Menu

Percik Kata Nieke

Kamis, 30 Januari 2020

Mari Kita Cerita tentang Keanekaragaman Hayati

Bagaimana caranya membuat keanekaragaman hayati menjadi sesuatu yang mudah diingat banyak orang? Logikanya, kalau orang paham maka akan lebih mudah diserap dalam ingatan. Kalau dalam memori tersimpan, lama-lama jadi sayang. Seperti kenanganmu tentang gebetan, eaaa.


Keanekaragaman hayati di lereng gunung Arjuno

Apa yang terlintas di benakmu seandainya saya menyebut frasa keanekaragaman hayati atau biodiversity? Barangkali kamu seperti saya, yang sekitar lima belas tahun lalu mengernyitkan dahi. Kala itu, saya masih bekerja menjadi jurnalis yang khusus meliput isu lingkungan hidup. Saya masih jurnalis cupu-cupu yang baru beberapa bulan menjadi wartawan. 

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring yang disediakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, keanekaragaman hayati adalah keseluruhan keanekaragaman makhluk yang diperlihatkan suatu daerah mulai keanekaragaman genetika, jenis, dan ekosistemnya. 

Dengan kata lain yang lebih sederhana, keanekaragaman hayati itu merupakan warisan alam berupa hewan, tumbuhan, ekosistem, genetika, spesies yang berada di daratan dan perairan. Keberadaannya masing-masing saling menyokong kehidupan satu sama lain.

Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan lautan merupakan salah satu negara dengan biodiversitas  terbesar di dunia. Apalagi Indonesia punya hutan hujan tropis dengan segala aneka ragam hewan dan tumbuhan di dalamnya. Ini menempatkan Indonesia sebagai 1 dari 10 tujuan ekowisata terbaik di dunia. Perairan di Papua misalnya, memiliki spesies karang tertinggi dunia yang jumlahnya mencapai ratusan jenis. Contoh lainnya, Kalimantan dan Sumatera memiliki orang utan. 

Keberadaan setiap hewan, tumbuhan, genetika, spesies, dan ekosistem tersebut adalah sebagai penyangga satu sama lain. Apabila satu hilang, akan timbul dampaknya bagi manusia. Dalam bidang kesehatan misalnya, apabila satu spesies yang selama ini ada dan bisa mencegah penularan penyakit punah, otomatis penyakit itu menjadi berkembang biak. 

Ya ibarat mobil, kalau satu bannya diambil atau rusak ya jomplang, tidak bisa jalan. Manusia harus dorong mobil itu supaya bisa tetap jalan, atau beli ban baru. Nah, masalahnya warisan alam ini kalau kadung punah, tak semudah mengganti dengan yang baru. Keberadaan keanekaragaman hayati ini berperan penting dalam mengurangi risiko bencana dan pemulihan pasca-bencana.

Taman Nasional Gunung Leuser kaya keanekaragaman hayati
Saya dan teman saat mengunjungi Taman Nasional Gunung Leuser
di Tangkahan, perbatasan Sumatera Utara dan Aceh. Hutan di kawasan
konservasi ini seluas sekitar 1 juta hektare. Di sini, saya bertemu orang utan dan
gajah Sumatera.  Pasca-tsunami Aceh 2004,  gajah-gajah ini menolong 
proses evakuasi bencana dengan mengangkat material berat. 

World Wildlife Fund (WWF) pada 2014 menyatakan separuh keanekaragaman hayati di dunia telah punah. Laporan Living Planet Report mengungkapkan dalam kurun waktu 40 tahun yaitu antara 1970 dan 2010, populasi burung, reptil, amfibi, mamalia, dan ikan di seluruh dunia turun 52 persen. Sementara Living Planet Report 2018 lebih banyak mendalami dampak lingkungan terhadap masyarakat serta dampak pilihan manusia terhadap bumi, berdasarkan tulisan opini CEO WWF Rizal Malik yang dimuat di Tempo.co.


Infografis keadaan biodiversitas di Indonesia dan dunia

Ekowisata Hutan Mangrove Surabaya

Surabaya--kota pesisir tempat saya tinggal--memiliki dua hutan mangrove hasil konservasi pemerintah kota yakni di Wonorejo Rungkut dan Gunung Anyar. Keberadaannya sebagai benteng alami berfungsi sebagai pemecah gelombang laut. Mencegah abrasi.

Kalau kamu berlibur ke Surabaya dan ingin mengunjunginya, tempatnya tidak jauh, kok. Dari pusat kota Surabaya sekitar  satu jam dengan mobil atau sekitar 13 km. Alamatnya sudah tercantum di Google Maps sehingga kalau kamu naik kendaraan daring atau bawa mobil sendiri tinggal ikuti panduan Mbah Gugel. Masih dalam kota Surabaya.

Hutan mangrove Wonorejo merupakan wilayah konservasi bakau yang juga menjadi ekowisata. Di media sosial seperti Instagram, cukup mudah ditemukan foto-foto pengunjung yang Instagramable di lokasi ini. Luasnya sekitar 200 hektare. Tapi bukan hanya spot foto yang menakjubkan yang ada di sini. Pengunjung bisa melihat lebih dari setengah jenis bakau di Indonesia. Jangan khawatir tidak mengenalinya, soalnya disediakan papan-papan nama tumbuhan sehingga bisa sekaligus menjadi edukasi alam. Kan katanya kalau tak kenal maka tak sayang. Selain bakau, pengunjung juga bisa melihat tanaman ketapang, nipah, pidada, dan jenis lainnya.


hutan bakau jenis mangrove Surabaya ekowisata keanekaragaman hayati
Pengunjung bisa menyusuri hutan mangrove Wonorejo dengan kapal dan
menikmati keanekaragaman hayati di sana. Biayanya Rp 25 ribu untuk dewasa
dan Rp 15.000 untuk anak-anak.

Belum lagi makhluk mungil bernama kepiting rawa yang bermain-main di akar pohon mangrove serta monyet ekor panjang yang berkeliaran di kawasan ini. Memang tak hanya bakau yang bisa dinikmati kala menyusuri hutan mangrove Wonorejo. Ada sekitar 80 spesies burung langka seperti perkutut Jawa, cangak Jawa, punai gading, bambangan kuning.

Ekosistem hutan bakau sangat penting buat kota pesisir. Tak hanya bagi hewan dan tumbuhan di dalamnya, tapi juga buat manusia. Bayangkan kalau terjadi bencana tsunami dan hutan bakau berubah fungsinya menjadi permukiman. Padahal Indonesia termasuk kategori wilayah rawan bencana alam karena berada di jalur ring of fire atau cincin api Pasifik.  Belum lagi, bumi ini sedang mengalami perubahan iklim.

Mencintai Alam, Mencintai Diri Sendiri

Sejak kecil, siapapun diajar untuk membuang sampah pada tempatnya. Toh, ada saja orang yang melempar sampahnya sembarangan. Sejak kecil, kita diajar untuk menghemat penggunaan air. Toh, ketika mencuci tetap saja air kran mengucur meski tak digunakan. Sejak kecil, kita telah mendengar betapa indahnya pemandangan alam Indonesia hingga dijuluki zamrud khatulistiwa. Namun, hutan diobrak-abrik keserakahan manusia. Sungai tercemar. Popok bayi dilempar ke kali. Limbah mengalir leluasa.

Apa dan di mana problemnya? Saya tak berani menjawab lantaran tak melakukan riset kaitan edukasi tentang pelestarian alam dengan perubahan perilaku. Merawat keanekaragaman hayati sejatinya adalah tanggung jawab bersama, mulai dari level pemerintah, lembaga, hingga individu. Kalau di level pemerintah, misalnya ya pengelolaan ekowisata hutan mangrove seperti cerita saya tadi.

Lembaga dan perusahaan biasanya terlibat merawat keanekaragaman hayati melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Sementara itu di tingkat individu, saya tak mau muluk-muluk berbicara mau mengubah dunia. Berkaca pada diri sendiri, saya memulai dari hal-hal yang kecil namun berarti seperti di bawah ini.

hutan pingun manunan, yogyakarta
Papan peringatan buat pengunjung di kawasan wisata
Hutan Pinus Mangunan,Dlingo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peringatan
menggunakan gaya bahasa unik dan gaul agar mudah diingat. Bahkan
banyak pengunjung yang foto-foto di samping papan ini.


Mengurangi Sampah Plastik
Klise barangkali. Toh sudah banyak orang yang sudah mulai melakukannya. Tapi bayangkan kalau masing-masing orang dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia melakukannya. Berapa ton sampah yang berkurang, ya kan? Kala bepergian baik jarak dekat misalnya main ke mal maupun jarak jauh, saya biasanya bawa sedotan stainless dan tumbler, dan tas jinjing dari kain untuk mengurangi penggunaan tas plastik. 

Setop Membeli Pakaian Baru
Apalagi yang terbuat dari bahan tak terurai alam. Beberapa tahun belakangan saya sudah jarang beli pakaian baru. Dulu sebulan saya beli minimal dua, apalagi kalau sudah main ke mal. Sejak tinggal di Surabaya, saya sudah berhasil mengurangi beli baju. Dalam tiga bulan, paling saya beli pakaian hanya sekali, biasanya kaos kaki atau pakaian dalam. Pakaian-pakaian yang sudah lama tidak saya pakai atau kekecilan, saya sumbangkan.

Data dari The Waste and Resources Action Programme (WRAP), pakaian dengan total harga 140 juta poundsterling atau Rp 2,5 triliun ditemukan di tempat pembuangan sampah. Padahal, sampah tekstil ini mengandung racun yang bisa jadi polusi bagi bumi, melepas serat mikro ke air, dan emisi ke udara. Tren industri modelah yang cepat berganti menjadi sebab 80 miliar potong kain diproduksi tiap tahun.

Mengurangi Sampah Makanan
Membeli makanan secukupnya. Laporan badan pangan PBB atau Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyebutkan sampah makanan Indonesia mencapai sekitar 13 juta ton per tahun. Jumlah itu bisa memberi makan 28 juta orang lho. Untuk mengatasi kelebihan stok makanan, kita bisa menyumbang stok makanan yang tidak terkonsumsi ke lembaga semacam Garda Pangan yang bisa menyalurkannya ke orang-orang yang membutuhkan. Tapi ingat, jangan memberi dari sisa-sisa yang kamu makan ya. Memberi ke orang lain pun ada etikanya.

Gunakan Air dan Listrik Seperlunya
Sering tanpa sadar kita menyia-nyiakan energi sumber daya alam yang tersedia. Padahal sumber daya itu sebenarnya terbatas. Listrik yang kita pakai dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar umumnya batu bara dan diesel, hasil eksplorasi alam. Berhemat menggunakan energi adalah salah satu langkah yang bisa kita lakukan selama belum menggunakan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. Bayangkan hatimu yang lelah di-PHP gebetan, lalu teriak "Hayati lelah, Bang!" Apalagi alam yang diperas habis-habisan...

Wisata Ramah Lingkungan
Saya paling suka jalan-jalan ke tempat baru, terutama tempat yang masih alami. Omong-omong nih, saya berusaha menerapkan eco-traveling ke manapun saya pergi




Bagaimana dengan kamu? Dari poin-poin di atas, manakah yang sudah kamu lakukan? Bisa jadi lebih banyak hal-hal yang sudah kamu lakukan ketimbang saya. Kalau berkenan, berbagi yuk di kolom komentar, supaya saya juga ikut belajar. 

Tabik.

Nieke Indrietta

Ketemu yuk di Instagram @katanieke_blog

Tulisan saya soal traveling bisa klik di sini.


Referensi

Laporan WWF : Setengah Keanekaragaman Hayati Dunia Hilang

https://www.mongabay.co.id/2014/09/30/laporan-wwf-setengah-keanekaragaman-hayati-dunia-hilang/

Masa Depan Keanekaragaman Hayati Kita

https://kolom.tempo.co/read/1176735/masa-depan-keanekaragaman-hayati-kita/full&view=ok

UGM dan WWF Petakan Keragaman Hayati Indonesia

https://www.gatra.com/detail/news/419177/gaya%20hidup/ugm-dan-wwf-petakan-keragaman-hayati-indonesia

12 komentar:

  1. Ulasan yang menarik sekali Mbak. Saya setuju, menjaga alam dalan hal ini meliputi keanekaragaman hayati adalah tugas kita bersama. Sayang sekali jika banyak hewan-hewan atau tumbuhan2 langka yang mulai punah akibat ulah manusia.

    BalasHapus
  2. Kalau sedang ngobrol sama anak anak sedih memang, pada zaman mereka entah berapa banyak lagi spesies yang sudah punah.. Mengerti tentang ekosistem dan lingkungan hidup adalah salah satu jalan menjaga keanekaragaman hayati, karena tak kenal maka tak sayang (seperti yang ditulis Mbak Nikke ini) ... semoga kelak ada solusi inovatif dan aplikatif yang dapat dilakukan bersama

    BalasHapus
  3. Di kampung saya ini dulu waktu kecil ada banyak pohon kersen, cereme, dan lainnya yang ditanam di pinggir jalan menuju kampung atas. Sekarang tidak saya lihat lagi keberadaan pohon kersen dan cereme itu. Pohon bungur yang cantik juga tidak terlihat lagi. 😭

    Bahkan pohon malaka sepertinya menyusul punah tak terlihat ditanam di kebun penduduk.

    Dulu di kebun kakek saya lengkap ada pohon jambu monyet, sekarang pohon itu pun raib dari kampung padahal buah jambu monyed bisa diolah jadi buah yang berdaya guna, bijinya jadi kacang mede. Masalahnya tidak ada pengepul dan industri pengolahan makanan jadi tampak wajar populasi buah tertentu menghilang karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi, padahal keberadaannya pasti penting, sebagai sumber makanan hewan tertentu juga.

    Itu baru pohon.

    Jadi bercita-cita bisa beli tanah yang luas banget untuk bikin rumah sekalian kebun pribadi yang ditanami aneka macam pohon dan tumbuhan yang jarang ada, setidaknya menjaga bumi untuk setiap pohon yang hampir punah.

    BalasHapus
  4. Saya pernah ke ekowisata mangrove sekitar tahun 2017an mbak. Sepertinya taman wisatanya tidak terawat, dan menurutku kalau dipoles sedikit saja tidak hanya bagus buat wisata tapi juga alam.

    Dan eco-traveling ini juga perlu diterapkan oleh pemerintah dan masyarakat juga agar sejalan sama misi mempertahankan keanekaragaman hayati. ❤️

    BalasHapus
  5. Saya masih berproses mbak, mengurangi sampah plastik dengan bawa kantong belanja saat belanja; jarang beli baju selama masih ada baju yang layak ya pakai itu aja, kecuali untuk anak-anak ya mbak, karena masa pertumbuhan; pakai air dan listrik secukupnya.

    BalasHapus
  6. Mengurangi sampah plastik ini yang jujur belum bisa saya terapkan. Ya Allah rasanya ingin menjewer kuping sendiri bahwa saya pribadi pun kok belum aware dengan lingkungan. Makasih mbak Nieke, artikel ini sebagai pengingat saya untuk lebih menghargai lingkungan sendiri

    BalasHapus
  7. Frasa Keragaman Hayati ini mengingatkan saya pada pelajaran Biologi saat duduk di sekolah menengah pertama. Hal kecil yang sudah saya lakukan dalam upaya mencintai lingkungan salah satunya adalah mengurangi berbelanja baju.

    BalasHapus
  8. Mbakk Nieke aku malah fokus fotomu keliatan imutt sekaliii 🤩...
    Manusia itu makhluk paling serakah ya mba, merusak alam demi kekayaan pribadi tdk memikirkan jangka panjang😭

    BalasHapus
  9. Keseimbangan alam akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi semua makhluk di bumi. Bila semua aware terhadap kehidupan yang harmoni ini tentunya alam akan terawat dengan baik. Namun memang sudah menjadi ciri khas manusia yang kadang mementingkan diri sendiri. Kesadaran berbuat untuk lingkungan memang harus dihidupkan di masyarakat.

    Anyway, melihat foto mba nieke dan teman di kaki gunung Leuser mengingatkan kenangan manis saat dulu kami diajak camping di hutan oleh bapak. Mendengar suara gajah di dekat tenda, menyaksikan langsung serangga hutan dan beberapa makhluk hidup lainnya sungguh tak terlupakan

    BalasHapus
  10. Suka banget tulisannya mba..
    Hal-hal yang kelihatannya remeh kayak membuang sampah pada tempatnya atau mematikan lampu yang gak dipakai namun itu juga berdampak besar untuk kelestarian lingkungan

    BalasHapus
  11. Sedih ya mba, lihat kondisi bumi kita sekarang ini. Tanaman, hewan langka pun habis dibabat, diambilin semua. Coba aja sadar lakukan satu tindakan membuang sampah pada tempatnya aja, efeknya pastinluar biasa.

    BalasHapus
  12. Konsepnya minimalisme dan zero waste gitu ya kak langkah diri kita untuk andil dalam pelestarian lingkungan dan keragaman hayati

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.