Menu

Percik Kata Nieke

Jumat, 19 November 2021

Ketika Yoona Jadi Wartawan dalam Drakor Hush

Drama Korea, Hush, menampilkan sisi kelam di dunia industri media dan jurnalisme di Korea--yang juga terjadi di Indonesia. Termasuk soal rendahnya gaji wartawan. 

Drama Korea Hush, Yoona, Hwang Jung-min
Drama Korea tentang dunia wartawan, drakornya Yoona SNSD yang serius banget tapi layak tonton. Sumber foto: official poster


"Kenapa kamu mau jadi wartawan?" Pertanyaan itu dilontarkan kepada Yoona dan seorang temannya, dalam sebuah interview penerimaan calon reporter di sebuah industri media Korea, dalam drakor Hush.

Sebuah pertanyaan standar sebenarnya. Jawaban rekan Yoona, yang duduk di sebelahnya, mengagumkan. Tapi jawaban Yoona membuat saya nyengir--mengingatkan saya pada jawaban saya saat menjalani interview di sebuah perusahaan media nasional di Jakarta, bertahun-tahun lampau. (Bagian ini akan saya ceritakan di akhir review drakor ini, hehehe. So, stay tune sampai akhir tulisan).

Yoona mengutip kalimat Napoleon Bonaparte, pena lebih tajam daripada senjata.

"Semboyan hidup saya, pena lebih tajam daripada senjata. Tapi nasi lebih berpengaruh daripada sebuah pena. Tak ada gunanya profesi ini kalau tidak bisa menghidupi keluarga."

"Jadi, kamu mau jadi reporter demi memenuhi kebutuhan hidup?" Pewawancara kantor media Daily Korea balas bertanya.

"Wartawan adalah pekerjaan yang mendapat gaji. Tapi mereka enggak boleh berbohong, kan?" Yoona menjawab dengan tenang.

Ia melanjutkan kalimatnya, "Nasi atau makan memang adalah hal paling penting. Jadi, bagi saya pekerjaan wartawan adalah sebuah profesi saya bisa dapat upah layak, tanpa saya harus berbohong."

Itulah adegan yang membetot perhatian saya atas drama Korea Hush hingga memutuskan untuk menontonnya. Sekalipun drakor ini tergolong underrated atau ratingnya dianggap kurang bagus. Yoona, memerankan Lee Ji-soo, seorang calon wartawan di Daily Korea. 



Sepertinya, tokoh Lee Ji-soo dalam drakor Hush adalah peran paling serius yang pernah diambil Yoona, yang lebih dikenal sebagai idol di girlband Girls' Generation (SNSD). Tema dramanya juga serius, disisipi dark comedy. Barangkali itu pula sebabnya, drama ini tak setenar drama-drama Yoona sebelumnya. Seperti The K2 yang berduet dengan aktor Ji Chang-wook serta The King in Love yang berpasangan dengan Hong  Jong-hyun dan Siwan.

Di Hush, Yoona beradu akting dengan aktor senior Hwang Jung-min yang berperan sebagai Han Joon-hyuk, editor atasannya. Dalam kisahnya, Yoona kerap berkonflik dengan Han Joon-hyuk terkait dengan idealisme dan cara kerja. 

Bahkan, kemudian terungkap benang merah masa lalunya dengan Han Joon-hyuk, yang membuat Yoona memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai wartawan. Hal itu berhubungan dengan kematian ayahnya.
Hubungan yang semula berkonflik itu kemudian perlahan berubah menjadi hubungan guru dan murid. Yoona menganggap Han Joon-hyuk sebagai mentornya. Jangan mengharapkan kisah asmara muncul di sini. Nikmati saja alur ceritanya walau bergulir lambat, sepanjang 16 episode.


*

Korean drama Hush, jurnalistik dalam film
Yoona dalam Hush, drama Korea yang mengisahkan kehidupan
wartawan. Sumber foto: stillcut JTBC


Drakor Hush Related Banget dengan Profesi Wartawan di Kehidupan Nyata

Episode awal drakor Hush sudah menohok dengan sisi-sisi kelam dunia jurnalistik yang jarang diperlihatkan dalam drama. Apalagi kalau bukan masalah GAJI.

Barangkali tak banyak orang tahu, profesi wartawan menuntut seseorang untuk terus mengaktifkan ponselnya 24 jam setiap harinya. Agar bisa dihubungi atasan apabila terjadi suatu peristiwa dan bisa terkoneksi dengan narasumber di bidang liputannya. Termasuk hari libur? Iya. Ponsel mati saat dihubungi atasan bisa berujung pada surat peringatan. 

Tuntutan profesi yang tinggi: akurasi, kredibilitas, etika, dan rentetan persyaratan lainnya kerap tak berimbang dengan upah yang diterima wartawan. Walau memang tak sedikit pula wartawan yang bisa hidup makmur dari kantor yang memberinya upah layak.

Ada adegan Yoona diajak makan siang bersama teman-teman sekantornya. Dia mengintip terlebih dulu isi dompetnya. Sewaktu makan pun, memesan makanan paling murah.

Realita yang diungkap drakor ini tak jauh berbeda dengan Indonesia. Saya teringat--saat masih menjalani profesi tersebut, ada seorang teman yang gajinya dan tuntutan kerjanya tak sepadan. Teman saya ini sampai punya semboyan kocak agar tidak menjadi stres menjalani profesinya.

"Di tempat gue, Niek, menjelang kalau dunia udah mau kiamat pun wartawannya pasti tetap disuruh liputan, alih-alih menyelamatkan diri." 

Apalagi kalau posisi masih calon reporter. Semboyan guyonannya adalah: belum tanggal 10, sudah koma. 

Lho, kalau wartawan kerjanya 24 jam setiap hari, apa enggak terima duit lembur? Jawabannya: tidak. Juga, demi independensi pemberitaan sebuah media, tak sedikit perusahaan media yang melarang wartawannya menerima duit dari narasumber atau orang yang diberitakannya. (Saya mendukung prinsip ini). Namun dengan prinsip ini, semestinya sebuah perusahaan media mendukung kesejahteraan karyawannya melalui fasilitas-fasilitas. 

*


Hush, drama Korea belajar jurnalistik lewat film
Yoona dalam drakor Hush. Adegan di atas, dalam profesi jurnalistik disebut doorstop. Doorstop merupakan aktivitas wartawan mencegat atau mewawancarai narasumber di suatu tempat secara spontan, dan bukan merupakan konferensi pers. Dalam sebuah doorstop, seorang narasumber akan mendapat pertanyaan yang bisa jadi tidak bisa diperkirakan sebelumnya, karena acara wawancara berlangsung spontan. Sumber foto: cuplikan adegan dalam drakor Hush.


Dunia industri media jurnalisme, mungkin satu-satunya profesi yang tetap harus 'kerja kotor' sekalipun berada di posisi paling puncak. Maksudnya, seseorang yang telah menjabat pemimpin redaksi sekalipun akan tetap terjun ke lapangan dan mewawancarai narasumber--apabila diperlukan. 

Berbeda dengan orang bekerja di dunia perbankan atau bisnis, yang biasanya semakin tinggi jabatan akan semakin sering di kantor. Label ketika semakin tinggi jabatan juga berbeda. Direktur, wakil direktur, direktur pemasaran, dan sebagainya. Lain halnya dengan dunia media jurnalisme, setinggi apapun jabatan, mereka akan tetap melabeli dirinya dengan kata "wartawan".

Kehidupan profesi ini terlihat dalam drakor Hush. Memang, tak sedikit drama-drama Korea yang juga mengangkat tema profesi jurnalis. Ada yang hanya sebagai pemanis, ada yang lebih pada kehidupan asmaranya, ada yang separuh-separuh pada profesi dan kehidupan para tokohnya. Namun jarang yang 'begitu jujur' seperti halnya drakor Hush.

Di drama ini, penonton seperti dibawa mengintip dapur media massa beserta kehidupan sehari-harinya. Mulai dari kesibukan mengejar narasumber dan meliput dengan dikejar tenggat waktu atau deadline yang singkat. Dan dalam singkatnya waktu itu, mesti menampilkan akurasi. 

Penonton juga dibawa pada adegan rapat-rapat redaksi, yang menentukan topik-topik apa yang harus diliput hari itu. Rapat seorang staf editor atau staf redaksi dengan para bawahannya alias reporter, yang membagi tugas-tugas liputan. Pementoran seorang koordinator liputan kepada bawahannya, yang bahkan juga terjadi di luar jam kerja.

Penonton juga akan dibawa pada sebuah adegan, Yoona mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan ke narasumber. Pada prinsipnya di dunia nyata, seorang reporter diharamkan datang ke sebuha liputan, atau menemui narasumber dengan 'kepala kosong'. Idealnya, dia mesti melakukan riset siapa narasumbernya, latar belakang sebuah kasus, dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan.

*


belajar jurnalistik lewat film drama Korea Hush
Dalam drama Hush, diceritakan Yoona kerap berkonflik dengan Hwang Jung-min
yang menjadi atasannya terkait idealisme profesi. Konflik menarik yang
mencerminkan realita industri media dotcom masa kini.
Sumber foto: Hush official poster

Semua orang tahu, di tengah moncernya perkembangan digital, media sosial, dan internet, dunia industri media dan jurnalisme terseok-seok. Kemudian banting stir ke dunia digital, dotcom, dan sejenisnya. Ada yang bisa bertahan, ada yang kembang kempis, dan ada yang tumbang serta terpaksa menumbangkan diri. Berdarah-darah.

Sebagai pembaca, tak jarang kita juga dicekoki judul-judul clickbait yang mengganggu dan menyebalkan. Judul yang termasuk kategori ini adalah judul yang ternyata tidak tergambar dalam isi tulisan, atau bahkan isiartikelnya tak seperti yang diungkap judul. Judul terlalu bombastis. Judul yang menyimpulkan opini penulisnya. 

Omong-omong, semua hal ini sebenarnya diharamkan dalam dunia jurnalisme. Seorang wartawan tak boleh menyimpulkan, dia hanya boleh menampilkan fakta yang ditemukan dan harus cover both sides atau seimbang dari dua sisi.

Nah, hal-hal ini tergambar di episode-episode drama Korea Hush. Ada sebuah adegan saat Hwang Jung-min justru mengajari anak buahnya membuat judul dan menulis berita bombastis dengan judul yang clickbait. Yoona yang melihat bosnya melakukan itu, langsung mengernyitkan dahi. Seolah berteriak, "Ini enggak bener nih!"

Sisi gelap lainnya yang tampil dalam drakor Hush adalah sikut-sikutan alias persaingan tidak sehat dalam perusahaan media. Ada yang berusaha naik pangkat dengan menjilat atasan, ada yang menjadi 'yes man', ada pula yang memang bekerja ulet. Ada yang naik pangkat dan dipromosikan karena kolusi, sementara yang bekerja sepenuh hati tersingkir. (Sepertinya hal ini juga terjadi di profesi lain, ya).

Rekomendasi banget untuk menonton drama Korea Hush, apabila kamu menyukai dunia jurnalisme, bekerja di dunia jurnalisme, atau sedang kuliah untuk menempuh impian jadi wartawan.

*


Yoona SNSD dalam drama Korea Hush
Menurut saya, ini drama paling serius yang pernah diperankan Yoona SNSD.

Sebagai penutup, saya memenuhi janji untuk menceritakan secuplik proses wawancara saya saat hendak jadi calon reporter--yang mirip dengan adegan Hush.

"Kalau kamu saya gaji sekian blablabla (tak usah sebut nominal lah ya, red), kira-kira kamu mau enggak?" tanya pewawancara.

Mendengar nominal yang disebut, saya mengernyitkan dahi. Spontan, saya menjawab. "Bu, menurut saya, gaji itu mesti menutup seluruh kebutuhan hidup seorang wartawan sehingga dia bisa bekerja dengan tenang dan sesuai amanah profesinya. Gaji itu harus menutup biaya makan, biaya transportasi, tempat tinggal, pulsa." 

Saya melanjutkan sambil cengar-cengir, "Kalau cuma digaji segitu, Bu, jangan-jangan nanti saat saya sedang ngejar-ngejar narasumber buat wawancara lalu ditelpon ibu kos. 'Mbak Nieke, itu barang-barangnya sudah saya keluarkan dari kamar ya. Tolong dibayar uang kosnya yang nunggak.' Lalu saya jadi tidak konsentrasi bekerja dong, Bu."

Ibu pewawancara saya itu tertawa. Saya juga tertawa. Tapi sepulang wawancara, saya seperti Suzy dalam adegan drama Korea Start Up yang membentur-benturkan dahi ke tembok. Bodoh, mana mungkin diterima kalau menjawab seperti itu. Harusnya iya-iya aja ya. Semalaman tak bisa tidur menyalahkan diri sendiri.

Esok paginya, sebuah telepon dari HRD perusahaan media itu masuk ke ponsel saya. Ternyata saya malah diterima. Gajinya? Tak sekecil yang mereka sebutkan. Belakangan saya menyadari, pertanyaan itu dibuat untuk menguji level kekritisan berpikir para calon karyawannya. 

***

#Jurnalistikdalamfilm


Salam,

Kata Nieke

@katanieke_blog

#Jurnalistikdalamfilm Space Sweepers: Membedah Simbol-simbol dalam Film Soong Joong-ki

Tulisan saya lainnya soal film, drama, dan drakor bisa klik di sini.

37 komentar:

  1. Wah kayaknya masuk list tontonan nih. Seru banget tuh mengungkap sisi gelap dunia jurnalisme. Seperti film Korea lainnya yang mengungkap sisi gelap hukum, tapi aku lupa nama filmnya.

    BalasHapus
  2. halo kak salam kenal,
    makasih reviewnya, menarik sekali membaca reviewnya sampai saya yang awalnya enggan menonton ini dan memilih devil judge karena saya bosan dengan cerita di menit menit pertama, hehehe. tapi review kakak bikin saya pengen nonton.

    BalasHapus
  3. Wahh asyik nih temanya tentang Journalis. Aku penasaran dan pengen nonton juga.

    cerita di akhir menarik mba, dan jadi pelajaran juga untuk pembaca bahwa harus realistis kalau masalah gaji. Jangan hanya iya-iya aja biar dapat kerja aja dulu, eh tahu-tahu setelah bekerja malah lebih besar pasak daripada tiang.

    BalasHapus
  4. Makasih kaak nieke riview drakornya, baguss aah jadi mupeng pengen nonton, profesi wartawan itu sebetulnya seruu lho kan bisa bertemu dengan berbagai karakter orang, banyak pengalaman2 yg didapat

    BalasHapus
  5. Serunya nonton drakor yang related dengan kehidupan ya seperti ini memang. Jadinya kita mengetahui sisi lain dari sebuah profesi

    BalasHapus
  6. Kalo lagi nonton berita, terutama pas terjadi peristiwa heboh. aku suka membayangkan gimana reporter langsung berangkat meliput ke TKP. Entah itu lagi hujan deras atau badai, berita hangat selalu cepat tersaji. Ternyata memang jam kerjanya ga tentu ya.

    BalasHapus
  7. Kalo lagi nonton berita, terutama pas terjadi peristiwa heboh. aku suka membayangkan gimana reporter langsung berangkat meliput ke TKP. Entah itu lagi hujan deras atau badai, berita hangat selalu cepat tersaji. Ternyata memang jam kerjanya ga tentu ya..

    BalasHapus
  8. Wah kalau dari kacamata mba Nieke aja bagus ttg drakor Hush ini saya jadi pengen nonton deh seperti apa jurnalisme di sana, saya kadang gemes ama beberapa jurnalisme indo ini, kadang udah seperti berita media hiburan yang mau click baitnya aja, padahal isi beritanya cetek banget

    BalasHapus
  9. Waahhh ternyata begitu ya mba Nieke dunia wartawan itu. Harus terus liputan kalau disuruh dlm waktu apapun dan keadaan apapun. Semoga banyak perusahaan media memperhatikan kesejahteraan karyawan yaa. Thx rekomendasi drakornya, saya kdg suka nonton drakor sama anak jd menghindari yg full cintaa klo ada cerita serunya spt ini kdg bisa jd diskusi sama anak

    BalasHapus
  10. Menarik banget tulisannya Kak Nieke. Apalagi yang bagian terakhir saat wawancara untuk jadi reporter. Hihihi... Keren! Kak Nieke memang kritis. 😘👍

    BalasHapus
  11. Wah ada Yoona nih. Yoona merupakan salah satu aktris favorit saya nih kalau pas ada drakor dia berperan. Dunia jurnalisme memang memiliki tantangan tersendiri ya mbak

    BalasHapus
  12. Yaampun, baca sinopsis filmnya di blog ini, jadi kepengen nonton film Hush. Walaupun sebenernya aku bukan pemirsa drama korea yang maniac.
    Jadi inget, aku terjun ke dunia jurnalistik itu sejak kelas 2 sma, lho mba nieke. hampir sama ya kita, mulai menulis di usia belia...
    setelah itu aku selalu berada di dunia kepenulisan...

    BalasHapus
  13. wah aku belum nonton drama ini. nonton ah, soalnya lagi g ada ongoing yg menarik akhir akhir ini
    apalagi aq ngefans Yoona

    BalasHapus
  14. jadi inget dulu kepengen kerja di TV, walau ga spesifik jadi wartawan tapi bersyukur banget ga jadi ambil jalan itu karena ga kebayang deh jam kerja dan risiko kerjanya

    BalasHapus
  15. Kayaknya saya enggak bakalan bisa jadi wartawan, enggak kebayang harus siap dihubungi 24 jam. Sekarang saya berprofesi sebagai karyawan, saat bos menghubungi di jam 6 sore aja, saya udah sebel (note:pulang kerja jam 5 sore).

    Setuju sekali, wartawan tidak boleh berbohong, dan dalam menulis berita juga harus netral. Dulu saya berpikir semua berita di koran adalah fakta dan ditulis dengan jujur, hingga suatu saat pernah ada kejadian kecelakaan di perusahaan saya. Sebuah koran daerah, menulis artikel berita kecelakaan seperti karangan pribadi karena banyak info yang tidak sesuai.

    Drama korea memang banyak yang mengangkat cerita tentang profesi, sehingga kita bisa tau kehidupan berbagai profesi. Saya belum nonton drama Hush ini, review yang bagus kak.

    BalasHapus
  16. ehhh aku belum nonton nih drakor hush, kayanya blm pernah liat seliwerannya di apps, menarik buat jadi list tontotan ya. Tapi emang iya ya salah satu sisi gelap dunia jurnalisme yang katanya berpendapatan rendah, pun aku pernah punya pengalaman cerita dari temen harus cari 10 berita di lapangan harus lari sana sini kan kejar target dan waktu tayang, jadinya ya resign heu

    BalasHapus
  17. Banyak banget deh drama korea yang bagus-bagus. sampe bingung mau yang mana duluan yang mau ku tonton. Btw makasih infonya mbak, bakal masuk waitinglist aku juga nih drakor HUSH

    BalasHapus
  18. Kereeen jawaban Mbak Nieke .. saluut. :)

    Btw, mungkin bukan 'kerja kotor' ya, Mbak ... untuk level petinggi dunia jurnalistik yang masih harus turun lapangan, sepertinya - kalau boleh usul - 'kerja kasar'.

    Saya punya beberapa teman wartawan juga Mbak Niek. Ada yang sampai sekarang masih single, perempuan, usia saya perkirakan kepala 3. Masih begitu.... begadang, ngejar DL, dalam sehari entah berapa tulisan dia buat - dia wartawam media online.

    Salutnya sewaktu ditawari nulis berita, rilis sebuah acara, dia tetap ngasih bayarannya ke kantornya (kata dia begitu) padahal banyak juga yang ngambil sendiri kan.

    Btw, senang Mbak Nieke balik lagi, lama menghilang ya Mbak. Kami cariin di grupnya Mbak Rohyati. ^__^

    BalasHapus
  19. saya nonton drama ini cuma tahan 4 episode kalau nggak salah. padahal menarik sih temanya cuma kurang greget aja nontonnya

    BalasHapus
  20. iya mbak Nieke, aku kemarin nyobain nonton episode pertama drama HUSH ini
    Yoona jadi wartawan di Harian Korea

    BalasHapus
  21. Weitss, nonton drakor ini serasa relatable bgt dgn kehidupan mba Nieke kala jadi jurnalis yak.
    Aku sempat nonton 1-2 eps, tapi entah kenapa kok wkt itu ngga lanjut yaa
    pengin nonton lagi kapan2 ahhh

    BalasHapus
  22. Mbak Nieke juga wartawan ya. Suka bayangin kerjaan seorang wartawan yang begitu riewuh sana sini update berita, tapi seru ya bisa belajar banyak hal dan ketemu banyak orang dengan segala karakter, termasuk orang2 penting dan terkenal.

    BalasHapus
  23. masya allah aku membaca sambil tegang tapi juga ikutan nyengir di akhir jawaban yoona di drama maupun di mabk nieke juga keren lho. kalo ditanya gitu jawabnku ya lgus hahaha kecil amat .. bis aajdi itu yangterlontar hahah dasar pasti lsg coret

    aku mau nonton drakor ini..aku suka dg hal2 yg berbau jurnalis

    BalasHapus
  24. Wah mantap nih ceritanya Mbak Nieke. Ternyata pertanyaan itu hanya ujian ya. Aku langsung auto membayangkan Yoona jadi wartawan yang cerdas dan kritis. Emang wartawan itu harus cerdas dan berpikir kritis ya.

    Lalu, kalau benar gaji karyawan itu sedikit, kenapa Mbak Turis Cantik dan Mbak Alida masih setia jadi wartawan. Xixixi.. Ghibah di sini, maafkan ya.

    BalasHapus
  25. Saya paling senang lihat akting Yoona nih. Orangnya kalem lho. Memang kehidupan jurnalisme ini keras ya mbak. harus kuat mental dan fisik apalagi berkejaran dengan deadline.

    BalasHapus
  26. aku gak nonton drama yoona yang ini. lebih suka drama dia yang romance hehe. tapi emang ya drama korea itu selalu menarik mau genre gimana juga. dapat aja gitu konflik yang serunya.

    BalasHapus
  27. Baru tahu kondisi pergajian parajurnasil, terutama yang belum tetap.
    Jadi tertarik pingin nonton filmnya,mbak.
    Pingin tahu adegan rapat redaksi itu.

    BalasHapus
  28. Yoona nih mukanya teduh banget ya... Aku drop nonton ini belum lanjut lagi, huhu. Padahal relate banget dengan pekerjaanku dulu, tapi nggak tau deh.. mgkn kalau ditonton ulang dapet lagi feelnya.

    BalasHapus
  29. Udah la ga liat Yoona main drama deh. Boleh juga nih ditonton seru deh sepertinya

    BalasHapus
  30. Wah Yoona berambut pendek ya di drakor ini. Drama Korea tuh ceritanya selalu relate dengan kehidupan nyata ya mbak, trus selalu ada pelajaran yang bisa diambil

    BalasHapus
  31. Wah aku malah belum nonton drakor ini, sudah lama juga ya Yoona ngak main drakor, kayaknya memang ini peran yang cukup serius dibanding peran Yoona yang lainnya, aku suka nih baca jalan ceritanya. Akhir-akhir ini aku kebanyakan nonton Drakor jaman kerajaan-kerajaan. Jadi pingin tahu kehidupan wartawan yang sebenarnya.

    BalasHapus
  32. pertanyaan wawancaranya menjebak juga ya, untung jujur dan malah diterima dan dapat gaji lebih gede hehehe

    BalasHapus
  33. Ternyata ada latar belakangnya ya kenapa Yoona mau jadi wartawan. Jadi inget sama My Name.
    Kalau baca reviewnya, berat juga ya tuntutan wartawan apalagi harus stand by 24 ponselnya

    BalasHapus
  34. Jadi inget zaman skripsi dulu respondennya adalah para jurnalis perempuan dan bikin sering wara-wiri ke kantor surat kabar. Jadi penasaran pengen nonton drakor Hush ini, soalnya saya suka banget sama dunia jurnalisme.

    BalasHapus
  35. wah sprtnya bgs nih drakornya. rekomen buat isi weekend

    BalasHapus
  36. Rejeki itu gak kemana yaa, kak Nieke.
    Biasanya yang penuh perencanaan malah byebye.

    Aku juga nonton Hush, tapi keputus di pertengahan eps.
    Hihii...lama-lama lupa meneruskan.

    Salut sama totalitas Yoona, aktingnya jadi cewek tangguh pencari berita.

    BalasHapus
  37. Pengen banget jadijurnalis biar banyak jalan2 karena hrs liputan kemana2 heheh btw auto cari filmnya ahh kok penasaran ya pengen tau lebij detil jln ceraitanya

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.