Kalau cuma waktu satu hari jalan-jalan liburan di Bandung, enaknya ke mana saja? Yuk contek itinerary-ku buat kamu ngebolang di sana.
Akhirnya liburan ke Bandung! Menjelang pengujung tahun 2018, saya berkesempatan berlibur ke Bandung. Senangnya!
Saya berangkat ke Bandung dengan kereta dari Stasiun Gubeng Surabaya. Hotel tempat menginap tak jauh dari stasiun Bandung. Lokasinya sangat strategis. Nama hotelnya enggak saya sebutin, enggak mau promosi, hahaha. Tapi banyak kok, hotel-hotel dekat dan depan stasiun. Tinggal intip aplikasi aja untuk lihat harganya. Nah, di depan hotel tempat saya menginap ini banyak terdapat warung, resto, dan stan yang menjual makanan dari camilan hingga kelas berat. Jalan kaki sedikit juga ada minimarket. Enggak jauh dari hotel, dengan jalan kaki sudah bisa ke Kartika Sari.
Selama di Bandung, saya bepergian menggunakan mobil sewa. Pertimbangannya biar nyaman aja kalau pergi ke beberapa tempat sekaligus. Berhubung saya perginya barengan rombongan emak-emak, kan biasanya barang bawaan banyak. Jadi tas-tas dengan bawaan enggak penting bisa ditinggal di mobil. Omong-omong, Bandung juga cukup banyak kendaraan online, kok. Tergantung kebutuhan kamu aja. Saya baru menggunakan kendaraan daring sewaktu di malam hari, saat jam sewa mobil sudah habis. Itupun ke tempat-tempat yang enggak jauh dari hotel. Misalnya waktu mencicipi surabi Bandung di kawasan Setiabudi.
Selama di Bandung, saya bepergian menggunakan mobil sewa. Pertimbangannya biar nyaman aja kalau pergi ke beberapa tempat sekaligus. Berhubung saya perginya barengan rombongan emak-emak, kan biasanya barang bawaan banyak. Jadi tas-tas dengan bawaan enggak penting bisa ditinggal di mobil. Omong-omong, Bandung juga cukup banyak kendaraan online, kok. Tergantung kebutuhan kamu aja. Saya baru menggunakan kendaraan daring sewaktu di malam hari, saat jam sewa mobil sudah habis. Itupun ke tempat-tempat yang enggak jauh dari hotel. Misalnya waktu mencicipi surabi Bandung di kawasan Setiabudi.
Oke, saya bagikan itinerary saya ya... Here we go.
1. Floating Market
Floating market atau pasar terapung. Foto oleh @katanieke |
Tiket masuk Floating Market sebesar Rp 20 ribu per orang plus kupon yang bisa ditukar dengan minuman. Floating market alias Pasar Terapung Bandung ini luaaaas banget, gaes. Harga makanannya juga cukup ramah kantong dan bervariasi.
Jalan menuju area dengan desain Jepang. Foto oleh @katanieke |
Buat kamu yang demen sama K-Pop, drama Korea, dan drama Jepang, di sini ada persewaaan kimono dan hanbok. Biayanya Rp 75 ribu untuk satu jam. Ada tiga studio yang disediakan dan letaknya terpisah-pisah. Jadi kamu bisa sambil jalan-jalan mengenakan kimono atau hanbok sekalian foto-foto.
Studio yang pertama adalah sebuah ruangan semacam pendopo ala Jepang dengan pemandangan danau. Di dalam pendopo itu terdapat meja makan persegi panjang dan berbagai aneka makanan Jepang--tentu saja dari plastik, berserta minumannya. Sesampai di sana, kita akan diarahkan oleh fotografer untuk berpose seperti sedang makan dan minum. Ohya, kalau berada di dalam studio, kita tidak diperkenankan untuk foto dengan kamera ponsel dan kamera foto sendiri. Tapi tenang, masih banyak kok, spot-spot bagus dan Instagenic yang bisa kita pakai berfoto ria dengan kamera sendiri.
Usai dari pendopo itu, kita bisa berjalan menyusuri jembatan di tengah danau menuju ke arah dermaga perahu. Nanti akan ada petugas membawa kita naik ke perahu menyusuri danau, di sana kita bisa foto-foto. Tempat ketiga, adalah sebuah taman dengan desain Jepang. Kita bisa bebas foto di situ dengan kamera sendiri. Di ujung taman, terdapat rumah bergaya Jepang. Nah yang ini merupakan studio dengan fotografernya.
Dengan harga sewa kostum hanbok dan kimono Rp 75 ribu tersebut, kita bisa memperoleh gratis satu foto berukuran besar. Nanti kita akan memilih, di antara foto-foto di studio yang dipotret oleh fotografer, kita mau yang mana. Apabila ingin mengambil foto lainnya, kita dikenakan tambahan biaya.
Studio yang pertama adalah sebuah ruangan semacam pendopo ala Jepang dengan pemandangan danau. Di dalam pendopo itu terdapat meja makan persegi panjang dan berbagai aneka makanan Jepang--tentu saja dari plastik, berserta minumannya. Sesampai di sana, kita akan diarahkan oleh fotografer untuk berpose seperti sedang makan dan minum. Ohya, kalau berada di dalam studio, kita tidak diperkenankan untuk foto dengan kamera ponsel dan kamera foto sendiri. Tapi tenang, masih banyak kok, spot-spot bagus dan Instagenic yang bisa kita pakai berfoto ria dengan kamera sendiri.
Baca juga:Wisata 1 Hari di Jogja: Ini Tempat Selfie Paling Asyik (+Itinerary)
Foto oleh @katanieke |
Dengan harga sewa kostum hanbok dan kimono Rp 75 ribu tersebut, kita bisa memperoleh gratis satu foto berukuran besar. Nanti kita akan memilih, di antara foto-foto di studio yang dipotret oleh fotografer, kita mau yang mana. Apabila ingin mengambil foto lainnya, kita dikenakan tambahan biaya.
2. Farm House
Sekitar pukul 11 siang, saya bergeser ke Farm House. Letaknya masih di Lembang dan searah. Beruntung, jalan juga tak begitu macet. Tiket masuk Farm House Rp 25 ribu bonus kupon gratis minuman. Saran saya, minuman gratisnya diambil pas pulangnya saja, supaya lebih mudah bergerak bebas. Soalnya ada tempat tertentu yang enggak boleh membawa minuman dari luar. Termasuk tempat sewa kostum Belanda, minuman enggak boleh dibawa masuk ruangan.
Begitu sampai di Farm House, saya langsung menuju persewaan baju Belanda. Bintang keberuntungan masih di pihak saya. Saat tiba di sana, antrean penyewa tak begitu banyak. Padahal biasanya penuh banget. Kita bisa memilih baju dan motif berdasarkan foto-foto yang dipasang di dinding. Harga sewa sekitar Rp 100 ribu per jam.
Usai mengenakan baju Belanda, saya langsung menuju ke rumah yang menjadi studio foto. Letaknya tak jauh dari rumah yang menjadi tempat menyewa pakaian. Di sana, tersedia dekorasi dan aksesoris perlengkapan foto.
Baju yang kita sewa, juga bisa dipakai sambil berjalan-jalan di area Farm House untuk berfoto-foto selama satu jam. Banyak bangunan, seting, dan dekor yang bisa kita gunakan sebagai latar foto dengan pakaian Belanda. Bahkan, ada miniatur kincir angin, lho.
Di Farm House juga ada toko-toko yang menjual cake dan cupcakes, kafe-kafe yang nyaman dan bisa buat berfoto ria. Satu setengah jam saya berada di sana, pukul 13.00 saya bergeser ke tempat berikutnya.
Baca juga:
Hotel Rollaas Lawang: Nuansa Liburan di Tengah Kebun Teh Wonosari
Sekitar pukul 11 siang, saya bergeser ke Farm House. Letaknya masih di Lembang dan searah. Beruntung, jalan juga tak begitu macet. Tiket masuk Farm House Rp 25 ribu bonus kupon gratis minuman. Saran saya, minuman gratisnya diambil pas pulangnya saja, supaya lebih mudah bergerak bebas. Soalnya ada tempat tertentu yang enggak boleh membawa minuman dari luar. Termasuk tempat sewa kostum Belanda, minuman enggak boleh dibawa masuk ruangan.
Orang berpose dengan baju Belanda di Farm House. Foto oleh @katanieke |
Usai mengenakan baju Belanda, saya langsung menuju ke rumah yang menjadi studio foto. Letaknya tak jauh dari rumah yang menjadi tempat menyewa pakaian. Di sana, tersedia dekorasi dan aksesoris perlengkapan foto.
Baju yang kita sewa, juga bisa dipakai sambil berjalan-jalan di area Farm House untuk berfoto-foto selama satu jam. Banyak bangunan, seting, dan dekor yang bisa kita gunakan sebagai latar foto dengan pakaian Belanda. Bahkan, ada miniatur kincir angin, lho.
Di Farm House juga ada toko-toko yang menjual cake dan cupcakes, kafe-kafe yang nyaman dan bisa buat berfoto ria. Satu setengah jam saya berada di sana, pukul 13.00 saya bergeser ke tempat berikutnya.
Baca juga:
Hotel Rollaas Lawang: Nuansa Liburan di Tengah Kebun Teh Wonosari
3. Saung Angklung Udjo
Mang Udjo adalah seniman angklung asal Jawa Barat. Nama aslinya Udjo Ngalagena. Dialah yang mendirikan Saung Angklung Udjo. Ketika Mang Udjo wafat pada 2001, saung angklung diteruskan oleh anak-anaknya.
Perjalanan dari Farm House menuju Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka 118, Bandung Timur, makan waktu sekitar satu jam apabila jalan dalam kondisi normal. Namun berhubung saat itu jalan mulai macet, saya baru tiba di sana pukul 14.30. Setibanya di sana, halaman parkir dipenuhi dengan bus-bus pariwisata. Rombongan anak-anak sekolah tampak baru keluar dari saung.
Setelah memarkir kendaraan, saya bergegas masuk. Bagian depan bangunan terdapat banyak stan yang menjual berbagai cenderamata, miniatur angklung, dan oleh-oleh. Di bagian kanan terdapat restoran. Sebelum masuk, kita mesti membeli tiket terlebih dulu. Harga tiket antara Rp 40 ribu hingga 100 ribu. Wisatawan domestik dikenakan Rp 60 ribu, turis asing Rp 100 ribu, dan pelajar baik domestik maupun mancanegara dikenakan Rp 40 ribu. Saung Angklung Udjo menawarkan pertunjukan angklung setiap hari, dari pukul 15.30 hingga 17.00. Untuk mengamankan tempat, saya sudah booking atau reservasi tiket jauh-jauh hari. Beruntunglah, soalnya saya main ke sana pas musim liburan. Jadi ramai banget!
Sekitar pukul 15.00, pintu masuk ruangan sudah dibuka. Jadi kami bergegas masuk dan memilih tempat duduk. Ruangannya berupa aula terbuka, jadi kita bisa merasakan angin berhembus dan menyatu dengan alam. Tempat duduknya bertingkat. Cukup banyak pengunjung hari itu. Seluruh tempat duduk penuh. Malah ada tamu-tamu dari Malaysia, Australia, Singapura, dan lain-lain.
Pertunjukan dimulai tepat waktu. Sebagai pembukaan, para seniman dari Mang Udjo membawakan wayang Sunda berikut tembang dan gamelannya. Cukup kocak! Dalang membawakan dengan bahasa Indonesia, dicampur bahasa Sunda dan bahasa Inggris. Pertunjukan berikutnya kesenian angklung, lagu-lagu daerah dan tarian, hingga jazz angklung. Keren kan?
Pokoknya jangan lewatkan mampir ke sini kalau main ke Bandung. Bahkan, kita diajak ikutan main angklung, lho. Serius ini. Mereka membagikan angklung ke masing-masing pengunjung. Eh tapi kalau udah kelar dibalikin ya. Itu cuma dipinjemin.
4. Cihampelas
Dari Mang Udjo, berikutnya kita ke Cihampelas. Tempat ini dikenal sebagai kawasan kaos, baju, dan jeans dengan harga miring. Sepanjang jalan, kiri dan kanan berjejer toko-toko. It's shopping time!
Sepanjang jalan potensi macetnya besar, jadi mendingan kalau kamu ke sini, parkir kendaraan di satu tempat lalu lanjut jalan kaki.
Di Cihampelas, saya melihat bus Bandros alias Bandung Tour on Bus lagi ngetem di depan mal Cihampelas Walk. Bus dengan warna merah menyala itu keren sekali. Saya pengen banget naik, sayangnya waktu enggak keburu. (Lain kali ke Bandung harus naik ini).
Mang Udjo adalah seniman angklung asal Jawa Barat. Nama aslinya Udjo Ngalagena. Dialah yang mendirikan Saung Angklung Udjo. Ketika Mang Udjo wafat pada 2001, saung angklung diteruskan oleh anak-anaknya.
Perjalanan dari Farm House menuju Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka 118, Bandung Timur, makan waktu sekitar satu jam apabila jalan dalam kondisi normal. Namun berhubung saat itu jalan mulai macet, saya baru tiba di sana pukul 14.30. Setibanya di sana, halaman parkir dipenuhi dengan bus-bus pariwisata. Rombongan anak-anak sekolah tampak baru keluar dari saung.
Setelah memarkir kendaraan, saya bergegas masuk. Bagian depan bangunan terdapat banyak stan yang menjual berbagai cenderamata, miniatur angklung, dan oleh-oleh. Di bagian kanan terdapat restoran. Sebelum masuk, kita mesti membeli tiket terlebih dulu. Harga tiket antara Rp 40 ribu hingga 100 ribu. Wisatawan domestik dikenakan Rp 60 ribu, turis asing Rp 100 ribu, dan pelajar baik domestik maupun mancanegara dikenakan Rp 40 ribu. Saung Angklung Udjo menawarkan pertunjukan angklung setiap hari, dari pukul 15.30 hingga 17.00. Untuk mengamankan tempat, saya sudah booking atau reservasi tiket jauh-jauh hari. Beruntunglah, soalnya saya main ke sana pas musim liburan. Jadi ramai banget!
Sekitar pukul 15.00, pintu masuk ruangan sudah dibuka. Jadi kami bergegas masuk dan memilih tempat duduk. Ruangannya berupa aula terbuka, jadi kita bisa merasakan angin berhembus dan menyatu dengan alam. Tempat duduknya bertingkat. Cukup banyak pengunjung hari itu. Seluruh tempat duduk penuh. Malah ada tamu-tamu dari Malaysia, Australia, Singapura, dan lain-lain.
Pertunjukan dimulai tepat waktu. Sebagai pembukaan, para seniman dari Mang Udjo membawakan wayang Sunda berikut tembang dan gamelannya. Cukup kocak! Dalang membawakan dengan bahasa Indonesia, dicampur bahasa Sunda dan bahasa Inggris. Pertunjukan berikutnya kesenian angklung, lagu-lagu daerah dan tarian, hingga jazz angklung. Keren kan?
Pokoknya jangan lewatkan mampir ke sini kalau main ke Bandung. Bahkan, kita diajak ikutan main angklung, lho. Serius ini. Mereka membagikan angklung ke masing-masing pengunjung. Eh tapi kalau udah kelar dibalikin ya. Itu cuma dipinjemin.
4. Cihampelas
Dari Mang Udjo, berikutnya kita ke Cihampelas. Tempat ini dikenal sebagai kawasan kaos, baju, dan jeans dengan harga miring. Sepanjang jalan, kiri dan kanan berjejer toko-toko. It's shopping time!
Sepanjang jalan potensi macetnya besar, jadi mendingan kalau kamu ke sini, parkir kendaraan di satu tempat lalu lanjut jalan kaki.
Di Cihampelas, saya melihat bus Bandros alias Bandung Tour on Bus lagi ngetem di depan mal Cihampelas Walk. Bus dengan warna merah menyala itu keren sekali. Saya pengen banget naik, sayangnya waktu enggak keburu. (Lain kali ke Bandung harus naik ini).
5. Surabi Bandung
"Yuk kita makan surabi Bandung!" kata teman seperjalanan saya.
Rupanya tanpa sepengetahuan saya, dia sudah riset di Google dan nanya-nanya teman lain soal tempat makan surabi yang enak. Dan spontanitas, kami pun meluncur ke kawasan Setiabudi demi wisata kuliner surabi Bandung. Benak saya bertanya-tanya seperti apa sih surabi Bandung itu? Saya cuma kenal makanan bernama serabi yang dimakan dengan kuah kelapa, atau serabi tanpa kuah yang dimasak dengan anglo. Wisata ke suatu daerah memang enggak lengkap rasanya kalau enggak menjajal kuliner khas daerahnya. WAINI... kesempatan!
Surabi Bandung pun wujudnya mirip dengan yang saya pernah makan. Hanya ada rasa dan tekstur yang beda. Surabi Bandung terbuat dari tepung beras, tepung terigu, dan santan kelapa. Ini sama dengan serabi Jawa. Plus, ditambah bahan dasar telur. Tapiiii.... surabi Bandung lebih tebal dan dimakan tanpa kuah.
Di kawasan Setiabudi, ternyata banyak berjejer warung yang menjual serabi. Teman saya mengajak masuk ke Waroeng Setiabudhi, tempatnya ramai sekali. Kami sempat kebingungan mencari tempat duduk. Beruntung, ada pengunjung yang sudah rampung. Kami segera menduduki kursi yang kosong. Dan yang membuat saya terpana adalah... warung ini ada live music-nya kalau malam, gaes! Tempat gaul dan nongkrong anak muda. Sesuai dong dengan saya dan teman-teman yang berjiwa muda dan berbahaya. Ahahaha.
Saya memesan surabi dengan es krim strawberi sebagai topping. Tiga teman saya memesan surabi rasa coklat, surabi keju, dan surabi oncom yang rasanya agak pedas. Ada juga surabi rasa buah-buahan. Harganya enggak mahal, antara Rp 4.000 sampai Rp 8.000-an.
"Yuk kita makan surabi Bandung!" kata teman seperjalanan saya.
Rupanya tanpa sepengetahuan saya, dia sudah riset di Google dan nanya-nanya teman lain soal tempat makan surabi yang enak. Dan spontanitas, kami pun meluncur ke kawasan Setiabudi demi wisata kuliner surabi Bandung. Benak saya bertanya-tanya seperti apa sih surabi Bandung itu? Saya cuma kenal makanan bernama serabi yang dimakan dengan kuah kelapa, atau serabi tanpa kuah yang dimasak dengan anglo. Wisata ke suatu daerah memang enggak lengkap rasanya kalau enggak menjajal kuliner khas daerahnya. WAINI... kesempatan!
Surabi Bandung pun wujudnya mirip dengan yang saya pernah makan. Hanya ada rasa dan tekstur yang beda. Surabi Bandung terbuat dari tepung beras, tepung terigu, dan santan kelapa. Ini sama dengan serabi Jawa. Plus, ditambah bahan dasar telur. Tapiiii.... surabi Bandung lebih tebal dan dimakan tanpa kuah.
Di kawasan Setiabudi, ternyata banyak berjejer warung yang menjual serabi. Teman saya mengajak masuk ke Waroeng Setiabudhi, tempatnya ramai sekali. Kami sempat kebingungan mencari tempat duduk. Beruntung, ada pengunjung yang sudah rampung. Kami segera menduduki kursi yang kosong. Dan yang membuat saya terpana adalah... warung ini ada live music-nya kalau malam, gaes! Tempat gaul dan nongkrong anak muda. Sesuai dong dengan saya dan teman-teman yang berjiwa muda dan berbahaya. Ahahaha.
Saya memesan surabi dengan es krim strawberi sebagai topping. Tiga teman saya memesan surabi rasa coklat, surabi keju, dan surabi oncom yang rasanya agak pedas. Ada juga surabi rasa buah-buahan. Harganya enggak mahal, antara Rp 4.000 sampai Rp 8.000-an.
6. Kartika Sari
Terakhir, saya mampir ke Kartika Sari yang letaknya dekat dengan hotel. Cuma jalan kaki ke sana.
Tempat ini bikin saya pengen jajan dan makan. Hahahaha. Begitu tiba, saya melihat lusinan coklat dan permen. Kue bagelen, nastar, kue keju, stik keju, pisang bolen... Harganya juga beragam dan ramah dompet, kok.
Huaaaa...
*tarik napas biar enggak khilaf belanja*
Mau nyontek itinerary saya buat jalan-jalan ke Bandung? Monggo, silakan. Semua tempat ini bisa dikunjungi dalam sehari asal kita bisa mengatur jadwal dengan baik dan sudah memperkirakan kemacetan.
Selamat jalan-jalan di Bandung ya! Have fun!
Nieke Indrietta
Baca juga:
Wisata 1 Hari di Jogja: Negeri Atas Awan Mangunan
Terakhir, saya mampir ke Kartika Sari yang letaknya dekat dengan hotel. Cuma jalan kaki ke sana.
Tempat ini bikin saya pengen jajan dan makan. Hahahaha. Begitu tiba, saya melihat lusinan coklat dan permen. Kue bagelen, nastar, kue keju, stik keju, pisang bolen... Harganya juga beragam dan ramah dompet, kok.
Huaaaa...
*tarik napas biar enggak khilaf belanja*
Mau nyontek itinerary saya buat jalan-jalan ke Bandung? Monggo, silakan. Semua tempat ini bisa dikunjungi dalam sehari asal kita bisa mengatur jadwal dengan baik dan sudah memperkirakan kemacetan.
Selamat jalan-jalan di Bandung ya! Have fun!
Nieke Indrietta
Baca juga:
Wisata 1 Hari di Jogja: Negeri Atas Awan Mangunan
Jadi kangen Bandung. Kalau saya ke sana naik kereta bisa lihat toko Kartika Sari di seberang telah arah Utara. Apakah hotelnya sejajar dengan Kartika Sari? Cuma sekarang tak tahu gimana karena ada Ciwalk.
BalasHapusSerani Bandung pernah saya lihat tapi saat di angkot. Gak bisa mampir karena lumayan jauh dari Gegerkalong.
Pokonya kangen Bandung. Apalagi sekarang kian banyak destinasi wisata di Bandung. Kayak Alun-alun yang jadi tempat piknik wargi Bandung.
Lucunya meski lama tinggal di Bandung malah belum pernah jajan kue di sana. 😁
Untuk Cihampelas, pada jam dan haritertentu kadang tidak macet. Jadi harus atur perjalanan ke sana kayak pag-pagi.
Bandung emang ga pernah ada habisnya ya mba kalau bahas soal traveling, culiner dan temoat nongkrong lainnya, kapan-kapan keliling lagi di sana
BalasHapusBandungg memang gak ada matinya, selalu ada yang baru setiap datang ke Bandung. Sayang yang bikin males macetnya....Tapi Bandung selalu di hati kamiii, kota tmp kuliah suami dulu.
BalasHapusBandung oh Bandung, belum owrnah main ke sana. Beberapa tempat di atas bisa nih jadi rekomendasi, setidaknya udah tahu mana yang mau dituju. Tertarik sama floating marketnya.
BalasHapusIni taun 2018 ya? berarti sebelum Covid.. mestinya sekarang sudah banyak berubah ya.. entah tutup karena pailit waktu covid atau buka kembali.. saya sendiri masih belum berani keluar terlalu jauh jadi belum tau perubahannya
BalasHapusRasanya gak cukup buat saya wisata hanya 1 hari saja di Bandung, karena banyak banget tempat wisata yang bisa dikunjungi, belum lagi tempat kuliner yang gak bisa dilewatin begitu saja, Bandung memang ngangenin banget :)
BalasHapusHarus siapin dana ekstra nih buat liburan ke Bandung di tempat tempat ini. Pasti sekarang harganya sudah nambah nih.
BalasHapusBandung memang gak pernah habis akan wisata yang keren keren. Pengen suatu hari bisa full 1 minggu jalan jalan di sana
Mbak Niekee ... paling saya penasaran itu nomor 1 - 3 ... duh kapan ya saya bisa ke Bandung dan mendatangi semuanya? Sebenarnya ada keluarga adik di Bandung tapi belum sempat ke sana :D
BalasHapusItenirarynya komplit nih mbak. Walau satu hari namun sudah cukup mewakilkan ketika hendak berjalan-jalan ke bandung. Saya ke bandung 2015 dan lumayan lama juga belum ke sana lagi. Di Bandung itu memang pas banget untuk liburan
BalasHapus