Pengalaman unik minum teh yang disajikan dengan tradisi Jawa caos dahar di Raminten Jogja.
![]() |
Foto teh Racikan'e Raminten di Raminten's Kitchen The House of Den Baguse, Jl Sabirin, Yogyakarta. Dokumen pribadi, foto oleh @katanieke |
Pangling. Itulah yang ada di benak saya saat berada di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Rumah-rumah lama banyak yang bersalin rupa menjadi bangunan desain modern seperti hotel, resto, dan kafe. Dari fasad bangunan banyak yang terlihat artsy dan menarik untuk menarik pengunjung singgah.
Jogja kini bertebaran resto-resto dengan harga selevel Surabaya dan Jakarta. Malam itu, saya agak kebingungan hendak memutuskan mampir ke resto mana. Tentu saja dengan mempertimbangkan isi dompet menjelang akhir bulan. Uhuk. Banyak pilihan citarasa. Suasana hati saya sedang ingin mencicip hidangan masakan Indonesia. Teringatlah pada Raminten's Kitchen, Jalan Sabirin, Yogyakarta. Lokasinya persis dekat SMA Stella Duce 1.
Meluncurlah saya ke sana. Sekitar pukul 7 malam saya tiba. Lagi-lagi saya tertegun. Fasad depan resto Raminten pun berubah. Ada sebuah kereta semacam kereta kencana ala kerajaan Jawa diparkir di halaman parkir mobil sisi kanan. Sementara di sisi kiri, terdapat stan kopi kekinian. Sayup-sayup terdengar live musik yang berasal dari lantai dua resto.
Beberapa pria mengenakan beskap Jogja berwarna hitam menyambut di pintu masuk. Belum lepas dari tertegun, saat melangkah masuk ke restoran, tiba-tiba suara gong menyambut tamu yang masuk. Saya terkejut. Saya tak memperkirakan sebelumnya, saya pikir gong berukuran sedang yang terletak di depan pintu masuk itu hanya pajangan. Seorang pria muda berusia sekitar dua puluhan mengenakan beskap mengantar ke tempat duduk.
"Mau duduk di lantai dua? Di atas ada live music," ia menyarankan.
Sebuah patung Raminten, ikon resto, yang mengenakan kebaya dan jarik. Rupanya Raminten's Kitchen menjelma menjadi Raminten, The House of Den Baguse. Arsitektur dan interiornya lebih kental budaya Jogja. Pada bagian kiri pintu masuk, terdapat display kain dan alat membatik. Di dekat tangga menuju lantai dua, terdapat display patung pengantin Jawa dan beberapa kain batik tulis.
Saya melempar pandang ke ruangan. Di bagian dalam, ada sebuah kereta kencana di antara meja-meja tamu. Lantai satu resto terbagi dua bagian, bagian depan yang seperti ruang tamu berfungsi sebagai restoran. Setelah kereta kencana, ada beberapa anak tangga turunan ke bawah. Ada sebuah bangunan rumah, yang menurut karyawan resto adalah hunian sang pemilik.
Meja-meja di lantai satu masih kosong, itu saya pilih. Saya duduk di meja yang persis menghadap bagian depan. Sebelah saya ada semacam kios kayu angkringan yang berisi jajanan jadul masa sekolah. Karyawan resto tadi menyodorkan buku menu. Saya meraihnya dan mulai membuka lembaran demi lembaran.
Menu-menu yang ditawarkan sangat berbeda dengan ingatan saya. Kini resto menyuguhkan menu-menu unik serupa dengan The House of Raminten yang masih berlokasi di Kotabaru, hanya berjarak beberapa ratus meter. Namun menunya berbeda dengan menu Raminten yang berlokasi di lantai teratas Hamzah Batik di Jalan Malioboro. Kisaran harga makanan mulai Rp 35 ribu, minuman mulai Rp 25 ribu.
Saya memesan nasi dengan ayam goreng rempah dengan tiga macam sambal dan sayur asem. Untuk minuman, wedang uwuh dan teh poci yang bertajuk Teh Racikan'e Raminten.
Teh Racikan'e Raminten
Nama menu Teh Racikan'e Raminten mempunyai arti teh racikan dari Raminten. Menu ini berupa teh poci dengan dua gelas dari tanah liat berukuran kecil, gula batu sebagai pemanis, tungku kecil dari tanah liat atau anglo dengan bara api menyala, sepiring kecil berisi bunga mawar, satu bungkus teh tubruk cap Raminten.
Cara mengantarkan hidangan inilah yang rupanya membetot perhatian para pengunjung. Kali ini, pria setengah baya berbusana beskap membawa baki dengan seperangkat teh poci ala Teh Racikan'e Raminten. Dari dapur, ia melangkah dengan khidmat sambil membunyikan klintingan. Ia meletakkan sebaki itu di meja saya, bunyi klintingan berhenti. Ia minta izin terlebih dulu untuk mendoakan hidangan. Pria itu bersimpuh di lantai. Kedua telapak tangannya bertemu, terangkat sebentar. Sambil memejamkan mata beberapa detik, ia membisikkan doa. Kemudian ia berdiri dan menuangkan teh ke poci.
Ia menunjuk sopan teh tubruk yang masih terbungkus rapi di dalam baki. "Ini teh Raminten masih baru, untuk dibawa pulang," ucapnya. Lalu ia pamit undur diri ke dapur.
Tradisi menyajikan teh dengan tradisi Jawa ini bernama caos dahar dalam Bahasa Jawa, yang bermakna menyajikan hidangan. Tradisi caos dahar merupakan bentuk orang Jawa mengucapkan syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur atau orang yang lebih tua. Video tradisi Caos Dahar di Raminten bisa ditonton di sini.
Teh tradisional Raminten sebenarnya merupakan minuman teh yang dikonsumsi sehari-hari oleh keluarga besar Raminten. Teh ini diracik dengan resep tradisional turun temurun dari nenek moyang pendiri Raminten. Tanpa menggunakan bahan pemanis, pengawet, pengharum, dan bahan kimia. Dipercaya, teh racikan kas Raminten ini bermanfaat menambah stamina, daya tahan tubuh, dan menghilangkan rasa Lelah.
Saya menyesap teh usai menaruh gula batu di dalam gelas. Ada rasa pahit, sepet, berpadu manis. Harum teh semerbak.
Sayur asemnya enak. Ayam gorengnya sangat terasa bumbu rempahnya. Dagingnya empuk. Sambalnya mantap apalagi ada tiga macam sambal.
Malam makin larut, tamu-tamu makin banyak yang berdatangan. Hanya selisih sekitar 30 menit setelah saya duduk, seluruh meja di lantai satu terisi penuh. Raminten di Jalan Sabirin ini buka 24 jam. Selain berupa resto, Raminten juga membuka kelas seperti membatik dan menari.
Nieke Indrietta
@misskatanieke Tradisi Caos Dahar di Raminten Jogja Caos dahar (bahasa Jawa) adalah tradisi Jawa menyajikan hidangan. Kalau memesan teh Racikan'e Raminten, teh akan diantar dan disajikan dengan cara tradisi Jawa yang unik. Tradisi ini merupakan bentuk ucapan syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada orangtua, orang yang dihormati, serta leluhur. 📍Caos dahar di Raminten's Kitchen The House of Den Baguse, Jalan Sabirin, Yogyakarta. #caosdahar #tehraminten #ramintenjogja #explorejogja #kulinerjogja ♬ Lelo Ledung - KHP Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
waaaa menarik yaa cara penyajian di raminten ini...apalagi nuansa jawa nya sangat kental sekali,,,
BalasHapusseingat saya juga pernah ke raminten tapi lupa raminten yang mana, waktu itu tempatnya tidak terlalu besar dan kami sedang makan malam disana, susana nya juga tidak ramai ...pengen juga klo ada kesempatan nyobain lagi ke raminten karn sudah bener2 lupaaa :)