Menu

Percik Kata Nieke

Kamis, 11 Maret 2021

Bercermin dari Kasus Bullying Korea Selatan

Dampak bullying atau perundungan cukup fatal, dari kesehatan mental di sisi korban hingga potensi mengakhiri hidup. Layakkah pelaku mendapat maaf?

 

The Guilty Secret, webdrama, bullying
The Guilty Secret, drama mini seri Korea yang angkat soal bullying. Foto: Playlist Global



Saya terkejut ketika membaca berita aktor Ji Soo tersandung  kasus skandal bullying atau perundungan di Korea Selatan yang juga sedang menimpa artis-artis di sana. Sama sekali tidak menyangka.

Ji Soo mengeluarkan pernyataan minta maaf kepada publik, ada pula pernyataan dari agensinya. Akibat pemberitaan itu, perannya sebagai On Dal dalam drama Korea yang sedang tayang--River Where The Moon Rises, digantikan oleh Na Inwoo--pemeran Kim Byeong In dalam drakor Mr Queen. 

Kasus Ji Soo sendiri masih menjadi perdebatan, karena menurut agensinya tak semua tuduhan yang dilayangkan benar. Namun budaya di Korea Selatan tidak menghendaki tokoh publiknya diterpa skandal, sehingga biasanya mereka akan mundur sampai kasus itu terbukti benar atau salah.

Ji Soo bukanlah satu-satunya artis yang terseret pusaran skandal bullying di Korsel. Ada sederet nama artis lainnya. Nama-nama yang larut dalam pusaran itu, di antaranya juga ada yang mengeluarkan bantahan dan bukti bahwa tudingan tidak benar. Belakangan juga ada beberapa artis yang sanggup membuktikan dirinya tak bersalah. Meski ada pula yang memang terbukti bersalah.

Saya sendiri termasuk orang yang mempercayai asas praduga tidak bersalah. Bahwa suatu tudingan belum bisa dinyatakan sebagai kebenaran sampai terbukti benar atau salah. Hal ini bukan berarti saya tak empati pada para korban perundungan.

Viralnya kasus ini bikin saya penasaran bagaimana sih awal mulanya sampai heboh. Saya menemukan jawabannya di vlog Han Soljang, saluran Youtube Korea Reomit. Ternyata berawal dari atlet voli Korsel, yang pernah merisak temannya di masa lalu. Lalu temannya yang pernah jadi korban perundungan atlet voli ini membuat pengakuan. Saya rekomendasikan teman-teman pembaca meluncur ke vlog Korea Reomit.

Seperti tagar #metoo, topik kasus bullying seperti badai yang menerpa tokoh-tokoh publik lainnya.  Hal paling membetot perhatian saya adalah pernyataan Han Soljang menjelang akhir videonya. Ternyata ia pernah mengalami perundungan.  Saya merasa miris mendengar ceritanya. Ada beberapa pertanyaan menarik dibahas di vlognya:

-Apakah orang yang pernah jahat di masa lalu tidak punya hak untuk berubah hidup baik di masa kini?

-Apakah orang yang pernah merundung layak menjadi tokoh publik?

*

Bullying dan Cyberbullying dalam Sorotan Drakor

 

Perundungan bisa menimpa siapa saja. Dari kalangan orang biasa bahkan artis. Perisakan atau bullying bisa berbentuk verbal atau kata-kata, fisik, hingga ujaran kebencian di internet atau cyberbullying. Di era digital, perundungan dapat pula berbentuk doxing, yakni penyebaran informasi yang sebenarnya bersifat pribadi seperti keluarga, pekerjaan, rumah kepada publik.

Dampak perundungan cukup fatal, dari kesehatan mental di sisi korban hingga bunuh diri. Pelaku perundungan bisa lupa apa yg mereka lakukan ke korban, tapi korban menderita trauma. Biasanya korban pindah sekolah, pindah rumah, pindah lingkungan, tak sedikit yang berujung dengan kasus bunuh diri.

Tampaknya kasus perundungan termasuk hal yang menjadi perhatian bagi publik Korea Selatan, apalagi kalau berimbas ke kasus bunuh diri. Tak heran, kalau realita itu diangkat menjadi topik drakor atau film Korea. Dalam ilmu sosiologi, ini disebut media yang menerapkan teori realita sosial. Secara gampangnya, ketika sebuah karya seni mengangkat sebuah fenomena dalam masyarakat ke dalam karyanya.

Dalam drama Korea True Beauty, masalah perisakan mendapat sorotan serius. Tokoh utamanya, Im Jukyeong (diperankan Moon Gayoung) mengalami perundungan di sekolah lamanya hingga ia nyaris mengakhiri hidup. Untung saja dicegah Lee Suho (diperankan Cha Eunwoo).

 

Drakor True Beauty, bullying
Drakor True Beauty dengan pemeran Moon Gayoung angkat isu bullying. Foto: screenshot video

 

Ada tiga tipe perundungan yang sebenarnya disorot dalam drakor True Beauty. Pertama, perundungan verbal dan fisik yang dialami Im Jukyeong di sekolah lamanya.

Kedua, perundungan berbentuk cyberbullying yang dialami artis Jung Se Yeon (diperankan Chani SF 9)--sahabat Lee Suho dan Han Seo-jun (diperankan Hwang Inyeob). Fitnah yang dilemparkan ke Jung Se Yeon menyebabkan ia menjadi serbuan netizen dan media massa. Jung Se Yeon mengakhiri hidupnya karena tak tahan tekanan.

Adegan cyberbullying juga diperlihatkan pada episode pertengahan, menimpa Im Jukyeong, yakni adegan ia dirisak temannya melalui percakapan di media sosial ketika masa lalunya dan foto dirinya tanpa riasan terungkap di sekolah baru.

Ketiga, perundungan yang diterima Im Jukyeong dalam keluarganya. Ibu dan adiknya mengata-ngatai ia berwajah buruk dan bodoh. Lingkungan terdekat bernama keluarga yang semestinya menjadi tempat perlindungan, justru menjadi tempat yang tidak aman bagi Jukyeong. Maka tak heran, ketika ia mengalami perundungan di sekolah--Jukyeong yang tak tahu harus berkeluh kesah kepada siapa--nyaris lompat dari gedung.

Tak cuma True Beauty yang mengangkat topik perundungan. Banyak drakor-drakor yang menyisipkan isu perisakan dalam jalinan ceritanya. Misalnya 18 Again, Sky Castle, School 2015, My ID is Gangnam Beauty, dan masih banyak lagi. 

Ada sebuah drama mini seri bertema perundungan yang menurut saya tak kalah menarik, judulnya The Guilty Secret. Ceritanya masih seputar perundungan. Woo Ji-soo (Kim Nuri), sang tokoh utama yang pelajar SMP, dirisak karena tuduhan palsu.


The Guilty Secret, kdrama, Playlist Global
Drama mini seri Korsel, The Guilty Secret. Foto: Playlist Global

 

Ketika pindah sekolah, ia berusaha menyembunyikan pengalaman itu karena malu. Secara psikologis, korban perisakan memang merasakan malu dan trauma. Seiring waktu, Ji-soo belajar menerima keadaan dan berani menghadapi masa lalunya. 

Drakor sebanyak 12 episode yang masing-masing episodenya hanya berdurasi 10 menit ini diproduksi Naver Playlist Global dan ditayangkan di Naver Tv Cast pada 2019. Kamu bisa menonton The Guilty Secret di saluran Youtube Playlist Global.

 

Pelaku Perundungan Layak Diampuni?

 

Kembali ke pertanyaan Han Soljang, apakah orang yang pernah berbuat bullying layak diampuni? Apakah mereka punya kesempatan berubah? Para perundung yang terekspos di Korea Selatan menerima hujatan netizen dan masyarakat. Apakah mereka layak menerima perlakuan ini?

Jawabannya tentu berbeda-beda bagi tiap individu. Apalagi bagi orang-orang yang pernah memiliki pengalaman pribadi dibully. Dalam hal ini, saya tak hendak menyorot kasus yang tengah terjadi di Korea Selatan. Mereka memiliki budayanya sendiri. Kasus-kasus itu juga punya cara penyelesaiannya.

Alih-alih, bagaimana kasus perundungan dalam masyarakat Indonesia? Mungkin apabila terjadi kasus serupa, respon tak jauh berbeda.  Pelakunya bakal dihujat ramai-ramai oleh netizen yang mahabenar. Secara khusus, bagaimana jika itu adalah hal yang dialami orang terdekat atau bahkan diri kita sendiri? Jawabannya--lagi-lagi--tentu berbeda bagi tiap individu.

Hmm, sebenarnya drakor yang saya sebutkan judul-judulnya di atas telah menyajikan solusi. Dalam True Beauty, ada beberapa alternatif solusi. Pertama, Im Jukyeong mengkonfrontasi para perisaknya. Melawan--setelah kepercayaan dirinya pulih. Omong-omong, melawan bukan berarti membalas dendam. Namun berani bertindak tegas ketika mengalami perisakan. 

Tentunya bukan hal yang mudah. Ada perisak yang bisa dikonfrontasi--seperti perundung di sekolah baru Jukyeong, ada yang tidak (perundung di sekolah lama). Malah ada perundung yang tidak merasa bersalah sama sekali, seperti geng perundung di sekolah lama Jukyeong. 

Kedua, lm Jukyeong memutuskan memaafkan perundungnya bahkan sebelum mereka meminta maaf. Ini terjadi setelah ia menemukan kepercayaan dirinya. 

Solusi ini pula yang ditawarkan dalam webdrama The Guilty Secret. Dalam webdrama ini, bahkan tokoh utamanya melangkah lebih jauh. Ini tampak dalam adegan terungkapnya kebenaran dari kasus yang menimpa Woo Ji-Soo, bahwa ia ternyata dirisak atas tuduhan palsu. 

Adegan ini digambarkan dengan begitu bagus dalam episode 11 The Guilty Secret, melalui kacamata si perundung dan korban secara bergantian. Ketika kebenaran terkuak dan si pelaku yang gantian kena sanksi sosial dari lingkungan sekitar, ia jadi memahami perasaan Woo Ji-soo ketika dirundung.

Ketika Woo Ji-soo melihat orang yang merisaknya gantian dirundung, ia seperti melihat dirinya sendiri di masa lampau ketika dibully. Ia tak ingin orang lain--termasuk orang penyebab ia dirisak--mengalami hal sama sepertinya.  Woo Ji-Soo mengambil langkah dengan meminta orang-orang sekitarnya tak menghujat dan merisak orang yang telah merundungnya.

Dengan kata lain, Woo Ji-soo tidak membalas dendam. Ia punya kesempatan untuk itu, tapi ia memilih tak melakukannya. Bahkan, ia dengan lantang meminta teman-temannya tidak menghujat orang yang menyebabkan ia dirisak.

Perisakan jelas adalah tindakan yang jahat, salah, dan merugikan orang lain. Memaafkan pelaku bukan berarti korban memberi pembenaran atas tindakan salah tersebut. Ketika korban memaafkan pelaku, ia membebaskan dirinya sendiri. 

 

Baca juga:  Pulih dari Masalah Kesehatan Mental, Bebas dari Mental Korban

 

Woo Ji-soo mencegah perundungan dalam The Guilty Secret. Foto: Playlist Global


Tentunya memaafkan pelaku perundungan bukanlah hal yang mudah. Dalam cerita pun dikisahkan, proses itu tidak terjadi hanya dalam sehari, sepekan, atau sebulan. Ada orang yang membutuhkan setahun, mungkin dua tahun. Bisa kurang atau lebih. 

Baca juga: Dari Drakor True Beauty: Cara Menolong Korban Bullying

The Guilty Secret saya angkat dalam tulisan ini lantaran menunjukkan betul perjuangan Woo Ji-soo untuk mengampuni orang yang menyebabkannya terperangkap trauma. Apalagi ketika bertemu pelaku yang merasa tak bersalah sama sekali. 

Woo Ji-soo bisa memutuskan untuk let it go demi dirinya sendiri. Dengan memaafkan, ia tak menunjukkan dirinya lemah. Sebaliknya, Woo Ji-soo menunjukkan ia memiliki jiwa yang besar dan kuat.

The Guilty Secret juga memperlihatkan kacamata salah satu perundung yang ingin berubah. Bagaimana perjuangannya untuk akhirnya berani mengakui kesalahan setelah sebelumnya dilanda ketakutan dan dikejar perasaan bersalah yang menghantui setiap saat. Terlepas korban menerima pernyataan penyesalannya atau tidak, ia pun menunjukkan jiwa yang besar ketika dengan rendah hati berani mengakui kesalahannya.

 

The Guilty Secret, drama mini seri Korea tentang bullying. Foto: Playlist Global


Tentunya, tak semua kisah dalam kehidupan nyata bisa berakhir 'impas' semacam dalam drakor ini. Setidaknya, kita bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri, apapun posisi kita--pelaku atau korban. Jangan hakimi korban, hargai perasaannya, biarkan ia menjalani prosesnya.

Dan jika kita pada posisi sebagai saksi atau orang yang mengetahui adanya perundungan, tolong, jangan diam saja. Mengingkari perundungan sama artinya mengizinkan terjadinya perisakan.


***

Nieke Indrietta

Tulisan saya yang  lain seputar drama dan film Korea, bisa diintip di sini.


28 komentar:

  1. Membaca tulidan kak nieke, selalu membuat saya terinspirasi. Ingin melihat film nya. Bukan karena suapa artisnya, tapi karena moral value dan pelajaran yang ada di dalamnya. Semoga bisa intip film korea di atas.

    BalasHapus
  2. Korea memang menggarap drama dan filmya dengan serius sehingga banyak pelajaran yang bisa kita ambil, bukan hiburan semata. Termasuk isu perundungan ini, memang disajikan apik dalam True Beauty (saya juga sudah nonton 🤭)

    Sering merasa tidak paham menapa sebagai sesama manusia bisa sampai hati berbuat hal demikian pada orang lain. Namun, di lain pihak, saya rasa setiap orang punya kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

    BalasHapus
  3. Duh, masalah bullying ini emang udah dari dulu ya sampai sekarang. Memang sepantasnya pelakunya dikasih sanksi, karena memulihkan mental korban itu cukup sulit dan butuh waktu yang lama. Salut juga sama Ji Soo, dia mau ngakuin masa lalunya. Tapii kasihan jika harus berhenti jadi aktor.

    BalasHapus
  4. Bullying itu ada di mana mana ya tapi di Korea yang paling sering jadi kasus ya. Di infonesia juga sering, terutama di media sosial, parah ya. Kasihan korban bullying bisa sampai sakit jiwa. Stop bullying jangan sampai kita jadi pelaku. Tulisan yang bagus dan edukatif. Nice 👍

    BalasHapus
  5. Miris dengan kasus bullyin yg sebenernya di Indinesia pun kerap terjadi. Dengan drama tersebut semestinya kita sebagai penonton bisa menganbil hikmah bahwa harus menahan diri agar tak terjebak dgn tindakam bullying

    BalasHapus
  6. Sedih banget klo dengar atau lihat kasus2 bullying yang semakin menjadi akhir2 ini. Bahkan banyak anak kecil menjadi korban dan yang lainnya sebagai pelaku bullying. Biasanya karena ada contoh dari orang dewasa atau tontonan. Yang harus selektif dari konsumsi hal negatif gak cuma anak tapi juga orang dewasa yang nyatanya gak dewasa, atau dalam kondisi mental yang sakit. Semoga kita terhindar sebagai korban maupun pelaku bullying. Semoga semua ingat masing2 kita punya dosa dan aib, dan cuma selamat karena pertolongan Allah yang menutupi aib kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka banget sama kalimat Mbak Linda yang ini: Semoga kita terhindar sebagai korban maupun pelaku bullying. Semoga semua ingat masing2 kita punya dosa dan aib, dan cuma selamat karena pertolongan Allah yang menutupi aib kita.

      Saranghaeyo, ahahahah.

      Hapus
  7. Bullying emang pembunuhan karakter seseorang y kak.. pelaku nya harus dihukum berat karena merusak mental korban.. bullying adalah musuh kita

    BalasHapus
  8. Ngeri bgt soal bullying ini ya mba
    dahlah ga kebayang aku kalo ternyata ji soo tuh se-'rusak' itu pas ABG-nya
    kalo kata tim produksi drakor, ternyata ji soo ampe dewasa juga sama2 rese-nya di lokasi syuting

    BalasHapus
  9. Nah, jadi tidak semua Drakor membawa penonton menjalankan kebiasaan yang sifatnya kurang baik, ya. Memang kalau kita jeli melihat sekeliling, segala sesuatu pasti ada hikmahnya ya

    BalasHapus
  10. Saya juga termasuk yang ngikutin berita tentang bullying di Korea karena tiba-tiba banyak para publik figurnya yang kena skandal ini. Tapi, memang harus dicari kebenarannya sampe bener-bener terbukti sih, soalnya kadang banyak juga tuduhan2 tak terbukti yang malah menghancurkan karir si publik figur dan itu sedih banget. Tapi, para pem-bully emang harus diberi sanksi sih karena perbuatannya bisa ngerusak mental seseorang. Menjawab pertanyaan tentang apakah pembully ini bisa jadi publik figur atau tidak mgkn emang sulit banget dijawab ya karena mengingat korbannya pasti tersiksa sedangkan dia bisa menikmati popularitas (mungkin)

    BalasHapus
  11. PR besar bagi kita untuk mendidik generasi masa depan yang welas asih. Semoga di Indonesia khususnya kasus bulliying bisa diminimalisir

    BalasHapus
  12. Ingin banget saya menonton filmnya. Pasti ada nilai moral suatu film. Bullying merupakan tema yang sedang layak untuk diperbincangkan karena banyak korbannya namun jarang berani yg speak up

    BalasHapus
  13. Korea kayaknya parah banget ya kasus perundungan kayak gini sampai jadi masalah serius di sana, mengenai aktor film yang dikeluarin itu top banget dah, serius banget mereka menanggapi masalah perundungannya meski itu dilakukan sudah lama banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ya itu. Saya sering nonton drakor yang ceritanya ada tokoh punya kesalahan di masa lalu, lalu mereka ketemu orang yang mereka rugikan. Semula saya heran, kok mereka sampai berlutut di depan orang itu untuk meminta maaf, sampai keluar pernyataan, ya saya maafkan, baru mereka anggap rampung. Ternyata itu memang tipikal budaya di sana ya. Saya pikir cuma adegan drama aja. Tapi kok hampir semua drakor selalu begitu.

      Hapus
  14. Perundungan memang harus dibasmi. Dan aku termasuk tipe yang sepertinya tidak emmbalas orang yang suka membully dengan balas membully, karena jika begitu maka lingkaran setan bullying tidak akan putus sama sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap, Mbak Rindang. Lingkaran setan bullying harus diputuskan.

      Hapus
  15. saya suka nonton film tentang bullying mba, buat pembelajaran bahwa kita ga boleh begitu dan meskipun suka gemez aja kalau sama pelaku bullyingnya dan gemasnya lagi kalau ada yang dibully tapi orang sekitarnya pada diam aja, saya pelajarin hal itu, ternyata memang awareness kita sama hal ini belum ada atau bahkan masih menganggap itu hal biasa atau wajar

    BalasHapus
  16. Perisakan yang lagi ramai di korea ini mengingatkan saya sama zaman sekolah dulu. Ada saja kelompok dominan yang sering membully siswa lain yang dianggap lebih lemah. Bahkan setelah ditangani guru pun mereka enggak kapok. Entah gimana memutus mata rantai kayak gini ya :(-salam ibukutu

    BalasHapus
  17. Ngeri ya Mbak Nieke akibat yang ditimbulkan kasus perundungan. Dari berbagai kalangan bisa kena, apalagi kalau sudah jadi artis, efeknya parah banget karena semua mata tertuju kepadanya.

    Tapi setuju lo dengan pertanyaan kalau pelaku perundungan itu berhak untuk berubah menjadi lebih baik.

    BalasHapus
  18. Dampak bullying memang dahsyat, bahkan ada yang sampai trauma hingga besar. Dari keprihatinan terhadap masalah perisakan yang makin banyak ini, saya bersama beberapa teman menginisiasi project bernama KLiK. Singkatan dari Kenali, Lindungi dan Katakan No Bullying.

    Sebelum pandemi kami datang dari satu sekolah ke sekolah lainnya untuk menyadarkan murid dan guru tentang bahaya bullying, bagaimana melawan kalau ada bullying. Alhamdulillah efeknya terasa. Murid-murid tiap ada temannya yang mulai mengolok-olok atau mau melakukan kekerasan, jadi ingat semboyan yang kami ajarkan.. lalu nggak jadi deh mukul atau olok-oloknya.

    Sayang sejak pandemi aktivitas itu harus terhenti. Insya Allah tahun ajaran baru akan mulai lagi. udah kangen ketemu sama anak-anak :)

    BalasHapus
  19. Duh, jujur, saya tidak pernah mengikuti perkembangan drakor. Tapi ada satu hal penting yang saya tangkap dalam ulasan ini. "Im Jukyeong dalam keluarganya. Ibu dan adiknya mengata-ngatai ia berwajah buruk dan bodoh." Kalau ini benar terjadi, Wow ... teganya. He he ... Terima kasih, Mbak Nieke.

    BalasHapus
  20. Aku awalnya sebel banget sama yang mengaku korban di kasus bullying Ji Soo. Kenapa baru sekarang ia berani speak up? Tapi aku melihat keluar konteks lagi, bahwa sungguh trauma yang besar bila ini pernah terjadi. Dan bila yang dikatakan itu benar, berarti tidak cukup hanya kata "maaf".

    Ya sudahlah..
    Semoga menjadi pembelajaran terbaik bagi hidup seorang Ji Soo.

    Btw, punteun kak Nieke.
    Itu judul drama seputar bullying School 2015 bukan Reply 2015.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih koreksinya, sudah saya benahi. Astaga, beginilah kalau ngetik sambil ngintip trailer drakor lawas. Niat mau ngetik School eh malah nulisnya Reply. Siwer.

      Hapus
  21. aku pernah baca ulasan psikolog mbak nieke, bahwa bullying baik korban dna pelakunya juga berasal dari rumah. artinya mereka berdua baik pembuli dan dibuli itu ada yang ga beres dengan orang tuanya. Nah jadi balik lagi ke pengasuhan di rumah memang jadi PR banget buat melawan kegiatan merisak ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ulasan yang menarik, Mbak. Saya jadi pengen searching di Google soal itu. Karena saya juga pernah menjumpai beberapa orang yang pernah jadi korban bullying malah jadi pelaku bullying di kemudian hari. Walau mungkin lebih banyak kasus korban bullying yang terjebak trauma.

      Hapus
  22. Kalau di Indonesia masalah perundungan ini vital sebentar trus hilang deh Beritanya. Kayaknya kalau artis indonesia kena kasusnya juga nggak seberat di korea ya sanksi sosialnya. Jadi ingat dulu ada teman sma yang sering banget dibully sampai akhirnya di buku tahunan dia bilang nggak bakal balik lagi ke sekolah. Nggak tahu deh dia sudah maafin teman yang membully dia apa nggak

    BalasHapus
  23. Baru tahu kalau perundungan artinya bullying.. kosa kata bahasa indonesia memang terus bertambah ya.. ingatnya tak putus dirundung malang aja.. oerlu menghapal kata kata baru ini ..

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.