Menu

Percik Kata Nieke

Kamis, 14 Januari 2021

Wonder Woman 1984, Belajar Move On dari Gal Gadot

Wonder Woman 1984 lebih banyak menampilkan konflik emosi Diana Prince. Tak hanya aksi laga semata.

Wonder Woman 1984
Belajar move on dari Wonder Woman 1984. Foto: official poster

Sekuel Wonder Woman, dibuka dengan masa kecil Diana Prince (Gal Gadot) yang sedang mengikuti pertandingan olah raga bersama para seniornya di Themyscira. Di saat Diana kecil hampir mendekati garis akhir alias finish, ia dicegat bibi dan instrukturnya, Antiope. Diana kecil meronta-ronta ingin menyelesaikan, namun Antiope menahannya.

"No true hero is born from lies," kata Antiope. Sebuah pil pahit yang harus ditelan Diana, namun menjadi pelajaran berharga sepanjang hidupnya. Pesan ini pula yang disisipkan sepanjang 155 menit film berjalan.

Kisah kemudian berpindah di seting 1984, Gal Gadot Diana Prince dengan kecantikan yang tak pernah menua meski ribuan purnama berlalu. Diana menjadi arkeolog di museum Smithsonian, Washington DC, Amerika Serikat. Diana tetap melajang, hatinya masih belum move on alias beranjak dari Steve Trevor, seorang pilot yang berjuang bersamanya dalam perang dunia II. 

 

Diana Prince dan Steve Trevor. Wonder Woman 1984
Steve Trevor secara ajaib muncul di kehidupan Diana Prince pada 1984.

 

Cerita asmara keduanya bermula di Wonder Woman (2017). Steve Trevor meninggal lantaran mengorbankan dirinya dalam sebuah pesawat. Galaunya Diana tergambar dari adegan ia menatap ke langit setiap ada pesawat melintas. Sebuah pandangan yang menyayat.

Di kantornya, Diana kedatangan Barbara Minerva (Kristen Wiig), staf baru yang memiliki keahlian gemologi, ilmu yang mempelajari permata dan batu permata alami serta buatan. Ini merupakan cabang dari ilmu bumi dan mineralogi. 

Barbara perempuan yang cerdas, namun kurang percaya diri dengan penampilannya dan tak pandai bergaul. Diana adalah orang yang menyambutnya dengan hangat dan ramah di Smithsonian. Itu membuat Barbara mengagumi figur Diana. Suatu ketika, museum kedatangan batu misterius. FBI meminta Barbara menyelidiki batu tersebut. 

Sementara itu, Maxwell Lord (Pedro Pascal) yang menjadi tokoh antagonis--mengincar batu misterius itu. Bahkan ia sudah lama mencari tahu keberadaan batu yang diyakininya memiliki kekuatan semacam jimat, bisa mengabulkan permintaan. Begitu tahu  batu itu disimpan di Smithsonian, ia pun mengatur siasat.

Kehadiran batu misterius di Smithsonian sedikit demi sedikit menimbulkan keanehan. Dimulai dari diri Barbara yang merasa mengalami perubahan secara internal dan fisik. Hingga kemunculan Steve Trevor (Chris Pine)--yang seharusnya sudah meninggal--di hadapan Diana. Dari sinilah konflik demi konflik mulai menanjak.

*

Sejujurnya, bagi saya Wonder Woman 1984 agak membosankan dan alur berjalan lambat di puluhan menit pertamanya. Sepertinya Patty Jenkins, sang sutradara sedang menyiapkan 'jalan' dan fondasi alasan dari konflik batin Diana Prince.  Jenkins ingin memperlihatkan ke penonton cerita di balik perubahan karakter Barbara Minerva dan Maxwell Lord menjadi antagonis. 

 

Maxwell Lord, Wonder Woman 1984
Maxwell Lord dan batu akik misterius ajaibnya.

 

Kelebihannya, alur lambat dan lebih drama inilah penonton bisa melihat karakter Diana Prince lebih dalam. Tak sekadar wanita cantik dengan kekuatan super dan adegan laga bag-bug-bag-bug seperti dalam Wonder Woman (2017).

Keberadaan batu misterius yang bisa mengabulkan permintaan juga tak banyak dijelaskan. Juga kenapa Wonder Woman muncul pada 1984 dan bukan pada 2000-an misalnya.

Wonder Woman 1984 juga banyak menyampaikan konflik yang banyak dialami perempuan serta pesan #womanempowerment. Diana Prince tak hanya menjadi tokoh superhero, tapi juga manusia biasa yang bisa mengalami yang namanya galau.

1. Gagal Move On

Hey, ternyata bukan hanya rakyat jelata dan kaum sobat misqueen seperti kita saja yang pernah mengalami gagal move on. Wonder Woman juga mengalaminya. Dari era perang dunia II hingga 1984 malah, coba hitung sudah berapa tahun itu. Diana masih juga belum bisa melupakan kekasihnya. Tapi, kita bisa belajar bagaimana merelakan sesuatu yang sudah berlalu dari Diana Prince di sekuel Wonder Woman ini.

 

Baca juga: Cara Hani EXID Move On dari Pacar Peselingkuh

2. Pelecehan dan Diskriminasi terhadap Perempuan

Pelecehan tak hanya soal fisik, tapi termasuk verbal. Perempuan yang menjadi korban membutuhkan dukungan sesama perempuan untuk menghadapinya dan bisa move on. Jadilah pendengar yang baik. Jadilah temannya. Jadilah seseorang yang bisa menguatkannya. 

 

Barbara Minerva dan Diana Prince. Wonder Woman 1984
Pertemuan pertama Barbara Minerva dengan Diana Prince. 

3. Pertemanan yang Sehat Sesama Perempuan

 Tak sedikit pertemanan yang berakhir lantaran iri dan dengki. Bahkan berakhir dengan backstabbing.

"Kok dia lebih cantik dari saya."

"Kok dia lebih banyak teman dari saya."

"Kenapa saya enggak bisa jadi seperti dia."

Padahal setiap orang istimewa. Tidak perlu menjadi seperti orang lain. Menjadi teman yang mendukung satu sama lain. Justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing, kita bisa saling membangun.

 

Film dengan pesan girl power lainnya: My ID is Gangnam Beauty
 

4. Penyesalan atas Masa Lalu

Ada banyak hal-hal yang kita sesalkan terjadi di masa lalu. Ini juga termasuk gagal move on sebenarnya. Ketimbang menyesali masa lalu yang sudah terjadi, lewat film ini kita belajar untuk menghargai apa yang kita miliki sekarang. Dan mengupayakan kebaikan dan kebahagiaan dengan cara yang baik, demi masa depan.

 

5. Hati-hati dalam Berharap

Ketika jengkel, emosi, dan marah, kita kerap mengatakan hal-hal yang tak semestinya kita katakan. Jangan sampai mulut mengucapkan kutukan. Be careful of what you wish for.

*

Terlepas dari film yang agak membosankan di menit-menit pertamanya, Wonder Woman 1984 adalah film yang menghibur dan sayang untuk dilewatkan. Buat penonton Wonder Woman zaman jadul, akan mendapat kejutan munculnya Lynda Carter--pemeran Wonder Woman di film serial Amerika Serikat yang populer 1975-1979--sebagai cameo. Penonton Indonesia kemungkinan mengenalinya karena serial itu diputar di salah satu televisi swasta sekitar 1990-an.

Selain itu, Wonder Woman 1984 agak berbeda dengan tipikal film superhero umumnya. Pertarungan yang dihadapi Mbak Gal Gadot kali ini adalah melawan ego manusia. Bukan sekadar musuh dengan kekuatan super atau lawan yang licik. Itu sebabnya, teguran yang disampaikan Antiope kepada Diana Prince di awal film seperti menjadi pesan moral, tanpa menggurui.

"No true hero is born from lies." Tak ada pahlawan sejati yang lahir dari kebohongan/kecurangan.

No spoiler, kan? Izinkan saya mengutip kalimat pamungkas Diana dalam salah satu adegan sebagai penutup tulisan saya:


"This world was a beautiful place just as it was, and you cannot have it all. You can only have the truth, and the truth is enough. The truth is the beautiful."


Nieke Indrietta

Tulisan saya yang lain soal film bisa intip di sini ya.

Tulisan saya soal film Indonesia, wawancara dengan sutradara Monty Tiwa, yang pernah dimuat di Koran Tempo, klik di sini.

40 komentar:

  1. Waah ada banyak juga ya film film yang menunjukkan kekuatan seorang wanita.. semoga makin ke sini semua wanita semakin berproses menjadi lebih baik lagi dalam segala hal..ke5 poin dalam cerita itu menunjukkan banyaknya pelajaran yang dapat diambil dari setiap kehidupan seorang wanita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaps. Senang sekali makin banyak film yang menyuarakan aspirasi perempuan :)

      Hapus
  2. Nah iya pesannya mantap nih! Harus bisa move on dari masa lalu dan jgn sampai mengeluarkan kutukan saat marah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Lebih baik mulut mengucapkan berkat, termasuk ketika disakiti atau dirugikan. Iklas. :)

      Hapus
  3. Jujur saya belum pernah nonton Gal Gadot di film, sepertinya booming sekali. Dulu sih waktu kecil ingat Wonder Woman ada di TV (ketauan tuwirnya).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe. Berarti pas nonton Wonder woman yang pemainnya Lynda Carter--yang jadi cameo di film ini.

      Hapus
    2. Oh dia jadi Cameo. Pasti masih cantik ya. Kebayang aja

      Hapus
  4. Banyak pesan yanh bermanfaat, yang luar biasa bisa menginsirasi yang membaca. Next perlu diagendakan nih untuk nonton langsung filmnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ratenya 17 tahun ke atas ya, Kak. Jangan ajak anak kecil sebaiknya, soalnya ada adegan yang menurut saya dewasa.

      Hapus
  5. Saya baru tahu ada sekuel Wonder Woman. Terlalu fokus pada drakor daripada yang Holywood sekarang mah.
    Tapi kalau film dengan awal alur lambat ini menawarkan banyak kelebihan, layak ditonton.
    Gal Gadot cantik. Namanya sepintas mengingatkan saya pada Brigette Bardot, he he.
    Apakah nanti akan ada sekuel baru dengan latar masa kini? Kesan pertama ketika menonton "Wonder Woman" adalah muran.
    Kalau serial televisi? Kok,gak ingat,ya. Mungkin karena waktu itu belum punya TV atau dekoder. Lupa. Lebih ingat Superman waktu SMP tahun 1993/1994.
    Lagian saya cenderung suka aksi serial Xena, he he.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Iya, sejak pandemi dan gak ke bioskop saya juga lebih banyak terpapar film dan drakor ketimbang Eropa dan Amerika Serikat. Film-film Asia lainnya juga agak jarang kecuali diputar di tv berlangganan. Saya merindukan nonton di CGV yang kerap memutar film yang lebih bervariasi ketimbang jaringan 21. Apadaya, pandemi masih bikin saya belum berani keluar rumah--termasuk nonton bioskop.

      Wonder Woman yang solo pertama memang agak muram dengan matinya Steve Trevor. Tapi saya suka film itu, karena berani menampilkan superhero wanita secara solo. Biasanya superhero wanita cuma jadi pendukung dalam film yang tokoh-tokohnya dominan pria.

      Gal Gadot cantiiiiik banget. Idola saya itu, Teh. Omong-omong, saya juga penggemar Xena The Princess Warrior lhoooo.

      Hapus
  6. Karakter DC paling sy suka nih wonder woman. Soalnya ngangkat kesuperan wanita. Mbak Gal Gadot jg kecee, sesuai dgn perannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah samaan dooong. Mbak Gal Gadot emang kece dan keren buaangetttsss ya...

      Hapus
  7. Saya belum pernah nonton wonder woman kecuali yang di televisi. Itupun sudah lupa jalan ceritanya bagaimana. Yg melekat di pikiran saya adalah, wonder woman adalah sosok perempuan yang kuat tanpa ada sisi-sisi melo nya.

    BalasHapus
  8. kalau film wonder woman apalagi sekuelnya saya belum pernah nonton nih, baru versi gabungan aja di justice league, kayaknya kalau DC comic jarang ya angkat pahlawan super perempuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, Mbak. Kalau gak salah, Wonder Woman ini pertama kalinya DC Comic angkat pahlawan super perempuan dalam bentuk film solo.

      Hapus
  9. waha saya suka banget sama salah satu pemain film ini gal Gadot, idaman banyak laki-laki, tapi selain itu dia perempuan berkarakter yang karir dan keluarganya seimbang, suka banget sama dia

    BalasHapus
    Balasan
    1. I'm also a fan of Gal Gadot. Suka sama kehidupan pribadinya juga. Karakter Ok, karir Ok, keluarga Ok. Pas syuting Wonder Woman dia ajak keluarganya. Kalau gak salah anak sama suaminya sebenernya muncul di sekuel Wonder Woman ini, jadi cameo. Cuma aku belum nemu di adegan yang mana. Hahaha.

      Hapus
  10. Wah ternyata memang beda ya ceritanya dengan yg sebelumnya, ini mah ceritanya manusiawi banget superheronya. Aku jadi penasaran pengen nonton meskipun kata Kak Nieke agak membosankan di menit2 awal, tetep aja aku penasaran. Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meski awalnya rada membosankan, tapi memang bagus ditonton kok, Mbak. Kalau belum berani ke bioskop, nunggu di tivi kabel atau berlangganan aja. :D

      Hapus
  11. Betul mbak, saya tertarik dengan pernyataan : Pertemanan yang Sehat Sesama Perempuan. Ini menarik banget untuk dibahas, anda ada yang membuatkan webinarnya, saya mau deh ikutan jadi peserta :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hasssseeeek. *tos* Kita memang butuh pertemanan sehat sesama perempuan :)

      Hapus
  12. Mbak Nieke mengulasnya detail. Sampai-sampai memperhatikan cameo, yang pernah top di masa lalu. Sisi-sisi menarik film tetap ada ya, kalau kita bisa melihat dari sisi lain, menggeser angle dalam menonton sebuah film.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mbak Mugniar. Saya selalu berusaha mencari angle unik dalam sebuah tulisan. Soalnya kalau cuma review biasa, sudah banyak yang bikin. ^__^

      Hapus
  13. wonder woman superhero kebanggan para perempuan
    jadi pengen nonton yg seri terbarunya
    sayang di surabaya , bioskop blm buka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba di aplikasi film saja, Mbak. Siapa tahu nanti tayang di aplikasi film. Selama pandemi bikin deg-degan kalau keluar rumah. :)

      Hapus
  14. Sepertinya cukup bagus untuk di tonton ya mba Nieke. Memamg sih kebenyakan perempuan stabbing sesamanya sendiri. Kejiwaan kali ya haha...
    Bahkan seorang perempuan yang strong pun bisa dan boleh galau, apalagi kita yg perempuan biasa ini yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Iya enggak tahu kenapa ya, apa karena budaya. Mungkin kultur menyebabkan perempuan cenderung dibanding-bandingkan. Ini yang membuat adanya kecenderungan persaingan tidak sehat.

      Hapus
  15. Wah..jadi penasaran.

    Aku termasuk penyuka serial tv wonder woman.. hehehe..

    Setiap sore deh kalo ga salah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah asik. Cocok kalau begitu, ya Mbak Arsita. Berarti Mbak Arsita dulu penonton serial Wonder Woman yang pemainnya Lynda Carter. Dia cantik banget.

      Hapus
  16. Wah jadi penasaran nih nonton Wonder Woman. Cuma tahu dikit-dikit aktrisnya mbak Gal Gadot ini, tapi belum nonton malah. Taunya Wonder Woman yang jadul...hehe...
    Keren ya ada pesan-pesan yang ingin disampaikan. Ga cuma bag-big-bug melawan kejahatan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wonder Woman yang jadul yang serial juga bagus, Mbak Hani :) Lynda Carter cantik banget ya.

      Hapus
  17. Temenku dibela-belin ke bioskop demi bisa nonton aksinya mba Gal Gadot mba. Tapi worthed banget katanya, hahaha... Stay healthy ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah. Hehehe. Mungkin temannya Mbak penggemar Gal Gadot number one. Nanti Mbak nunggu tayang di aplikasi film atau di televisi saja--kalau masih pandemi. Stay healthy juga yaaaa.

      Hapus
  18. Uh, kayaknya spoiler yang disimpan ini justru bagian pentingnya? Jadi penasaran. Ceritanya kayak cewek banget.

    BalasHapus
  19. wowo 1984, aku baru tahu loh ada film wonder woman ini. memang zaman dulu diskriminasi terhadap perempuan, mungkin jadi itulah inspirasi buat tokoh hero perempuan ya mbak

    BalasHapus
  20. Film superhero ini ya mbak, saya dah lama banget gak nonton film seperti ini. Dulu biasanya nonton di TV, kayak superman, Xena, spiderman, batman. Untuk Wonder women lupa saya kayak gimana. Tapi keren ada pesan women empowermentnya.

    BalasHapus
  21. Kemarin suami nonton duluan.
    Bener kata kak Nieke, sepertinya aga membosankan karena sering ditinggal-tinggal pas nonton.

    Tapi salutnya sama film bule itu, selalu ada versi spin-off yang bisa dibahas.
    Sutradaranya sungguhan kreatif.

    BalasHapus
  22. Wonder Woman hanyalah manusia biasa. Jadi manusiawi kalo dia mengalami gagal move on, misalnya. Tapi bagusnya banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini.

    BalasHapus
  23. Gal Gadot, saya belum melihat filmnya, tahunya pemeran Wonder Woman ini sering banget bersliweran di media sosial, tahunya saya ah paling ini film tentang itu-itu aja, percintaan dan perang. Etapi kalau diulas dari kacamata mbak nieke kok ya jadi beda ya, asyik gitu ya, ada pesan dalam women empowerment selain itu women supporting, duh kalau bahas tentang perempuan jadi greget saya mbak nieke. Ditunggu ulasan-ulasan film lainnya ya mbak nieke

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.