah merasakan insecurity sehubungan dengan keadaan fisik saya. Dibully? Pernah juga, waktu jaman SD. Alhamdulillah saya ga menyimpan marah atau dendam. Semakin kesini fokus saya adalah mengedepankan prestasi daripada mikirin fisik. Alhasil saya bisa menikmati hidup meskipun memiliki kelemahan fisik. Dengan apa yang saya pikirkan dan perbuat, semesta mendukung.
BalasHapusAku nonton drama ini
BalasHapusIkuti perkembangan Ju-kyung dan kakaknya
Mereka sama sama punya cerita soal mempeprtahankan cinta di balik kecantikan yang dimiliki
Drakor ini aku gak sampe habis nontonnya. Gak tahu nih jadiannya sama siapa. Cinta segi tiga bikin baper ey. Cantik itu dari hati. Yups setuju deh.
BalasHapusKalau Drakor true beauty ini kutontotn jujur karena ikutin webtoonnya. Tapi kalau ga ikutin webtoonnya, aku rada gimana dengan alurnya yang kurang greget dan terlalu mainstream dengan bullying dan fisik. Hehe.
BalasHapuswahhh true beauty, webtoonnya bgs, tp drakornya sy baru nonton stgh. soalnya ga sama dgn d webtoonnya
BalasHapusJaman remaja dulu ga pernah masuk genk cantik, udah biasa ga dipandang ama cowok. Malah aman rasanya hidup ini hehehee... Sebenarnya mau punya wajah cantik (sesuai standar semu yang dianut orang-orang) ataupun tidak, setiap manusia berhak hidup bahagia. Penting juga bagi kita menanamkan pada anak-anak untuk tidak mudah menilai orang melalui penampilannya. Setiap orang pasti punya kekurangan, jadi kalau bisa ya berteman dengan siapa saja tanpa melihat penampilan fisik ataupun perbedaan finansial keluarga.
BalasHapusCerita drakornya sangat menarik. Saya biasanya nggak suka yang tema young ini tapi pas nonton true beauty ini langsung semangat nontonnya. Yang pastin banyak pelajaran yang bisa kita petik dari Ju Kyung dan beberapa tokoh perempuan yang ada di drakor ini
BalasHapusHan Go-Woon mungkin punya percaya diri yang lebih baik karena nggak dibully oleh keluarga ya, Mbak. Saya salut banget sama Go-Woon yang berani stand up untuk dirinya dan oranag lain.
BalasHapusKetika baca judulnya "Stereotipe Kecantikan yang Bikin Insecurity", hmm menarik nih ada yang mau bahas drama Korea dari sudut pandang yang cukup minor. Dan setelah baca sampai habis jadi penasaran akan drama ini. Apakah drama ini sebenarnya sebagai bentuk kritik terhadap budaya korea yang sangat menjunjung tinggi kesempurnaan dalam hal kecantikan maupun ketampanan? Karena tidak bisa dipungkiri lagi di Korea operasi plastik menjadi hal lumrah dan malah menjadi hal yang sangat diidam-idamkan oleh masyarakat mereka.
BalasHapusBegitulah drama korea, tak sedikit yang mengangkat cerita sederhana. Namun karena piawai yang dipunyai tim kreatif juga sutradara, kadang bisa langsung masuk ke ranah emosi paling dalam. Hasilnya, luar biasa.
BalasHapusTrue Beauty ini drama korea yang diangkat dari webtoon
BalasHapusdramanya juga bagus dan tinggi ratingny
Gimana ya agak bingung juga sebenarnya menyikapi drama ini. Tema yang diangkat pas banget sama kehidupan sehari-hari tapi kembali lagi sosok Jukyung menunjang diri dengan keahlian make up yang oke. Meskipun di sisi lain ada Suho yang menyukainya apa adanya. Di dunia nyata agak-agak tidak mungkin, hehe.
BalasHapusaku ngikutin drakor dan juga webtoon-nya sampai sekarang wkwkwk,
BalasHapusmemang drakor ini identik dan relate banget tentang insecure dan bullying. But in the end, ternyata hal tersebut bisa diatasi jika kita bersyukur dan percaya diri. Love banget sama drakor ini..
menurutku bukan hanya perempuan aja soal toxic beauty ini, namun buat cowok juga ngerasa ada toxic masculinity yang ketika melakukan perawatan pun dikatain hehe..
BalasHapusYap, Indonesia itu cantiknya beragam ya kak... Kadang persepsi org lain itu tidak bisa dibenarkan, yg selalu menilai cantik dari sekedar fisiknya saja padahal cantik itu relatif ya.. Maka tak jarang ya persepsi itu beredar shingga sering terjadi bullying, bisa jadi rusak mental akibatnya...
BalasHapusdulu sempet liat drama ini tapi belum nonton sampe abis heu, tapi soal toxic beauty emang karena pengaruh mindset media juga sih yaa, standarisasi cantik itu yg putih, bersih, bening, bersinar, kurus, dsb yang jadi akar toxic beauty, padahal sejarah kecantikan juga terus berubah dari jaman dahulu kala, juga standar kecantikan suku-suku tertentu pun beda
BalasHapusKalau standar di Indonesia menurutku masih perempuan berkulit putih. Makanya banyak yang akhirnya memilih suntik putih. Kalau trend skrg lagi heboh bgt skincare. Brand skincare berlomba2 launching produk dgn klaim membuat wajah glowing. Aku sbg acne fighter yang udah cobain banyak skincare tapi tetep gabisa ilangin bekas jerawat ya sering bgt insecure, tp krn udah makin dewasa jadi pola pikirnya pun makin berubah untuk bisa lebih simple, yg penting gak kumel dan dekil dah 🤣 jerawat hormon pun kalau datang tiap bulan ya udah biar aja nanti jd dia pecah dan ilang sendiri haha
BalasHapusincerurity perempuan rasanya gak berhenti dibahas ya mba, karena faktanya emang masih banyak terjadi termasuk ketidaksetaraan gender. bagi aku pribadi sih yang paling kena film nya kim ji young, steriotip perempuan yang "hanya" IRT sampao lost identity karena peran ganda, terlihat jelas di film itu. mungkin karena sesama ibu ibu jadi relate banget ya, hehehe. aku sih berharap dengan film film seperti true beauty atau kim ji young makin banyak ya, terutama di kita nih lewat sinetron indonesia.
BalasHapusSaya punya keponakan perempuan, rambutnya keriting seperti orang timur. Cantik sekali sampai teman-temannya iri. Namun malah direbonding. Katannya rambut lurus itu lebih cantik. Pernah juga dengar seseorang, kalau perempuan berambut keriting itu pasti cantik.
BalasHapus