Menu

Percik Kata Nieke

Rabu, 24 Oktober 2018

Wisata 1 Hari di Jogja: Negeri Atas Awan Mangunan (+Itinerary)

Negeri atas awan di Mangunan. Foto oleh: Nieke.
Halo. Ini tulisan saya yang kedua soal wisata satu hari di Jogja. Saya membuat sebuah itinerary yang menggambarkan seolah-olah cuma punya waktu satu hari di Jogja, lalu enaknya ngapain dan ke mana ya. Begitu kira-kira. Itinerary ini dibuat berdasarkan pengalaman perjalanan saya. 
Kalau dalam tulisan  sebelumnya (Baca Wisata 1 Hari di Jogja: Tempat Selfi Paling Asyik), saya bercerita seputar tempat yang asyik buat main-main dengan lokasi dalam kota Jogjakarta, kali ini saya ngebolang rada jauh: Kawasan Mangunan, Bantul. Jarak dari kota Jogja ke kawasan Mangunan sekitar 21 kilometer, lama perjalanan apabila ditempuh dengan kendaraan roda empat sekitar satu jam. Itu kalau enggak macet dan nggak pas musim liburan atau peak-season ya.

Ada belasan spot wisata di kawasan Mangunan. Kalau kamu berangkat lebih pagian, kamu punya kesempatan singgah ke beberapa tempat sekaligus. Untuk perjalanan kali ini, saya hanya main ke beberapa tempat saja.

Ok, here we go...

1. Melihat matahari terbit dan negeri atas awan di Mangunan

Matahari terbit di Kebun Buah Mangunan. Foto oleh: Nieke
Agar bisa menyaksikan keindahan alam ini, saya bela-belain berangkat dari Jogja pukul 03.30 pagi. Saya menyewa mobil bersama sejumlah teman, lumayan bisa patungan. Sewa mobil sekitar Rp 450 ribu untuk 12 jam, termasuk bensin dan sopir. Mobil sudah menjemput pukul 03.00 pagi.

Beberapa perlengkapan yang perlu dibawa: hammock atau tempat tidur gantung, minuman, makanan ringan, senter, jaket, kamera, tikar, plastik untuk tempat sampah (jangan sampai kita mengotori lingkungan ya, gaes).

Lantaran masih subuh, perjalanan dari Jogja ke Mangunan tak terkena macet, lancar jaya, dan cepat. Tiba di kawasan Mangunan, jalanan agak menanjak, berkelok, berliku-liku kayak kehidupan. Tsahhh.... Selain itu, minim penerangan, sering hanya mengandalkan lampu mobil. Untungnya, cukup banyak papan petunjuk lokasi spot wisata Mangunan. Hanya saja,  saya sempat keliru spot beberapa kali, karena ini pertama kalinya ke kawasan Mangunan. Kami memang mengejar momen matahari terbit. Sopir sampai menelpon kenalannya pukul 04.00 hanya untuk bertanya spot mana yang oke untuk menonton matahari terbit di Mangunan. Hahahaha.

Pintu masuk loket Kebun Buah Mangunan.
Foto oleh: Nieke
Akhirnya, mobil menuju ke Kebun Buah Dlingo Mangunan. Sesampainya di lokasi, mobil yang kami tumpangi antri masuk ke loket. Membayar tiket parkir dan jumlah penumpang. Biayanya nggak mahal kok, Rp 5.000 per orang. Subuh itu, ternyata sudah banyak pengunjung di tempat wisata. Sopir sekalian bertanya ke petugas di loket mengenai lokasi melihat matahari terbit. Ternyata harus naik lagi.  Kemudian, mobil yang kami tumpangi mengambil arah sesuai petunjuk yang diberikan. Di tengah perjalanan, saya terpukau melihat kabut putih seperti kapas yang menyelimuti bukit. Setelah melalui jalan yang lagi-lagi menanjak dan berliku, akhirnya kami sampai. Mobil diparkir. Kami berjalan kaki menuju spot melihat matahari terbit.

Begitu sampai, hari masih gelap. Udara dingin. Jalan setapak menuju spot berupa jalan naik berbentuk tangga, lalu turun. Sampailah di sebuah pinggir bukit yang diberi pagar. Kabut putih menutupi jurang dan perbukitan di seberang. Ada beberapa tempat, salah satunya berbentuk gazebo. Sekitar seratus orang sudah berada di sana, Menunggu langit yang perlahan berubah warna, jingga, keemasan, dan biru. Matahari menggeliat lalu menyembul dari peraduan. Saya terpukau melihatnya.

Matahari terbit dan kabut awan di Kebun Buah Mangunan. Foto oleh: Nieke

Turis-turis lokal memanfaatkan momen itu untuk berfoto. Ada yang selfie alias swafoto, wefie atau bikin foto bersama, dan ada yang merekamnya dalam bentuk video. Termasuk saya, hehehe. Perhatian saya sempat tertuju pada seorang perempuan berkulit putih ras kaukasia. Dia hanya diam mematung memandang keindahan alam. Tak memotretnya. Tak pula mengabadikan dirinya bersama kemegahan alam. Ia merekamnya dengan ingatannya. Sejenak saya seperti terpekur. Mungkin itu yang harusnya saya lakukan. Menikmati keindahan seraya mendaraskan syukur kepada yang menciptakannya. Ya, Lord.

Saya dan teman-teman berada di situ hingga pukul 07.30 pagi. Kami memutuskan untuk mencari sarapan. Benar saja, tak jauh dari lokasi itu--hanya berjalan kaki sekitar 5-7 menit, sampailah di sebuah tempat semacam food court atau pusat jajanan. Beberapa kios penjual makanan berderet di depan papan huruf bertuliskan Kebun Buah Mangunan. Banyak orang yang berfoto di depan ikon huruf Mangunan tersebut. Kami memilih kios soto ayam. Harganya benar-benar ramah dompet. Lumayan buat backpacker, Rp 15.000 per mangkok sudah dengan nasi. Harga minumannya juga nggak menguras dompet. Saya memesan wedang uwuh untuk menghangatkan tubuh.

Ada beberapa pilihan menu. Tiap kios memiliki menu uniknya. Pengunjung bisa memilih sesuai makanan yang disukainya. Tempatnya nyaman, meski hanya berupa meja dan bangku kayu panjang tanpa sandaran. Persis di warung-warung. Di situ juga dijual oleh-oleh khas Mangunan, Imogiri, Bantul.

Usai sarapan, saya dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan ke spot wisata Mangunan berikutnya, yakni Wisata Seribu Batu Songgo Langit. Kebun Buah Mangunan menuju Wisata Seribu Batu Songgo Langit ditempuh hanya sekitar 10 menit dengan mobil.

2. Wisata Seribu Batu Songgo Langit

Rumah Hobbit di Mangunan. Foto oleh: Nieke
Memasuki lokasi wisata ini, pengunjung dikenai tarif parkir mobil Rp 10.000. Turis dimanjakan dengan banyaknya spot foto yang Instragramable. Semuanya bagus-bagus dengan latar belakang alam. Tempat wisata ini bersih banget. Begitupun dengan fasilitas toilet umumnya.

Ohya, kalau belum sanggup ke New Zealand atau Selandia Baru untuk melihat rumah Hobbit, kamu bisa ke sini dulu. Iya, di sini ada rumah Hobbit.

Nama spot-spot di tempat wisata ini lucu dan unik. Salah satunya, Jembatan Jomblo. Hahaha. Di ujung jembatan itu, terdapat papan bertuliskan: Buanglah Mantan Pada Tempatnya. Nah daripada kamu menangis meraung-raung karena putus cinta, mendingan ke sini bareng temen-temen kamu. Semoga jadinya malah ketawa-ketiwi.

Berpose di atas Jembatan Jomblo. Foto oleh: Nieke













Kalau kamu doyan berfoto ria, wah bisa habis waktu lebih dari dua jam di tempat ini. Selain pilihan tempat fotonya banyak, tempat wisata ini juga luas banget. Itu kalau semua tempat fotonya mau dijabanin semua lho.

Jangan lupa ya gaes, kalau buang sampah jangan sembarangan. Itu sebabnya saya membawa kantong kresek khusus. Jangan juga usil bikin vandalisme di tempat yang bagus banget ini.  Fasilitas umum di sini cukup baik. Kamar mandi umumnya bersih. Dekat pintu masuk dan keluar terdapat deretan stan yang menjual makanan dan minuman. 

3. Hutan Pinus Mangunan

Dari Seribu Batu Songgo Langit menuju ke hutan pinus Mangunan jaraknya sekitar 8 kilometer atau 10-15 menit dengan mobil. Letaknya berdekatan. Di sini, kamu akan dikenai tarif parkir mobil dan tiket masuk pengunjung. Ini adalah tempat yang cocok untuk piknik. Kamu tinggal cari lokasi yang asyik, menggelar tikar, memasang hammock atau tempat tidur gantung di antara dua pohon, lalu mengeluarkan bekal makan. Tapi jangan mengotori lingkungan ya. Bawalah kantung untuk menampung sampah.  

4. Makan siang di Raminten's Kitchen
Raminten's Kitchen terletak di Jalan Sabirin, kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Tempatnya di belakang SMA Stella Duce. Nah dari kawasan Mangunan kembali ke kota Yogya, kemungkinan butuh waktu minimal satu jam. Tergantung apakah jalanan sedang macet dan sedang musim liburan alias peak season atau tidak. Kala siang cuaca Yogya mulai panas dan terik, ketika masuk ke Raminten's Kitchen langsung sejuk kena pendingin ruangan. Pengunjung memesan makanan di kasir, seperti prasmanan. Ada beberapa paket makanan yang ditawarkan, rata-rata Rp 15-20 ribu per porsi. Lumayan cocok untuk dompet backpacker. Menu yang ada di sini memang berbeda dengan menu Raminten's House. Sistemnya self service, usai makan, pengunjung membawa piring dan gelasnya ke pojok tertentu dan membuang sisa makanannya di tempat sampah yang telah ditentukan. 

Tempatnya cukup menyenangkan. Toiletnya bersih. Raminten's Kitchen terdiri dari dua lantai. Kalau di lantai dua, pengunjung bisa melihat halaman belakang yang terdapat kandang kuda. Sedangkan di depan jalanan dan sekolah Stece. Ada fasilitas wifi lho. Bisa foto-foto terus langsung diunggah ke media sosial.

5. Jalan-jalan ke Malioboro
Dari Raminten's Kitchen ke kawasan Malioboro sudah deket banget nih. Sekalian saja, menghabiskan sore hari di Titik Nol. Kita bisa berfoto di bangunan-bangunan bersejarah di sana, mulai dari Bank Indonesia, Benteng Vredenburg, ikon jalan Malioboro, lalu berlanjut menyusuri pedestrian sepanjang jalan Malioboro. Waktu itu, saya dan kawan-kawan hanya menyewa mobil 12 jam. Barang bawaan kami juga tidak banyak, hanya tas punggung dan ransel. Jadi mobil sewaan menurunkan kami di Titik Nol lalu selesai. Masalah kembali ke penginapan tak perlu khawatir, gaes. Kita bisa naik kendaraan taksi atau angkutan daring (online) di sini.

Salam jalan-jalan,
Nieke Indrietta 

Tulisan perjalanan lainnya bisa disimak di sini.