Rabu, 06 Maret 2024
Merah Merona Nasi Goreng Finna di House of Wok
Sabtu, 09 Desember 2023
Kenapa Pengunjung Tak Boleh Bawa Makanan dan Minuman Luar ke Dalam Resto
Pernah dilarang bawa makanan dari luar resto? Ternyata ini alasannya.
Drama Queen di Sebuah Resto
Lagi asyik-asyiknya makan di sebuah restoran dalam mal, tiba-tiba terjadi keributan kecil. Sejumlah pengunjung marah-marah dan menyindir pegawai resto yang berdiri persis di depan pintu masuk. Saya tahu kejadian ini karena duduk di dekat pintu masuk.
Saat itu saya sedang menikmati ramen daging sapi dengan kuah yang kaldunya gurih. Sesuai namanya, mie keriting dengan tekstur agak bergelombang, tebal, kenyal sekaligus empuk, yang tenggelam dalam kuah kaldu. Berpadu dengan irisan daging sapi dengan panjang sekitar 2 cm yang manis bercampur gurihnya kaldu. Yummy yummy.
Saya sedang mempraktikkan mindful eating atau makan dengan kesadaran sepenuhnya. Bahkan ponsel saya letakkan dalam tas agar tidak terdistraksi.
"Maaf, Bu, Kak, tidak bisa membawa masuk makanan dan minuman dari luar," saya mendengar suara pegawai resto perempuan berbicara dengan sopan.
"Masa tidak bisa, saya pernah di ***** Plasa masuk kok bisa," sahut pengunjung perempuan dengan nada jengkel dan ngeyel.
Saya melirik ke arah pintu masuk. Terlihat sekitar tiga-empat orang pengunjung. Masing-masing memang membawa makanan dan minuman dari luar. Mulai dari jajan ayam nugget berbumbu, kentang goreng, hingga minuman kekinian seperti cincau dan boba.
Mereka rupanya tidak terima, ketika diberitahu tidak bisa membawa makanan dan minuman dari luar. Sebenarnya di sebelah karyawan resto yang bertugas di depan pintu itu, terdapat sebuah meja kecil. Terlihat beberapa gelas minuman pengunjung resto yang diletakkan di sana, sementara pemiliknya sedang duduk di meja resto menikmati hidangan. Sepertinya mereka enggan meniru pengunjung lain dengan meletakkan jajanan dari luar di meja itu. Maka, mereka meneruskan omelan dengan nada kencang dan menyindir-nyindir.
Saya teringat masa lalu. Beberapa tahun lalu, saya pernah mengalami hal serupa di sebuah mal lain di pusat kota. Terlanjur beli minuman kemasan, lalu masuk ke sebuah resto masakan Indonesia. Salah seorang karyawan memberitahukan hal serupa kepada saya. Saya lalu menyimpan minuman itu dalam kantong, lalu berujar ke karyawannya.
"Saya memesan minuman dari resto ya, yang saya bawa, saya simpan," kata saya.
Sejak saat itu saya sebenarnya penasaran kenapa resto tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Apakah karena resto tidak mau rugi ya? Ya masuk akal sih.
Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang punya usaha resto. Kalau pengunjung singgah berjam-jam, membawa 'bekal' sendiri, memesan sedikit atau bahkan tidak memesan bukan hanya soal rugi, tapi juga etika. Lagian, kalau bawa makanan sendiri, kenapa tidak memilih makan di food court atau pujasera saja ya.
Apa iya, hanya soal etika?
*
Kalau Bawa Makanan, Izin Dulu
Saat masih tinggal di Jakarta, saya dan teman-teman pernah booking atau memesan meja di sebuah resto. Ceritanya, kami patungan hendak bikin surprise party atau pesta kejutan sederhana untuk seorang teman yang ulang tahun. Sirkel pertemanan saya punya kebiasaan unik--justru menraktir teman yang ultah, bukan minta ditraktir.
Nah, pesta ulang tahun biasanya kan menyajikan kue tart. Teman saya yang bertugas menyiapkan kue tart, tetiba melapor.
"Tadi saya nanya ke pihak resto, apakah dibolehkan bawa tart dari luar. Ternyata tidak bisa, gaes," katanya.
"Wah, apa ganti venue (tempat) saja?" sahut teman yang lain.
"Restonya punya atau produksi kue tart, nggak? Kalau iya, tartnya beli sekalian aja di restonya," usul yang lain.
Akhirnya kami memutuskan tetap di tempat yang sama, tapi membeli tart dari resto tersebut. Sebenarnya tidak semua resto menolak. Pada lain kesempatan, kami mencoba resto yang berbeda. Saat kami menanyakan, apakah boleh bawa kue tart ternyata pihak resto membolehkan. Apalagi resto tidak menjual tart.
Lho, kenapa resto yang ini bisa ya? Ternyata ada syaratnya. Kue tart yang dibawa sudah berlabel halal. Pihak resto juga membantu dengan menyediakan piring-piring kecil untuk makan kue tart. Ternyata itu kata kuncinya: label halal.
Kalau pengunjung bertanya atau minta izin terlebih dulu, terhindar dari kejadian tidak mengenakkan. Daripada merasa tersinggung atau dipermalukan, walau ketika diberitahu secara baik-baik.
Dalam beberapa hal biasanya resto juga membuat pengecualian. Misalnya ketika membawa air minum khusus untuk membuat susu bayi dan anak kecil.
*
Kewajiban Pemilik Sertifikasi Halal
Rupanya restoran yang sudah mengantongi sertifikat halal memiliki kewajiban melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sertifikat halal menjadi jaminan bahwa makanan yang dijual halal. Demikian pula dengan peralatan dan proses masaknya. Seluruh bahan baku yang digunakan pun harus mempunyai label halal.
Jadi wajarlah, jika sebuah resto memiliki kebijakan tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tentunya untuk mencegah agar tidak ada makanan non-halal yang dibawa pengunjung dari luar.
Masih ingat kan, cerita seorang influencer terkenal yang membawa krupuk mengandung babi ke dalam sebuah restoran yang telah berlabel halal. Ia menayangkan momen ia makan krupuk non-halal dicampur makanan halal di resto tersebut di sebuah media sosial. Hebohlah netizen.
Tak lama, menanggapi viralnya unggahan influencer tersebut, pihak resto merespon dengan menayangkan adegan penghancuran mangkok dan peralatan makanan di media sosial. Penghancuran peralatan makanan tersebut untuk mencegah agar bekas alat makan yang telah digunakan sebagai wadah makanan non-halal, tidak digunakan pengunjung lain.
Satu orang influencer mengakibatkan penghancuran seluruh alat makan di resto tersebut. Pihak resto kemudian menyatakan akan menggunakan peralatan baru. Artinya, mereka mengeluarkan biaya untuk membeli perabotan baru. Hmm, bayangkan berapa biaya kerugiannya. Belum masalah kredibilitas.
Beruntungnya, si influencer merasa bersalah. Ia juga menyatakan permohonan maaf disertai kesediaan untuk membayar kerugian resto tersebut. Si influencer menunjukkan itikadnya bertanggung jawab. Tidak ada lanjutan tindakan hukum atas insiden ini.
*
Bagaimana dengan Resto Non-Halal
Resto atau tempat yang menyediakan makanan non-halal pun punya aturan. Pengunjung juga tidak bisa sembarangan membawa makanan dan minuman dari luar. Biasanya lantaran mereka hendak menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Semisalnya saja tetiba ada pengunjung keracunan makanan, yang ternyata akibat kandungan makanan yang dibawanya dari luar. Hal-hal seperti inilah yang dijaga oleh pihak atau pengelola usaha makanan dan minuman.
*
Kesimpulan
Pernah dengar slogan 'pembeli adalah raja'? Slogan itu tentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah dalam hal ini. Seandainya pun pembeli seorang raja, raja biasanya adalah pemimpin yang dituntut berwibawa dan bijaksana. Bijaksana dalam mematuhi aturan suatu tempat dan tidak bersikap seenak jidat.
Bagaimana dengan teman pembaca? Pernah mengalami hal serupa?
Salam hangat,
Kata Nieke
Minggu, 22 Oktober 2023
Kafe Pisang di Rumah Sakit PHC Surabaya
Kafe Pisang. Baru kali ini menemukan kafe yang membuat saya merasa tak berada dalam rumah sakit.
Nostalgia Kafe Pisang
Terkesan Pelayanan
Sabtu, 27 Agustus 2022
Tea n Tea, Gopek Tea House: Review Resto
Nasi godhog merupakan salah satu menu istimewa di Resto Tea n Tea di BG Junction Surabaya.
Tea n Tea, Gopek Tea House, BG Junction Surabaya. |
Selasa, 12 April 2022
Review Chicken Steak Bossman: Rp 20 K Pakai Hot Plate
Ini pengalaman saya saat menjajal chicken steak Rp 20 ribu di Bossman, Mal BG Junction, Surabaya.
Chicken steak hotplate murah di BG Junction Surabaya. Foto: @katanieke |
Jumat, 01 April 2022
Rekomendasi Chinese Food Resto Surabaya yang Bisa Dipesan via Aplikasi Ojol
Rekomendasi resto lokal Surabaya dengan menu Chinnese Food, yang harganya tidak bikin kantong bolong, sekitar Rp 50 ribu dengan rasa dan porsi memuaskan.
Kamis, 28 Oktober 2021
Kuliner khas Korea di Surabaya: Review Oppa Corndog
Dasar lidah Jawa. Saat menjajal corndog, makanan khas Korea, saya malah terkenang dengan roti goreng. Ini pengalaman pertama saya makan corndog.
Corndog Double Full Mozarells dan Corndog Cheddar Full Mozarella dari Oppa Corndog. Foto: @katanieke |
Minggu, 24 Oktober 2021
Kuliner Surabaya: Makan Nasi Kucing ala Kafe D'Admiral
Nasi kucing itu identik dengan angkringan, bukan kafe. Lha ini saya nemu nasi kucing mejeng di kafe D'Admiral Surabaya dengan harga angkringan. Jadi kepo, kan?
Nasi kucing di Kafe D Admiral Surabaya. Foto: @katanieke |
Rabu, 13 Oktober 2021
Jajal Fitur Ambil Sendiri di Grab Food: Makan di Tobys Cuma Rp 30 Ribuan
Pertama kalinya menjajal fitur 'ambil sendiri' Grab Food. Makan di resto Tobys Fried Chicken, Rp 30 ribuan dapat banyak paket menu, rek!
Kamis, 31 Desember 2020
Kuliner: Iga Panggang Saus Kacang Warung Ipang Surabaya
Iga panggang, menu andalan Warung Ipang. Dagingnya yang juicy berpadu dengan bumbu kacang, lumer di mulut.
Iga panggang bumbu kacang di Warung Ipang, Tunjungan Plaza, Surabaya. Foto: Nieke |
Rabu, 18 November 2020
Makanan Ala Korea di Lazizaa: Korean Burger dan Beef Slice Rame Box
Nyobain makanan ala Korea yang halal dan harganya sekitar Rp 20K di Lazizaa.
Lazizaa punya menu ala Korea. Halal dan harga bersahabat. Foto: Nieke |
Minggu, 18 Oktober 2020
Resep Masak Mudah: Toby's Wings Cabe Garam
Bosan ayam goreng yang begitu-begitu saja? Cobain T-wings cabe garam. Resep masak mudah dan praktis.
Resep masak praktis Toby's wings cabe garam. Foto: Nieke |
Selasa, 13 Oktober 2020
Resep Makanan Halal ala Korea: Kebab Gulung Toby's
Apa jadinya kalau kebab dikawinkan dengan selada berisi daging khas Korea--yang biasa muncul di drakor?
Menu kreasi dengan ayam Toby's. Foto: Nieke. |
Senin, 15 Juli 2019
Kuliner Surabaya: 8 Masakan Dapur Cerme yang Bikin Lidah Berdansa
Masakan Indonesia andalan Dapur Cerme. Foto oleh Nieke |