Senin, 06 Oktober 2025

Es Jaipong di Kotabaru Jogja

Awalnya saya berpikir es jaipong di Kotabaru Jogja itu seperti es campur di Surabaya. Es jaipong yang namanya sama dengan tarian Jawa Barat bikin penasaran.

Es jaipong Kotabaru Jogja
Es jaipong di kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Dokumen pribadi, foto milik @katanieke

Es jaipong, begitulah nama yang tertulis di sisi depan gerobak berwarna biru di depan gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika misa yang dimulai jam 9 pagi telah berakhir. Bubaran misa, orang-orang bergerombol mengantri membeli aneka kuliner di sekitar gereja, termasuk gerobak es jaipong. 

Penjualnya seorang pria paruh baya tengah sibuk melayani para pembeli. Beberapa orang duduk di kursi-kursi plastik dekat gerobak dengan mangkok di tangannya. 

Ramainya pembeli membuat saya penasaran. Lantaran ramai, saya menunggu antrian mereda. Saya berkeliling melihat gerobak-gerobak kuliner lainnya yang berada di samping depan kiri dan kanan, setelah pintu gerbang gereja. Sekalian icip-icip jajanan yang bikin lapar mata dan perut. Jam menunjukkan pukul 10 pagi.

Selang setengah jam saya kembali ke arah depan gerbang gereja, menuju tempat gerobak es jaipong diparkir. Benar saja, tinggal beberapa orang pembeli. 

"Berapa harganya, Pak?" tanya saya.

"Enam ribu," jawab sang penjual.


penjual es jaipong di Kotabaru Yogyakarta
Penjual es jaipong di depan gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Jogja.
Dokumen pribadi, foto oleh @katanieke


Saya memesan semangkuk es jaipong sambil membayangkan betapa menyegarkannya menyeruput kuahnya yang dingin di saat cuaca Jogja sedang terik-teriknya. Saat yang sama, saya juga bertanya-tanya kenapa dijuluki es jaipong. Apakah terkait tarian Jaipong asal Jawa Barat, atau musik jaipong yang pernah popular beberapa dekade lalu?

Nama jaipong mengingatkan saya pada sebuah tarian bernama Jaipong, yang pernah saya pelajari saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Tarian Jaipong yang bernada rancak dan lincah berasal dari Sunda, Jawa Barat. Tarian itu juga menggambarkan keharmonisan, keanggunan, dan keberanian perempuan Sunda. Apakah es jaipong juga merupakan kuliner Sunda yang kemudian dibawa perantau Jawa Barat ke Yogyakarta? Sepertinya demikian. 

Hanya dalam dua menit, bapak penjual sudah menyodorkan semangkok es jaipong kepada saya. Penampilannya menarik. Warna hijau bubur sumsum, merah muda bubur mutiara, hitam cincau, kuning tape berendam dalam semangkuk kuah santan dan gula merah.

Harumnya tape, santan, dan aroma pandan menguar. Saya mengamati beberapa toples di dalam gerobak. Toples berisi bubur mutiara berwarna merah muda, tape, bubur sumsum berwarna hijau, cincau hitam, gula Jawa, dan kuah santan yang berwarna putih susu. Ia meracik es jaipong dari semua bahan di dalam toples tersebut. Terakhir, ia menambahkan butiran es batu. Terbayang segarnya kan.

Untuk meludeskan semangkuk es jaipong, saya butuh 10 menit. Sebenarnya bisa lebih cepat seperti halnya pembeli lain. Namun saya ingin menikmati sesuap demi sesuap seraya merasakan aneka rasanya di lidah. Antara manis dan gurih, tapi dominan manis yang berasal dari gula merah Jawa. Rasa gurih tentu saja dari kuah santan. 


isi es jaipong di Kotabaru Jogja
Bahan-bahan es jaipong sebelum diracik. 
Foto oleh @katanieke


Kamu boleh langsung mengaduk-aduk alias mencampur semua elemennya. Kamu juga boleh tidak mengaduk. Tak ada aturan dalam hal memakan es jaipong. Dan tentu saja, tak akan ada perdebatan seperti halnya tim bubur diaduk versus tim bubur tidak diaduk. Hehehe.

Bubur sumsum yang berwarna hijau itu menggunakan daun pandan, begitu ucap penjualnya. Begitu masuk ke mulut, bubur sumsum terasa lembut dan lumer. Sementara bubur mutiara sedikit kenyal tapi lembut, seperti agar-agar. Jangan lupa rasa tape yang raginya mantap. Cincau hitam tak pahit, juga seperti agar-agar yang kenyal dan lembut. Lalu seruput kuahnya yang dingin itu perlahan-lahan. 

Awalnya saya berpikir es jaipong itu seperti es campur di Surabaya. Ternyata berbeda. Es campur itu menggunakan es batu yang diserut tipis, halus, dan lembut. Es campur mengandung buah, cincau, kolang-kaling, dan sirup.

Es jaipong berbeda dengan es teler. Es teler menggunakan irisan alpukat, kelapa muda, dan nangka dengan kuah santan dan susu kental manis. Es jaipong juga tidak seperti es doger yang isinya tape, ketan hitam, kolang-kaling, dan sirup susu merah.

Aduh kenapa jadi membayangkan semua minuman es ini? Hahaha, pastinya karena cuaca lagi terik. Saya sampai menambah semangkuk lagi dimakan di sana. Apalagi Ketika melihat seorang bocah usia SD yang asyik menikmati es jaipongnya duduk di samping saya. Seorang pastor berjalan keluar dari area gereja lewat pintu gerbang, yang persis dekat gerobak es jaipong. Ia menyapa kami yang duduk-duduk.

"Selamat siang, asyik sekali ini," sapanya.

Saya berdiri, menyambut sapaannya seraya sedikit membungkukkan badan, menyodorkan tangan bersalaman. "Selamat siang, Romo. Berkah Dalem," kata saya.

Pastor itu juga menyapa anak kecil tadi yang minum es jaipong bersama ibunya. Ia tahu kami yang sedang duduk-duduk di situ adalah umat yang kelar misa tidak langsung pulang tapi njajan. Usai bercakap-cakap sebentar, pastor tadi lalu menyeberang ke bangunan hunian para pastor di depan gereja. 

Jangan salah, para pembeli kulineran bukan saja umat Katolik yang pulang gereja. Beberapa sepeda motor merapat ke area kulineran termasuk gerobak es jaipong. Beberapa mengenakan kerudung atau jilbab.  Tak sedikit pula mobil yang menepi mendekati gerobak es jaipong. Berhubung misa sudah selesai jam 10 siang dan tidak ada jadwal misa selanjutnya jadi jalan agak lowong. Para pembeli selain umat gereja leluasa merapat. Dengan sigap bapak penjual melayani para pembeli dan pelanggannya.


es jaipong kuliner legendaris Jogja
Es jaipong, kuliner legendaris, di Kotabaru, Jogja.


Kalau kamu lewat daerah Kotabaru Jogja, jangan lupa icip-icip jajan es jaipong yang cukup legendaris ini. 



Salam,

@misskatanieke

Nieke Indrietta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.