Menu

Percik Kata Nieke

Selasa, 13 November 2018

My ID is Gangnam Beauty: Antara Kecantikan, Jati Diri, dan Operasi Plastik

Siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan Cha Eun-woo, pemimpin grup K-Pop Astro?

*ngacung*

Iya, saya. Maaf. 

Saya sudah melihat Cha Eun-woo sebelumnya di Revenge Note 1 atau Sweet Revenge 1. Di situ ia memerankan dirinya sendiri, namun ceritanya fiksi. Melihat wajahnya yang bak pangeran seliwar-seliwer (mondar-mandir), kesannya biasa saja di mata saya. Baru tertarik melihat Cha Eun-woo ya setelah nonton My ID is Gangnam Beauty. Di situ Cha Eun-woo baru kelihatan 'hidup' dengan karakter  Do Kyung-seuk yang ia perankan: seorang pria berwajah tampan yang jadi idola sejak SMA--tetep ya, tapi berikut ini bedanya: introvert, menarik diri, gampang curiga dengan orang, cerdas, cuek, agak arogan, berpendirian, dan idealis. Mungkin lebih tepatnya, karakter yang ia perankan sebegitu menariknya, sehingga saya baru tertarik pada Cha Eun-woo. (Setipe sama Hua Zelei di Meteor Garden 2018 ya, hahaha. Tapi Do Kyung-seuk terlihat lebih macho).

Gambar bukan milik saya, diambil dari sini


Awal saya menonton My ID is Gangnam Beauty juga enggak berekspektasi tinggi. Aha, jangan salahkan skeptisisme saya. Kalau bagus saya lanjutkan nonton, jika tidak ya bakal mandeg di tengah jalan. Dan ternyata, episode pertamanya sudah bergulir dengan menarik.

My ID is Gangnam Beauty masih memainkan tema ala Cinderella zaman now. Tak ada ibu peri, yang ada adalah Gangnam--sebuah distrik di Seoul, Korea Selatan, yang terkenal sebagai kawasan klinik kecantikan dan operasi plastik. Gangnam beauty adalah istilah untuk menyebut orang menjadi cantik dan tampan setelah menjalani operasi plastik. Hal yang membuat drama Korea ala Cinderella milenial ini menarik ditonton adalah isu-isu sosial dan perempuan yang diangkatnya.

Apa saja? 
(Ohya, peringatan: tulisan ini mengandung spoiler. Sedikit saja kok, hehehe.)

1. Operasi Plastik

Operasi plastik di Korea mungkin menjadi hal yang wajar dan biasa. Tapi di belahan dunia lain, menjadi perdebatan. Dalam sebuah kelas bahasa Inggris yang saya ikuti, guru bahasa Inggris saya melempar topik untuk menjadi perdebatan: operasi plastik. Bila setuju berdiri sebelah kanan, bila tidak sebelah kiri. Saya memutuskan berdiri di tengah. Rupanya, hanya satu orang di pihak yang setuju. Saya juga menjadi satu-satunya orang yang di tengah. Bukan, saya bukan netral alias tidak berpendapat.

Teman-teman saya yang menyatakan tak setuju operasi plastik beralasan: sebaiknya seseorang menerima apa adanya anugerah yang sudah diberikan Tuhan; cantik dan tampan itu relatif; kalau mau cantik bisa kok diakali dengan kosmetik; operasi plastik berisiko buat kesehatan.

Seorang teman yang menyatakan setuju beralasan: manusia punya kehendak bebas. Free will. Jika operasi plastik itu bisa membuat hidupnya lebih baik, kenapa tidak? Apalagi jika seseorang itu telah mengetahui risiko dan konsekuensinya. 

Saya? Saya sebenarnya tak sreg dengan operasi plastik yang dilakukan untuk mempercantik diri, apalagi jika hal itu didasari dari sikap rendah diri. Merasa tak disukai orang lain, merasa tak cukup cantik, merasa tak dicintai, dan lain-lain. Saya ingin bilang, hal pertama yang harus dilakukan adalah belajar mencintai diri sendiri. Setelah itu, kecantikan dalam diri akan terpancar, membuat kita jadi pribadi yang menarik. Makanya, kadang ada orang yang charming atau terlihat menarik meski fisiknya tak rupawan. Tapi saya juga nggak mau menghakimi orang-orang yang akhirnya mengambil pilihan operasi plastik. 

 

Ada juga orang-orang yang melakukan operasi plastik karena keadaan tertentu. Korban kekerasan dalam rumah tangga misalnya. Masih ingat cerita Lisa Face Off di Surabaya? Ia disiram air keras dan wajahnya menjadi rusak. Ia memerlukan operasi plastik. Contoh lain, mereka yang menjadi korban kecelakaan.  

Saya suka dengan kesimpulan yang guru bahasa Inggris saya buat: tak ada benar dan salah dalam diskusi perdebatan kami. Kami belajar mengutarakan pendapat dengan argumen secara baik dan santun. Kami belajar menerima perbedaan.

Omong-omong, netizen kerap melontarkan istilah kasar untuk mereka yang operasi plastik, misal wajah ember plastik. Gaes, ini kasar banget. This is very rude. Ini sama dengan merisak lho. Drakor My ID is Gangnam Beauty juga mengangkat kontraversi operasi plastik. Perbedaan pendapat sudah kelihatan jelas dari ayah dan ibu sang tokoh utama: Kang Mi-rae (diperankan Im Soo-hyang). Kang Mi-rae juga dicibir sebagai seseorang yang memiliki kecantikan palsu oleh Hyun Soo-a (diperankan Joo Woo-ri), gadis tercantik di kampus.


2. Jati Diri
Gambar diambil dari sini

Kang Mi-rae menjelma sebagai gadis rupawan usai melakukan operasi plastik. Ia tak menyadari bahwa secara fisik, dirinya sangatlah cantik. Apa yang ada dalam dirinya tetaplah Kang Mi-rae yang dulu. Ia terkaget-kaget, canggung, dan terharu ketika seseorang memujinya cantik. Ia grogi ketika tiba-tiba seorang pria mengajaknya berkenalan dan meminta nomor ponselnya. Mendadak ia menjadi salah satu gadis yang populer di kampus

Kang Mi-rae tetap dibayangi ketakutan masa lalunya. Ia khawatir bertemu dengan teman-temannya, apalagi dengan orang-orang yang pernah menghina dan merisaknya. Tapi Kang Mi-rae justru harus berhadapan dengan orang yang paling menghinanya--pria yang menolak dengan kasar ketika Mi-rae mengungkapkan perasaannya dan menyebutnya dengan Org, makhluk serupa monster. 

Apakah Kang Mi-rae gemetaran? Iya. Kang Mi-rae awalnya bersembunyi? Iya. Tapi--ini yang paling saya suka--justru Kang Mi-rae bertransformasi menjadi seseorang yang tadinya hanya diam saja, bersembunyi, dan memendam dirinya menjadi pribadi yang berani mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.  Ia menjelma menjadi Kang Mi-rae yang berani melawan dengan elegan ketika diperlakukan tidak adil dan tidak baik.

Saya--kala menonton episode Kang Mi-rae mengkonfrontasi pria tampan yang berkelakuan minus --sampai ikut bertepuk tangan. Kang Mi-rae, you rock girl!

Cuma itu saja? Tidak. Episode demi episode, kita akan melihat Kang Mi-rae bertransformasi pribadinya. Mi-rae bertemu dengan orang-orang yang juga pernah mengalami pengalaman buruk seperti dirinya. Itu membuat Mi-rae ingin memperlakukan orang lain lebih baik.

Hal menarik lainnya, wajah masa lalu Kang Mi-rae tidak diperlihatkan. Selalu syut jarak jauh, blur, atau tertutup rambutnya. Lewat bentuk visual itu, drama Korea ini seakan ingin menyuarakan tidak ingin melabeli diri wajah tertentu dengan sebutan tidak cantik atau jelek.

Gambar diambil dari IMDB, klik sini
3. Body Shaming Tak Bisa Didiamkan

Ada beberapa episode yang menceritakan bagaimana orang-orang kerap melakukan body shaming atau mengomentari fisik orang lain secara negatif. Pelakunya tak hanya pria, tapi juga sesama perempuan. Contohnya seperti ini:
-Kamu gendut banget, sih.
-Kamu tuh ya, harus diet dan kurus. Perempuan yang cantik itu kurus.
-Perempuan yang cantik itu yang rambutnya panjang. Bukan yang rambutnya pendek kayak cowok.

Itu baru sedikit contoh. Ada yang lebih kasar lagi dan tak pantas. Awalnya, beberapa tokoh yang menerima perlakuan body shaming ini diam saja. Adalah tokoh Kwon Yoon-byul--yang bergaya tomboy dan Kim Tae-hee--yang bertubuh ekstra. Keduanya adalah senior Kang Mi-rae di kampus atau mahasiswa tahun kedua di jurusan kimia. Cowok-cowok terutama anggota badan mahasiswa kampus kerap mencerca Yoon-byul dan Tae-hee lantaran fisiknya. Lainnya, para perempuan diam saja. Kang Mi-rae seperti mengalami de-javu. Ia terlempar ke kenangan masa lalunya, kala dicerca atas penampilan fisiknya.

Pergulatan batin Yoon-byul, Tae-hee, dan Mi-rae tergambar jelas. Akhirnya, Yoon-byul dan Tae-hee memutuskan melawan dan mengkonfrontasi para pria itu. Adegan lainnya yang menarik adalah ketika Kwon Yoon-byul yang tomboy memutuskan tetap menjadi dirinya sendiri dengan gaya dan karakternya ketika menyukai asisten dosen di kampusnya.

4. Pelecehan dan Seksis

Dalam sebuah acara kampus, badan mahasiswa yang anggotanya didominasi pria menghendaki agar perempuan yang bertugas di acara itu memakai pakaian yang seksi dan minim. "Ini untuk menarik perhatian dan pembeli," begitu mereka beralasan. 

Anggota perempuan tak berani bersuara. Ada tiga perempuan yang bertugas menjual makanan dan minuman di bazaar, mereka dipilih berdasarkan penampilan fisik: Kang Mi-rae, Hyun Soo-ah, dan Lee Ji-hyo. Sebenarnya Mi-rae pun tak nyaman dan tak suka diminta memakai pakaian minim. Tapi Mi-rae tak berani mengutarakan pendapatnya.

Akhirnya, Kwon Yoon-byul, Kim Tae-hee, Yoo Eun, dan beberapa anggota perempuan lain melawan. Namun dengan cara yang keliru. Mereka membalas para pria itu dengan cara yang sama. Yeon Woo-young, sang asisten dosen (diperankan Kwak Dong-yeon) menengahi konflik dan bahwa apa yang dilakukan geng cewek juga bentuk pelecehan. 

5. Rendah diri Bukan Rendah Hati

Kang Mi-rae diam-diam menyukai Dong Kyung-seok. Ketika mengetahui perasaannya ternyata berbalas, Mi-rae justru merasa dirinya tak layak bersanding dengan Kyung-seok. Mi-rae masih menyandang jati dirinya yang lama meski telah bersalin rupa. Ia merasa masih menjadi Mi-rae yang tak cantik. Ia menyimpan hinaan orang-orang di masa lalunya dan masih mengenakannya sebagai label dirinya.

Perlahan, Kang Mi-rae belajar membedakan perasaan-perasaannya. Ia melangkah dengan langkah-langkah kecil untuk menjadi percaya diri. Barangkali kamu-kamu ada yang sedang mengalami pergulatan seperti Mi-rae, saya cuma ingin bilang: rendah diri itu bukan rendah hati. Rendah diri itu sama dengan tinggi hati. Kenapa? Karena orang yang rendah diri mengukur dirinya tidak sesuai dengan citra diri.


6. Perisakan Merusak Jati Diri 

Kang Mi-rae mengalami perisakan sejak kecil hingga masa remajanya. Ia mengalami trauma. Perisakan merusak jati diri seseorang. Dalam dunia nyata, tak sedikit kasus yang berakhir dengan bunuh diri di pihak korban atau kematian/terbunuh.

Kalau kamu mengetahui kasus perisakan yang menimpa temanmu, jangan diam saja ya. Jika kamu juga takut membelanya, paling tidak laporkan pelakunya kepada guru, keluarga, pihak yang berwenang. Bullying harus dihentikan.

7. Jangan Terlalu Peduli Pendapat Orang

Tak hanya Kang Mi-rae yang mengalami proses pencarian jati diri, My ID is Gangnam Beauty menceritakan beberapa tokoh lainnya yang mengalami pergulatan sama. Bahkan, tokoh yang dianggap paling cantik pun bisa mengalami hal serupa. Menjadi cantik atau tampan, tak berarti kamu baik-baik saja. 
Pernah mengalami hal seperti ini?

-Aku sebenarnya tidak suka begini, tapi aku khawatir nanti orang....
-Bagaimana jika nanti orang berpikir kalau aku...
-Aku ingin terlihat baik dan disukai semua orang.

Insecurity atau perasaan tidak aman dalam diri sendiri adalah hal yang bisa dialami siapa saja. Tak hanya Kang Mi-rae, Hyun Soo-a, dan beberapa tokoh lainnya juga. Mendengar pendapat dan masukan orang adalah hal yang baik, jika hal itu positif. Tapi dalam kadar berlebihan dan pendapat itu kemudian mengendalikan siapa kita, perlu diwaspadai. Bisa-bisa, kita tak lagi menjadi diri sendiri.

Mi-rae dan Hyun-jung. Gambar dari sini
8. Persahabatan antara Perempuan yang Membangun

Persahabatan ya idealnya saling membangun. Bukan saling menjatuhkan dan bergunjing di belakang.

 Ini digambarkan melalui persahabatan antara Kang Mi-rae dengan Oh Hyun-jung, yang selalu mendukung dan menyemangati Mi-rae. Selain itu, tokoh bernama Yoo Eun. Oh betapa menyenangkannya kalau berteman dengan seseorang dengan karakter seperti Yoo Eun.

Yoo Eun adalah perwakilan mahasiswa tingkat pertama, seangkatan dengan Kang Mi-rae, Dong Kyung-seok, dan Hyun Soo-a. Ia digambarkan sebagai sosok gadis yang cantik, bijak, pandai membaca situasi, kerap tidak memihak dalam sebuah konflik. Alih-alih, Yoo Eun mendengar permasalahan dari kedua belah pihak dan berusaha menjadi penengah, bahkan menyelesaikan konflik tersebut. Nggak heran ya, kalau Yoo Eun terpilih menjadi perwakilan mahasiswa di tingkatnya. Tipikal pemimpin.

gambar dari sini

Nah, kira-kira itulah beberapa isu sosial dan perempuan yang tertangkap dalam drama Korea My ID is Gangnam Beauty. Buat saya, ini salah satu drakor yang berkesan. Beauty is from the inside, guys. Demikianlah, berkat drakor ini, saya berpendapat Cha Eun-woo ganteng. Semoga ia memilh peran-peran berkarakter kuat semacam ini di proyek berikutnya.

Bagaimana menurut kamu? Suka drakor ini juga?

Salam,
Instagram: @katanieke_blog

Tulisan saya yang barangkali kamu juga suka, yuk mampir:

Tulisan saya seputar film drama, ketuk di sini ya 

Traveling ke Wisata Agro Wonosari: Mengejar Fajar di Bukit Kuneer

Film Korea Tak Cuma Drama Romantis, Ini Rekomendasi yang Wajib Ditonton